Ladiestory.id - Menurut laporan dari Stand.Earth, dari 14 jenama fashion besar, hanya ada empat merek yang berupaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar jumlah yang dibutuhkan. Hal ini bertujuan menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat celcius.
Seperti yang diketahui, saat ini krisis iklim sudah mulai memburuk dan disebut dapat membahayakan manusia. Salah satu yang menjadi penyebab krisis iklim datang dari limbah dalam industri fashion.
Saat ini pun tengah digalakkan sebuah konsep yang disebut sustainable fashion yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari industri pakaian. Para brand dan jenama fashion diharuskan lebih bertanggung jawab, tak hanya kepada konsumen, tapi juga kepada lingkungan dengan melakukan produksi yang tidak mengotori alam.
Namun ternyata menurut Bianca Adinegoro, mantan model yang kini telah memiliki sebuah brand fashion, konsep sustainable fashion tidaklah mudah untuk diterapkan.
“Fashion sustainable itu saya sudah research di awal, itu susah banget. Awalnya saya mau bikin brand yang sustainable tapi itu kayak semua harus dipenuhi,” ungkap Bianca Adinegoro kepada Ladiestory.id di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (18/1/2024).
Sebagai wanita yang pernah menetap di Amerika, Bianca pun membandingkan penerapan konsep sustainable fashion di Indonesia. Menurutnya, di Amerika sudah memiliki sertifikasi yang harus diikuti oleh para pemilik brand untuk mendapatkan label sustainable fashion.
“Kalo di Amerika harus ada sertifikasinya, kayak semua harus dipenuhi bukan cuma kayak ‘oke kita pilih kain yang natural fiber atau pewarna alami’, bukan hanya itu, jadi even kayak sistem transportasi kita mengirim barang ini kemana itu termasuk dalam hitungan sustainable, kayak sustainable gak sih si truk yang bawa barang itu ke situ,” jelasnya.
“Di Indonesia sertifikasi belum ada, tapi banyak yang mengklaim sustainable fashion which is ya mungkin benar tapi nggak 100% jadi kalau di luar negeri itu ya harus memenuhi kriteria-kriteria itu yang berkembang terus setiap tahunnya,” sambungnya.
Tidak hanya bahan dan bagaimana cara distribusi produk fashion, Bianca Adinegoro juga menambahkan bahwa memprioritaskan kesejahteraan pekerja pabrik juga masuk ke dalam elemen kriteria sustainable fashion.
“Kalau di sini ya kita kalo misalkan pake natural fiber gitu udah bisa dibilang sustainable lah, tapi kalau kita research di luar itu kayak so hard untuk bilang brand kita sustainable karena elemennya banyak banget, termasuk orang-orang yg kerja di pabrik kita apakah sudah digaji di atas UMR itu semua, itu termasuk di dalam situ,” tutur Bianca.
Melihat banyaknya penilaian yang harus diperhatikan untuk menerapkan konsep sustainable fashion, Bianca Adinegoro pun dengan tegas menyatakan bahwa brand-nya masih belum menerapkan konsep tersebut.
Brand fashion Baha Gia yang dibangunnya sejak tahun 2022 itu masih belum menjadi sustainable fashion. Namun, sebagai owner dan creative director, Bianca Adinegoro selalu berusaha untuk menggunakan bahan-bahan yang tidak mencemari lingkungan dan merusak alam.
“Akhirnya saya memutuskan ‘oke saya gak berani bilang Baha Gia itu sustainable, saya gak berani klaim’ tapi saya berusaha memakai natural fiber, terus kita juga berusaha semua bahan-bahan sisa kita manfaatin bikin tas untuk merch, sebisa mungkin kita zero waste,” pungkas Bianca Adinegoro.