Ladiestory.id - Turban kini sudah banyak digunakan di Indonesia. Tak hanya sebagai penutup kepala bagi perempuam muslim, namun kini sudah masuk dalam bagian fashion. Lalu gimana sih sejarah dari turban itu sendiri?
Turban sudah ada sejak sebelum abad ke-17. Namun zaman dahulu, turban digunakan oleh para pria di Timur Tengah untuk menutup kepala. Turban tidak hanya digunakan untuk kaum muslim, namun beberapa kepercayaan lain seperti Kristen hingga Yahudi turut menggunakan penutup kepala satu ini.
Jika ditarik kembali, orang-orang mempercayai turban ada pada zaman Kerajaan Mesopotamia. Kala itu, 2.350 SM, ditemukan kain seperti turban pada patung kerajaan. Penemuan tersebut dipercaya menjadi bukti bahwa turban muncul sebelum lahirnya agama-agama Abrahamic.
Bahkan di beberapa daerah, turban hanya boleh digunakan untuk orang yang punya hak istimewa, yakni mereka yang memiliki keyakinan tersebut. Tapi bukan berarti, turban tidak dipakai oleh golongan lain. Mereka tetap menggunakannya, hanya saja warna yang akan membedakan.
Seperti contoh di Suriah dan Mesir pada abad ke-8. Di sana turban putih digunakan oleh orang penganut Muslim. Sedangkan golongan lain, seperti Yahudi memakai turban kuning, Kristen memakai turban biru, dan Samaria memakai turban merah.
Turban Jadi Identitas Agama Muslim
Seperti yang sudah disebutkan dalam poin di atas, sejatinya turban memang dipakai semua golongan. Hanya saja warna yang menjadi pembeda dan identitas di antara mereka.
Namun semenjak abad ke-16 pada Kesultanan Mughal semuanya diubah. Termasuk turban yang tadinya kecil dibuat menjadi lingkaran ukuran lebih besar. Bahkan turban pernah dipakai untuk patokan dan pemisah populasi pada 1658.
Saat itu orang non-Muslim dilarang menggunakan turban oleh Sultan Mughal yang terkenal sangat kontroversial. Hanya orang penganut keyakinan Muslim saja yang boleh memakai turban hijab.
Padahal, kesultanan itu tak hanya dihuni oleh umat Muslim, namun ada juga kaum Syehk. Terlebih sejak ada pemimpin Guru Tegh Bahadur, populasi di kesultanan tersebut kian bertambah.
Putra Guru Tegh Bahadur yakni Gobind, melakukan perlawanan terhadap Sultan Mughal dengan mendirikan kelompok yang bernama Khalsa. Kelompok tersebut memperjuangkan turban bisa dipakai semua golongan. Termasuk kaum Syekh yang harus memakai turban untuk menutup rambut yang tidak dipotong.
Kaum Syekh memakai sorban sebagai tanda kebebasan dan bentuk pembangkangan mereka kepada Kaisar. Mereka pun mengakhiri perbedaan kasta di kesultanan tersebut dengan penutup kepala yang kini menjadi ciri khas orang Syekh
Turban Jadi Fashion Perempuan
Barulah pada abad ke-18, turban menjadi fashion perempuan. Hal ini semakin populer pada abad 20. Paul Poiretlah yang berjasa mempopulerkan turban fashion ini.
Sekitar 1930-an, turban hijab semakin jadi spotlight sebab sering digunakan dalam berbagai acara publik, seperti fashion show, muncul di film, dan acara penting lainnya.
Dilanjut pada 1970-an, turbak tak lagi dikenakan untuk menutupi rambut. Tapi fungsi turban berubah menjadi penutup kepala seperti topi.
Pada 1973, Barbra Streisand ikuti jejak Garbo dengan memakai turban pada premier filmnya bertajuk The Way We Were. Queen Elizabeth II juga sempet muncul ke publik dengan turban dalam acara turnya ke Western Isles pada 1996. Mulai 2000, turban kembali dipopulerkan oleh Jennifer Lopez di MTV Video Music Awards.
Di sumber lain pun mengatakan jika turban fashion berkembang tak luput dari peran Holywood. Sebab beberapa nama turut mempopulerkan turban fashion. Sebut saja mereka Gloria Swanson, Marlene Dietrich dan Greta Garbo, hingga Lana Turner
Nah pada 2010 dan 2011, turban juga dipamerkan melalui peragaan busana dunia. Kemudian pada 2018 turban juga menjadi headpieces yang dipamerkan dalam acara runway koleksi Gucci fall 2018 di Milan atas rancangan desainer Alessandro Michele.