Ladiestory.id - Dalam hitungan hari lagi Ramadan akan datang. Ramadan menjadi bulan yang sangat dinantikan oleh umat muslim. Di bulan Ramadan segala perilaku baik yang dilakukan akan mendapatkan pahala yang besar. Dibukanya pintu ampunan juga menjadikan Ramadan begitu spesial bagi umat muslim.
Umat muslim menyambut dengan suka cita kehadiran Ramadan. Bahkan masyarakat di berbagai daerah memiliki tradisi unik untuk menyambut Ramadan. Termasuk di Jawa Tengah, ada beberapa daerah yang masih mempertahankan beragam tradisi unik tersebut.
Ada yang menyelenggarakan acara sakral bahkan juga pesta rakyat. Ladies, berikut tradisi unik untuk menyambut Ramadan di Jawa Tengah. Simak yuk!
Ruwahan
Menurut kalender Jawa, "ruwah" merupakan bulan sebelum Ramadan. Masyarakat Jawa kerap mengadakan acara Ruwahan dalam menyambut Ramadan, termasuk Puro Mangkunegaran. Keraton yang berada di Kota Surakarta setiap tahun selalu menggelar acara Ruwahan.Acara Ruwahan dimaksudkan untuk mendoakan para arwah leluhur dengan membaca doa tahlil.
Setelah membaca doa tahlil, para abdi dalem Puro Mangkunegaran kemudian melakukan ziarah kubur. Para abdi dalem tersebut melakukan ziarah ke beberapa makam seperti makam para pendiri kerajaan Mangkunegaran, makan raja-raja Mataram Islam dan tokoh lain yang dianggap penting, termasuk makam kerabat Punggowo Baku.
Dugderan
Berbeda lagi dengan tradisi di Kota Semarang. Di Semarang memiliki tradisi yang disebut dugderan untuk menyambut datangnya Ramadan. Tradisi dugderan sudah ada sejak 1881 pada masa pemerintahan Bupati KRMT Purboningrat. Tradisi ini dimulai dengan adanya pasar rakyat selama seminggu menjelang Ramadan.
Kemudian diadakan juga karnaval budaya dengan membawa ikon Kota Semarang berupa Warak Ngendog. Karnaval budaya tersebut dilaksanakan satu hari sebelum Ramadan.
Setelah acara karnaval selesai, dilanjutkan dengan acara pemukulan bedug yang berada di Masjid Agung Semarang yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Kauman yang terletak di Kawasan Pasar Johar Semarang. Pada zaman dulu juga disertai dengan penyulutan meriam. Hal ini menjadi pertanda bahwa Ramadan telah datang.
Gebyuran Bustaman
Tak hanya Dugderan, di Semarang juga ada tradisi lain untuk menyambut Ramadan yaitu Gebyuran Bustaman. Tradisi ini dilaksanakan oleh warga Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah. Tradisi diawali dengan memukul kentongan kemudian dilanjutkan dengan diadakannya perang air.
Tradisi Gebyuran Bustaman sarat akan makna yaitu pembersihan jiwa dan raga sebelum memulai puasa Ramadan. Selain itu, tradisi ini mengajarkan untuk menahan amarah dan saling memaafkan sebelum datangnya Ramadan agar dapat menjalani puasa dengan hati yang bersih.
Setelah selesai perang air, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dengan gudangan sebagai hidangannya.
Dandangan
Berbeda lagi dengan tradisi yang ada di Kabupaten Kudus. Di Kudus ada tradisi yang dinamakan Dandangan untuk menyambut datangnya Ramadan. Tradisi ini berpusat di sekitar Menara Kudus yang masih satu lokasi dengan makam Sunan Kudus.
Hampir sama dengan Dugderan yang ada di Semarang, dalam tradisi Dandangan selama seminggu sebelum Ramadan akan diadakan pasar rakyat. Kemudian diadakan juga kirab budaya. Tak hanya masyarakat Kudus saja yang menyaksikannya, tetapi masyarakat di kota lain yang dekat dengan Kudus juga ikut menyaksikan kemeriahan Dandangan.
Megengan
Tradisi menyambut Ramadan juga dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Demak. Di Demak memiliki tradisi bernama Megengan. Megengan berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti menahan.
Dalam tradisi ini terdapat acara semacam pesta rakyat yang menampilkan hiburan berupa kesenian daerah. Dalam acara tersebut ditampilkan juga barongan yang merupakan budaya Jawa. Selain itu, terdapat juga pasar tiban. Banyak pedagang yang berjualan di pasar tiban termasuk pedagang kuliner khas Demak.
Baratan
Kabupaten Jepara memiliki tradisi yang dinamakan Baratan. Baratan berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti berkah atau keselamatan. Dalam tradisi Baratan dilaksanakan juga suatu karnaval budaya dengan menampilkan tokoh Ratu Kalinyamat yang merupakan bupati pertama di Jepara.
Tradisi Baratan dilaksanakan pada 15 hari sebelum Ramadan. Acara Baratan dilaksanakan pada malam hari. Dimulai dengan sholat Maghrib berjamaah, berdoa bersama dan sholat Isya berjamaah. Kemudian masyarakat melakukan kenduri dan karnaval budaya.