Ladiestory.id - Istilah stimulasi sensorik dan multisensorik mungkin belum terlalu akrab di telinga para orang tua yang memiliki bayi atau balita. Padahal, stimulasi multisensorik sangat penting dalam mendukung perkembangan anak terutama di 2 tahun pertama usianya.
Stimulasi dan nutrisi adalah dua faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Stimulasi bermanfaat memaksimalkan perkembangan otak anak.
"Selama ini para orang tua lebih familier dengan pemenuhan nutrisi dan melupakan stimulasi," jelas Melia Yunita, dikutip dari press rilis, Senin (6/6/2022).
Stimulasi akan membuat sel-sel otak anak saling terhubung sehingga bisa memahami informasi.
"Setiap satu kali stimulasi, artinya kita sedang membentuk serabut-serabut saraf di otak anak," tambah Lia.
Agar anak cerdas dan cepat mengerti, maka stimulasi perlu dilakukan terus menerus atau berulang-ulang. Setelah memahami pentingnya stimulasi, maka perlu diperhatikan area yang perlu distimulasi.
Menurut Lia, stimulasi harus dilakukan bersamaan pada kelima indra yang tengah berkembang. Inilah yang kemudian dikenal dengan area sensorik, yaitu terdiri dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan atau taktil.
“Kelima indra ini yang perlu dieskplorasi dengan stimulasi tepat, dikenal dengan stimulasi multisensorik. Artinya, dalam satu kali kegiatan dan satu waktu, orang tua bisa sekaligus melakukan stimulasi pada seluruh indra si Kecil,” jelas Lia.
Bahkan, banyak penelitian yang membuktikan bahwa anak yang terbiasa mendapatkan stimulasi multisensorik akan lebih bahagia, tidak stres, dan banyak tersenyum atau tertawa. Stimulasi multisensorik bisa dimulai segera setelah bayi lahir, yakni melalui Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
IMD menstimulasi semua indra bayi. Pertama, penglihatan. Meskipun pandangan bayi masih sangat terbatas, ia hanya bisa melihat warna kontras hitam dan putih, namun bayi bisa langsung mengarah pada puting ibunya.
Selanjutnya, stimulasi pendengaran melalui suara ibunya. Saat IMD dianjurkan ibu maupun ayahnya mengajak bayi berbicara.
Stimulasi indra penciuman terjadi saat bayi yang baru lahir mengenali aroma ibunya. Indra taktil atau perabaan juga terstimulasi dengan baik melalui skin to skin contact. Terakhir, indra pengecapan bayi terstimulasi saat ia menempel dan merasakan puting ibunya untuk menyusu pertama kali.
Setelah IMD, stimulasi multisensorik seharusnya terus berlanjut melalui semua kegiatan sehari-hari selama pengasuhan bayi.
“Kedua orang tua atau orang terdekat harus selalu mengajak bicara bayi saat memberikan ASI, mengganti popok, memandikan, dan semua aktivitas bersama bayi lainnya. Selain berbicara juga berikan sentuhan,” tambah Lia.
Selain menstimulasi otak, kegiatan stimulasi multisensorik juga akan menguatkan bonding antara orang tua dengan bayi secara konsisten.
“Kedua orang tuanya harus meluangkan waktu dan hadir di setiap aktivitas bersama anak, dan lakukan interaksi dua arah. Tidak ada gunanya memberikan banyak mainan tetapi anak dibiarkan bermain sendiri,” jelas Lia.
Namun, orang tua harus menghindari overstimulasi atau melakukan stimulasi multisensorik secara berlebihan. Contohnya paparan layar (screen time), baik televisi, komputer, maupun gagdet, sebelum anak berusia 2 tahun. Menurut Lia, paparan layar berlebih dapat mengakibatkan speech delay atau anak terlambat bicara.