1. Lifestyle
  2. Tantangan yang Kerap Dihadapi Saat WFH dan Cara Mengatasinya
Lifestyle

Tantangan yang Kerap Dihadapi Saat WFH dan Cara Mengatasinya

Tantangan yang Kerap Dihadapi Saat WFH dan Cara Mengatasinya

Bekerja dari rumah alias work from home (WFH) telah menjadi kebiasaan baru bagi banyak pekerja kantoran di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pandemi virus Covid-19 mengharuskan banyak perusahaan untuk menerapkan WFH demi menekan penularan virus corona. 

Meski telah berjalan hampir setahun, bekerja dari rumah rasanya masih belum berjalan lancar, terutama bagi pekerja yang memiliki anak. Banyak karyawan yang masih memerlukan adaptasi. Dibanding bekerja di kantor, WFH lebih fleksibel dan santai. Namun, tantangannya jauh lebih besar daripada di kantor. Apa saja? Berikut ini lima tantangan bekerja dari rumah dilansir dari laman Team Work. 

Terganggu oleh Semua Hal 

Salah satu tantangan bekerja dari rumah adalah mudah terganggu oleh segala hal yang ada di sekitar. Menyesuaikan diri dengan ruang kerja baru bisa jadi menantang, terutama bila melibatkan anak-anak, hewan peliharaan, TV, sofa, makanan ringan, dan hal lainnya. Tanpa lingkungan kerja atau kantor yang terstruktur, bekerja dari rumah akan sulit dilakukan. 

Hal wajar jika kamu terganggu oleh lingkungan sekitar. Untuk mengatasinya, siapkan ruangan khusus untuk bekerja. Bila tak ada, kamu bisa mengambil sebagian space dari ruangan di rumah, lalu mengatur meja dan kursi layaknya di kantor. Hal ini dapat membantu membawa kamu ke suasana bekerja serta mulai mengembangkan rutinitas yang baik.

Komunikasi dengan Rekan Kerja

Komunikasi menjadi tantangan terbesar ketika bekerja dari rumah. Komunikasi bisa menjadi sangat rumit lantaran tidak bertemu dan berada dalam ruangan yang sama dengan rekan kerja. Akibatnya, sering kali terjadi miss komunikasi. 

Untuk mengatasinya, tetaplah berkomunikasi secara virtual dengan rekan kerja. Gunakan komunikasi melalui video call saat rapat. Ini merupakan cara terdekat untuk tetap merasa berada di ruangan yang sama serta memungkinkan melakukan percakapan penuh seperti melihat ekspresi wajah, gerak tubuh, dan nada bicara. 

Tetap Termotivasi

Terlalu lama bekerja dari rumah tentu membuat jenuh yang akhirnya kehilangan konsentrasi dan motivasi bekerja. Akibatnya, kamu sulit fokus pada pekerjaan dan menghambat kemajuan karier. Untuk itu, teruslah memotivasi diri kamu. Caranya, menyakinkan diri bahwa pekerjaan yang kamu lakukan itu berharga. 

Selain itu, tetap fokus pada pekerjaan. Tetapkan tugas dan catat pencapaian yang sudah dilakukan sebagai pengingat serta tulis apa yang sedang kamu upayakan dalam jangka panjang. 

Bekerja Berlebihan

Orang kerap berpikir bekerja di rumah memberikan kemudahan dan lebih cepat selesai. Misalnya, bekerja sambil makan atau menonton. Padahal, WFH justru membuat karyawan bekerja berlebihan, bahkan hingga melewati batas waktu di kantor. Kamu masih harus menyelesaikan pekerjaan meski sudah lewat waktu bekerja dan melihat email sebelum tidur sehingga sulit membagi waktu kerja dengan waktu di rumah. 

Solusinya, tetapkan waktu mulai dan akhir bekerja. Patuhi aturan tersebut. Mungkin sulit menolak tugas yang masuk pada pukul 16.59. Namun, kamu bisa tanyakan apakah tugas itu harus diselesaikan hari ini atau besok. Bila besok, kerjakan keesokkan harinya. Bila hari ini, segera kerjakan dan pastikan kepada atasan bahwa itu tugas terakhir hari itu. Ingatkan pula untuk tidak memberi tugas mendekati waktu akhir kerja. 

Merasa Kesepian 

Banyak dari pekerja yang merasa terisolasi dan kesepian saat ini. Biasanya, dapat bertemu langsung dengan teman-teman kerja, makan siang bersama, dan mengobrol bareng. Saat ini, hanya bisa bertatap muka secara virtual. Hal ini membuat kita merasa sendirian juga kesepian. 

Karena itu, teruslah membangun komunikasi bersama teman-teman kerja di luar jam kerja atau saat weekend meski tak langsung. Kamu bisa membicarakan hal apa pun yang menyenakan, kecuali pekerjaan. Cara lain, bangun hubungan dengan orang di rumah serta cari kesibukan saat weekend di rumah demi mengusir kesepian. 

 

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel