Ladiestory.id - Petisi mengenai siswi yang memakai hijab ketika sekolah akan ditindaklanjuti oleh Pengadilan Tinggi Karnataka, India. Usai adanya aksi protes oleh 6 siswa selama berminggu-minggu, akhirnya terjadi perkembangan.
Pihak manajemen yang menekankan jika siswi harus melepas hijab saat di kelas berhasil membuat para pemrotes dilarang melakukan aktivis di sekolah.
Kelompok minoritas muslim India mengatakan jika konstitusi negara itu menjamin kebebasan mengenakan apapun yang mereka inginkan. Namun, masalah yang terjadi akhir-akhir ini membuat mereka ketakutan.
Pada tanggal 3 Februari kemarin terdapat sebuah video yang memperlihatkan beberapa siswi berhijab tidak diperbolehkan masuk sekolah. Hal tersebut tentunya menimbulkan kemarahan warga yang menyaksikan video tersebut bahkan sampai menyebar ke sekolah menengah atas lainnya.
Kronologi Kasus
Almas AH, salah satu dari 6 siswi yang berada pada video mengatakan jika ia dan teman-temannya sedang berusaha berhijab pada satu tahun pertama sekolah. Namun sayangnya, pihak sekolah meminta kesepakatan terhadap orang tua siswi agar mereka membuka hijab ketika di sekolah.
Para pelajar tidak melakukan sekolah tatap sekolah pada saat periode covid kemarin. Menurut Almas, surat yang diberikan pihak sekolah pada masa itu hanya berisikan tentang peraturan berseragam, bukan berhijab.
Sehingga ketika mereka memasuki sekolah dengan menggunakan hijab pada akhir Desember kemarin, Almas merasa jika mereka tidak diperbolehkan masuk kelas.
Rudre Gowda, Kepala Sekolah mereka mengira jika 6 siswi tersebut sengaja menciptakan masalah. Karena 70 persen Muslim tidak keberatan dengan peraturan sekolah menurut Kepala Sekolah tersebut.
Awalnya terdapat 12 siswi yang hendak memakai hijab. Tapi, jumlahnya menjadi berkurang ketika Rudre mencoba berbicara dengan orang tua mereka.
"Yang kami minta adalah ketika pelajaran dimulai, mereka harus mencopot hijab," jelasnya.
Dia merasa jika para guru seharusnya dapat melihat wajah setiap muridnya. Baginya, seragam membantu mengurangi resiko terjadinya diskriminasi.
"Tidak ada aturan di dalam buku atau dokumen yang menyebut bahwa hijab dilarang. Kami hanya diberitahu bahwa jika hijab diperbolehkan, lainnya akan meminta memakai syal saffron," ucap Masood Manna, pemimpin CFI.
Kejadian lain yang dimaksud Masood juga terjadi di Karnataka. Pihak sekolah melarang penggunaan syal saffron warna yang dianggapnya sebagai simbolis Hindu serta hijab di lingkungan sekolah pada kasus tersebut.
Siswi yang beragama Muslim diizinkan untuk menggunakan hijab, namun tidak dengan adanya penggunaan jarum.