Ladiestory.id - Bicara mengenai pendidikan, belum bisa dipungkiri jika di zaman yang serba modern ini, masih banyak yang belum mendapatkan kemudahan akses belajar, terutama bagi mereka yang berada di wilayah pedesaan Indonesia.
Tak cukup sampai situ, selain mengenai akses, hal lain yang juga menjadi sorotan adalah kualitas pendidikan itu sendiri. Seperti diketahui, kualitas pendidikan di desa dan kota memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
Oleh karena itu, sebagai bentuk pemberian pendidikan yang merata, mulai lah bermunculan komunitas-komunitas yang fokus akan literasi masyarakat dan berkomitmen untuk menyediakan pendidikan informal yang berkualitas bagi anak-anak, khususnya di pedesaan.
Komunitas dengan komitmen mulia tersebut, salah satunya Taman Baca Masyarakat (TBM) Bale Baca Cijayanti. Nama komunitas ini diambil dari lokasinya yang berada di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Bale Baca Cijayanti ini digagas langsung oleh seorang perempuan asli daerah tersebut yang berusia 25 tahun, bernama Dwi Sulistia, pada 3 tahun lalu atau tepatnya 2019.
Bale Baca Cijayanti berfokus pada isu pendidikan berkualitas dengan kegiatan-kegiatan yang bergerak pada bidang literasi. Hal ini dilakukan untuk menghidupkan dan meningkatkan minat baca anak-anak yang ada di sekitar desanya.
Saat ini, komunitas Bale Baca Cijayanti diisi oleh sejumlah anggota yang terdiri dari pengurus tetap dan anak-anak didik yang berasal dari desa sekitar. Hingga saat ini, Dwi mengungkapkan, jumlah anak didik yang bergabung secara tetap di komunitas Bale Baca Cijayanti ada sekitar 80 anak. Ragam usia anak-anak yang belajar di Bale Baca Cijayanti, membuat tingkatan kelas dibagi dua.
Anak-anak pada usia 3-7 tahun atau yang dikenal dengan umur pra-sekolah, akan masuk dalam kelas Calistung (membaca, tulis dan berhitung). Sementara anak usia 8-15 tahun akan masuk dalam kelas gemar membaca dengan kegiatan melatih kemampuan komunikasi, sehingga bisa meningkatkan rasa percaya diri.
Adapun kegiatan yang dilakukan cukup beragam, antara lain setiap Kamis dan Jumat pukul 15.30 hingga 16.30 diadakan pembelajaran di kelas masing-masing, baik kelas Calistung atau kelas gemar membaca.
Lalu, pada Sabtu di waktu yang sama, anak-anak masuk dalam kelas literasi digital, yang mana temanya berbicara mengenai isu sampah dan lingkungan. Seperti tema kelasnya, yaitu literasi digital, maka penyajian materi pun disampaikan melalui video-video yang membahas lebih jauh mengenai isu yang tengah populer.
Selain jadwal mingguan, Bale Baca Cijayanti pun memiliki kegiatan bulanan. Setiap bulannya anak-anak melakukan kegiatan outdoor berupa kunjungan ke beberapa wilayah desa, sekaligus mengenal lebih jauh potensi dari lingkungan sekitar.
Sementara itu, untuk fasilitas, Bale Baca Cijayanti saat ini telah memiliki sebuah bangunan permanen dengan 2 ribu koleksi buku, tiga buah komputer, sebuah laptop dan proyektor yang diharapkan mampu menunjang pembelajaran.
Komunitas Bale Baca Cijayanti memang berdiri untuk membantu para anak di desa agar bisa berkembang dengan maksimal. Dwi tak ingin potensi besar yang dimiliki anak, terbuang sia-sia hanya karena lingkungan desa yang jauh dari kota hingga kurangnya fasilitas penunjang pembelajaran, seperti buku-buku bacaan.
“Teman-temanku dulu pinter banget, lebih pintar daripada aku, tapi karena lingkungan desa yang jauh dari kota dan fasilitas yang gak memadai, akhirnya kepintaran mereka sia-sia,” kata Dwi saat ditemui oleh tim Ladiestory.id pada Jumat (2/12/2022) di salah satu kafe di Bogor.
“Aku gak mau lagi liat generasi anak di desa setelah aku, ngerasain kayak teman-teman aku saat itu,” sambungnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa komunitas Bale Baca Cijayanti terbuka untuk anak-anak yang ingin belajar bersama. Tak ada syarat tertentu untuk dapat belajar, selain sang anak merupakan warga sekitar desa Cijayanti. Anak-anak yang ikut belajar pun tidak dipungut biaya sepeser pun.
Memiliki tujuan yang mulia, Dwi mengungkapkan bahwa dalam usaha untuk mewujudkannya tentu harus berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk dari pengajar yang berkualitas. Oleh karena itu, selain bertujuan memberikan akses pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak, melalui komunitas ini, Dwi pun menggandeng para guru-guru sekolah yang berada di sekitar desa untuk sama-sama belajar menjadi pengajar yang berkualitas.
“Kita berkolaborasi dengan guru-guru sekolah yang ada di sekitaran desa untuk ikut mengajar di komunitas. Karena kita fokusnya ke pendidikan berkualitas otomatis pengajarnya pun harus berkualitas, dengan mengajak guru-guru SD dan SMP untuk sama-sama ikut bergabung, supaya bisa jadi percontohan,” kata perempuan lulusan Universitas Diponegoro itu.
Dwi pun menegaskan bahwa komitmen menjadi poin penting yang harus dimiliki oleh semua anggota. Hal ini dilakukan, agar kedepannya, Bale Baca Cijayanti bisa menjadi lembaga pendidikan informal yang mampu memberikan contoh baik bagi masyarakat maupun komunitas-komunitas lain di seluruh Indonesia.