Tingginya intensitas hujan menjadi salah satu pemicu terjadinya banjir di berbagai daerah di Indonesia. Dan BMKG memprediksi bahwa curah hujan sedang sampai lebat akan mengguyur sampai Maret 2020.
Saat banjir melanda sebagai wilayah di Indonesia, risiko penularan dan serangan penyakit tertentu pun menjadi meningkat. Nyatanya, ada beberapa jenis “penyakit langganan” yang sering menyerang saat bencana alam ini terjadi. Rendaman dan genangan air banjir disebut mengandung berbagai organisme penyebab penyakit, termasuk bakteri usus, seperti E-coli, Salmonella, dan virus penyebab penyakit tifus, paratifoid, dan tetanus. Jadi, memperhatikan kebersihan makanan, air, dan secara umum sudah menjadi keharusan agar anggota keluarga tetap sehat, termasuk anak.
Beberapa Penyakit pada Anak Pasca Banjir
Diare
Banjir bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit yang disebarkan lewat air yang terkontaminasi (waterborne diseases) oleh virus ataupun bakteri. Termasuk, diara. Diare ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan atau disertai dengan perubahan konsistensi feses. Hal yang perlu diperhatikan adalah anak tidak boleh kekurangan cairan (dehidrasi).
Infeksi saluran pernapasan akut
Kondisi ini dapat disebabkan oleh virus yang ditandai dengan adanya keluhan demam dan batuk serta pilek.
Infeksi kulit dan mata
Penyakit kulit dapat disebabkan oleh berbagai organisme seperti bakteri, virus, jamur, parasit, atau kutu yang menginfeksi kulit. Infeksi mata juga bisa ditularkan melalui air, seperti moluskum kontagiosum atau penyakit pada kelopak mata dan konjungtivitis yang ditandai dengan mata merah. Gejala penyakit ini adalah anak merasakan gatal, kulit kemerahan akibat iritasi dan tanda infeksi lain pada kulit.
Demam dengue dan malaria
Waspada terhadap penyakit yang bisa ditularkan oleh nyamuk. Demam dengue dan malaria diperantarai oleh dua jenis nyamuk yang berbeda dengan keluhan klinis yang tidak sama. Namun keduanya dapat menimbulkan keluhan demam disertai dengan gejala penyerta lainnya. Kondisi ini perlu diwaspadai terutama pasca-banjir karena akan terjadi banyak genangan air yang dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk.
Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan bakteri leptospira yang menyebar luas pada saat curah hujan tinggi di tempat yang sanitasinya buruk dan sistem drainasenya kurang baik. Penularannya terjadi pada anak yang terpapar air kencing binatang pengerat seperti tikus. Gejala pada leptospirosis, di antaranya demam, nyeri kepala, diare dan nyeri tekan di area betis.
Demam tifoid dan hepatitis A
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonellla Typhi, sedangkan hepatitis A disebabkan oleh virus. Kedua penyakit ini dapat menimbulkan keluhan demam dan gangguan pencernaan yang disebabkan karena kurangnya higienitas, di antaranya adalah penyajian makanan yang tidak bersih.
Anak sangat rentan terhadap berbagai infeksi dan kita sudah paham bahwa begitu banyak penyakit yang bisa terjadi pada anak dalam kondisi banjir. Oleh karena itu, orangtua perlu memahami upaya untuk mencegah anak sakit. Selain itu, jangan biarkan si kecil bermain-main dengan air banjir. Selalu ingatkan anak untuk sering mencuci tangan, terutama sebelum makan. Apabila ada lecet atau luka yang belum kering pada tubuh, maka gunakanlah plester luka tahan air atau jaga agar luka tersebut tidak terekspos air banjir.
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menjaga Kesehatan Anak Pasca Banjir?
Aspek kebersihan merupakan hal yang utama. Biasanya, rumah sangat kotor dan berantakan pasca-banjir, bahkan terdapat sisa air banjir dan lumpur. Oleh karena itu, bersihkan seluruh area rumah dengan baik menggunakan disinfektan dan gunakan masker saat membersihkan rumah dari sisa banjir. Jangan lupa juga bersihkan mainan anak dan pastikan kondisi mainan anak dalam keadaan bersih sebelum digunakan kembali.
Anak pun sebaiknya diungsikan ke tempat yang lebih bersih untuk sementara waktu hingga rumah dalam kondisi bersih. Jangan lupa untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir terutama saat menyiapkan makanan atau susu. Perhatikan juga saat membuang popok sekali pakai si kecil dengan dibungkus terlebih dahulu dalam kantong plastik.