1. Mom & Kids
  2. Yuk, Kenali 5 Gejala Stres yang Dialami Anak Saat Pandemi!
Mom & Kids

Yuk, Kenali 5 Gejala Stres yang Dialami Anak Saat Pandemi!

Yuk, Kenali 5 Gejala Stres yang Dialami Anak Saat Pandemi!

Ketidakpastian situasi tentang sampai kapan Covid-19 ini akan mewabah tentunya tak hanya berdampak pada kesehatan mental orang dewasa. Sebab, kita juga perlu turut mewaspadai kesehatan mental buah hati kita akibat pandemi yang belum berakhir sampai saat ini. Sementara, yang lebih disayangkan lagi, jika kita orang dewasa mampu mengomunikasikan apa saja yang sedang kita rasakan dengan begitu gamblang, anak-anak belum tentu bisa mengekspresikannya, Ladies. Sebab itu, kita perlu mengenali gejala stres yang dialami anak di saat pandemi lebih dini. Nah, berikut inilah penjelasannya!

1. Anak menjadi lebih manja

Dikutip dari laman Medical Daily, menurut dokter Tali Raviv, direktur Center for Childhood Resilience at the Ann & Robert H. Lurie Children’s Hospital of Chicago, adalah wajar jika tanda-tanda kesulitan dialami manusia ketika stres, maupun di saat aktivitas rutinnya terganggu. Menurut Raviv, anak-anak bisa menunjukkan rasa tidak nyamannya dengan menjadi lebih manja, menangis, maupun diluapkan dengan amarah. Artinya, salah satu tanda stres yang dialami anak adalah sikapnya yang menjadi lebih manja, Ladies. Untuk menyiasati sikap manjanya agar tidak menjadi berlebihan, kamu bisa menggantinya dengan mengajak buah hati berkarya bersamamu. Jangan lupa siapkan alat-alat pendukungnya, ya. Misalnya saja untuk menggambar, memotret, atau bahkan memasak bersama!

2. Anak menjadi lebih fokus pada gawainya

Jika buah hatimu sudah masuk usia sekolah dasar, sudah pasti mereka sedang disibukkan dengan berbagai tugas sekolah secara online. Mau tidak mau, kegiatan itu memaksa mereka untuk standby di depan laptop maupun ponsel pintarnya. Kalau sudah terlalu keseringan menatap layar gawai, bukan hanya kesehatan matanya yang perlu kita waspadai, lho. Tetapi, bisa jadi buah hatimu sedang melampiaskan masa stresnya dengan lebih fokus pada gawainya sendiri. Nah, alih-alih menarik kembali fokus si kecil supaya tidak terlalu sering bermain gadget, kamu bisa mengajaknya ngobrol santai sambil menemaninya menyantap makanan favoritnya, Ladies.

3. Anak menjadi lebih sering menangis

Tangisan anak di masa pandemi seperti sekarang ini bisa jadi merupakan luapan emosinya sebab rasa bosan berada di rumah melulu. Hal itu dikarenakan, anak-anak yang biasanya bisa bermain bebas dengan teman-temannya di luar ruang, kini harus menghadapi kenyataan bahwa ia harus bermain di rumah dan hanya bersama keluarganya saja. Tentu, sama seperti kita yang sudah rindu berkumpul bersama teman di luar rumah, anak pun bisa mengalami hal yang sama, Ladies.

4. Anak menjadi mudah marah

Rasa bosan yang menumpuk juga bisa membuat anak menjadi mudah marah. Hal itu dikarenakan anak-anak belum mampu mengatur dan mengontrol emosinya sendiri. Kadang kala, anak juga belum bisa mengerti bagaimana caranya mengekspresikan kegusarannya akibat rindu bermain bersama teman-temannya di luar rumah. Jika akhir-akhir ini buah hatimu mengalami hal serupa, ada baiknya jika kamu mengajaknya bermain di halaman rumah dengan memainkan segala permainan favoritnya!

5. Anak menjadi pelupa

Selain bisa membuat emosinya tidak terkontrol, stres juga bisa membuat anak menjadi pelupa. Misalnya saja, ketika kamu meminta tolong kepada anak untuk mengambilkan bumbu dapur saat sedang memasak, bisa jadi anak malah merubah haluan dengan lebih fokus pada gadget atau renungannya sendiri. Meskipun, pada awalnya anak sudah mengatakan, “iya”. Kondisi itu disebabkan kegusaran hati dan pikirannya yang menjadi tidak stabil akibat stres dan penumpukan pikiran yang tidak sanggup diluapkannya.

Setelah mengetahui 5 gejala stres yang dialami anak saat pandemi Covid-19 ini, tentu kamu tak perlu mengomelinya lagi ketika anak menunjukkan beberapa gejala seperti di atas, Ladies. Sebaliknya, kamu harus tetap menemani anak dan mengajaknya berkegiatan bersama, supaya rasa bosannya perlahan memudar.

*sumber foto cover: freepik.com
Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel