Ketika kita bertengkar atau membuat konflik dengan seseorang, kita kerap merasa bersalah dan sulit untuk tidur. Terlebih, jika yang menjadi lawan dalam pertengkaran itu adalah orang-orang terdekat. Misalnya saja, sahabat, pasangan, atau keluarga. Apalagi, jika konflik yang kita timbulkan sudah memakan korban, baik itu manusia maupun sebuah kondisi yang tak disangka akan menjadi akibatnya. Seperti halnya, ketika kita bertengkar dengan pasangan dan memutuskan untuk bercerai, tentu anak lah yang akan menjadi korbannya. Atau jika kita berseteru dengan anggota kelompok lain dalam sebuah proyek kerja, tentu kelompok kita lah yang akan mendapat nama buruk sebab memiliki anggota yang emosional dan tidak profesional.
Biasanya, setelah peristiwa seperti itu terjadi, kita lantas menyesal dan meminta maaf, namun mereka yang merasa telah menjadi korban akan malas mendengarkan alasan yang kita berikan. Lantas, setelah kita minta maaf, rasa bersalah pun masih membekas, menyertai penyesalan dan keinginan untuk pergi sejauh mungkin. Sayangnya, sebuah kewajiban lain seperti kontrak kerja dan tanggung jawab lainnya tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Kita pun tetap menjalani proses itu dengan perasaan bersalah yang tak pernah mau berhenti. Padahal, tanpa kita sadari rasa bersalah yang hadir setiap saat itu akan merusak kesehatan mental dan fisik kita lho, Ladies. Nah, berikut ini ada 5 kiat agar kamu tak perlu merasa bersalah sepanjang waktu, jika kamu sudah meminta maaf.
1. Belajarlah untuk tidak menyalahkan siapapun
Ketika kita merasa bersalah, kita kerap mengambil waktu untuk menyendiri dan berpikir. Lalu, mulai mencari seseorang yang perlu dipersalahkan dan menemukan bahwa diri kita sendirilah yang rasanya patut untuk disalahkan. Padahal, seperti kata Fran Walfish, seorang psikoterapis di Beverly Hills dan konsultan di The Doctors yang menyatakan pendapatnya dalam laman The Healthy, bahwa dunia ini begitu kompleks, sehingga sering kali serangakaian peristiwa saling berkontribusi menciptakan kesalahan yang terjadi.
Dengan kata lain, kita bukanlah satu-satunya penyebab atas masalah yang ada, sebab sebuah masalah terjadi diakibatkan oleh campur tangan kondisi dan kontribusi dari pihak lain. Jadi, yakinkan dirimu, bahwa bukan kamulah satu-satunya yang layak disalahkan. Setelah itu, belajarlah untuk tidak menyalahkan siapapun.
2. Carilah perspektif orang lain
Dalam keadaan merenungi masalah, ada baiknya jika kamu pergi keluar dan berdiskusi dengan orang yang kamu percayai. Lantas, ceritakanlah masalahmu kepadanya secara terang dan gamblang. Akui saja jika memang kamu lah yang memulai konflik itu dan lantas menyebabkan seseorang menjadi marah. Keterusterangan akan mengajarimu berbicara jujur dan juga membuat partner diskusimu bisa lebih objektif ketika memberi pandangan. Nah, dari perspektifnya itu kamu bisa mendapatkan sudut pandang lain yang siapa tahu bisa menolong kerumitan pikiranmu, Ladies.
3. Priroritaskan dirimu sendiri
Tak ada gunanya untuk terus-terusan menyalahkan dirimu sendiri padahal kamu sudah meminta maaf. Jika mereka masih juga belum mau memaafkanmu, ya sudah, beri mereka waktu untuk sekadar melupakannya, Ladies. Tekankan dalam hatimu, bahwa teman yang baik akan selalu mau memaafkan segala kesalahan temannya. Setelah itu, fokuslah untuk memprioritaskan dirimu sendiri. Sebab, kamu masih punya tanggung jawab yang lain yang mesti kamu selesaikan. Misalnya saja, pekerjaan, studi, dan tanggung jawab menjaga kesehatan mental dan fisikmu sendiri.
4. Lanjutkan hidup dan perbaiki kesalahanmu
Kamu sudah menghabiskan waktu berhari-hari hanya demi mencari kesalahan pada dirimu sendiri. Kamu pun lantas mulai krisis percaya diri dan malas untuk pergi keluar dari rutinitas sehari-hari. Ladies, apa yang kamu lakukan itu sungguh membuang-buang waktu dan energi sebab segalanya sudah terjadi. Jadi, daripada membuang waktu dan energi lebih banyak lagi, berhentilah untuk meratapi peristiwa yang sudah berlalu. Lebih baik, perbaiki saja kesalahanmu. Terimalah kenyataan bahwa memang kamu yang bersalah dan jangan sampai melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari. Setelah itu, lanjutkan hidupmu!
5. Jika mereka tidak bisa memafkanmu, maka maafkanlah dirimu sendiri
Orang-orang yang merasa menjadi korban atas kesalahan orang lain kerap merasa kesulitan jika harus memaafkan orang yang bersalah tersebut. Nah, jika kamu sudah meminta maaf kepada mereka namun mereka enggan memaafkanmu atau sekadar bertemu denganmu, maka terimalah. Maafkanlah dirimu sendiri. Apresiasi dirimu sendiri sebab sudah begitu berani untuk meminta maaf. Tenang saja, Ladies, pertemanan itu memang silih berganti, kok. Jika ada salah satu yang pergi, maka kamu akan mendapatkan yang lainnya di kemudian hari.
Mengakui bahwa diri sendiri bersalah atas sebuah konflik yang terjadi itu adalah perbuatan seorang kesatria. Namun, terus-terusan merasa bersalah sepanjang waktu hanyalah membuang-buang waktu dan tidak berguna sama sekali.