Seluruh makhluk hidup memiliki sistem gerak yang dapat membantu melakukan suatu gerakan. Akan tetapi, gerak pada manusia dan hewan cenderung lebih bebas jika dibandingkan dengan tumbuhan.
Manusia dan hewan bertulang belakang atau vertebrata memiliki sistem gerak pasif dan aktif yang membantu bergerak dengan bebas.
Sebelum membahas lebih jauh tentang sistem gerak pasif dan aktif, ada baiknya untuk mengethaui pengertian sistem gerak itu sendiri.
Pengertian Sistem Gerak
Sistem gerak adalah kesatuan organ yang saling bekerja sama untuk memberi dukungan pada makhluk hidup agar dapat bergerak. Sistem gerak pada manusia terdiri dari tulang (rangka), otot dan sendi. Selanjutnya, sistem gerak tersebut dibagi mejadi dua, yakni sistem gerak pasif, dan sistem gerak aktif.
Sistem Gerak Pasif
Sistem gerak pasif tersusun atas rangka dan kumpulan tulang. Tulang temasuk dalam sistem gerak pasif karena membutuhkan otot agar dapat bergerak. Tanpa otot, tulang tidak dapat melakukan gerakan.
Tulang-tulang di dalam tubuh saling dihubungkan dengan sendi hingga dapat membentuk rangka. Persendian juga dibagi menjadi dua, yakni sendi sinartosis dan sendi diartosis. Sendi sinartosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan, contohnya pada tulang tengkorak.
Sebaliknya, sendi diartosis dapat digerakan. Sendi ini juga dibedakan menjadi lima yakni sendi engsel, sendi peluru, sendi pelana, sendi putar, dan sendi geser.
Sistem Gerak Aktif
Otot-otot rangka atau otot lurik merupakan bagian dari sistem gerak aktif yang bekerja dengan kesadaran. Alasan mengapa otot disebut sebagai sistem gerak aktif karena kontraksi pada otot dapat menimbulkan gerakan pada rangka.
Sifat otot yang elastis mampu membuat otot kembali ke bentuk semula setelah berkontraksi. Otot juga dapat berkontraksi dalam beberapa keadaan, yaitu kontraksi isometrik, kontraksi isotonik konsentris, dan kontraksi isotonik eksentris. Berikut penjelasannya:
1. Kontraksi Isometrik
Kontraksi isometrik adalah jenis kontraksi yang membuat otot menengang tanpa memengaruhi perubahan panjang otot. Salah satu contoh kontraksi ini ialah saat melakukan plank. Otot-otot tubuh akan menengang saat mempertahankan posisi tubuh namun tidak memengaruhi panjang-pendeknya otot.
2. Kontraksi Isotonik
Kontraksi isotonik dapat terjadi dalam dua keadaan, yakni kontraksi isotonik konsentris dan kontraksi isotonik eksentris. Kontraksi isotonik konsentris terjadi saat otot bergerak memendek untuk menghasilkan tenaga. Sebaliknya, kontraksi isotonik eksentris terjadi saat otot bergerak memanjang.
Otot menempel pada tulang , sehingga saaat otot berkontraksi dapat mengubah kedudukan tulang dan mengakibatkan terjadinya gerakan. Contoh dari kontraksi ini ialah saat tangan mengangkat dumbbell. Saat mengangkat dumbbell, terjadi kontraksi otot isotonik konsentris, sehingga tangan juga bergerak ke atas.
Begitu pula saat dumbbell diturunkan, otot akan mengalami kontraksi isotonik eksentris. Pergerakan otot ini juga memengaruhi tangan untuk ikut turun ke bawah. Jika Anda menekuk tangan hingga membentuk sudut 90 derajat tanpa melakukan gerakan, itulah yang disebut kontraksi isometrik.
Demikian ulasan tentang tulang dan otot dalam sistem gerak manusia. Semoga bermanfaat.