1. Lifestyle
  2. Sriatun, Perempuan Pelestari dari Surabaya yang Lanjutkan Aksi Relawan
Lifestyle

Sriatun, Perempuan Pelestari dari Surabaya yang Lanjutkan Aksi Relawan

Sriatun, Perempuan Pelestari dari Surabaya yang Lanjutkan Aksi Relawan

Sriatun, Perempuan Pelestari dari Surabaya yang Lanjutkan Aksi Relawan. (Dok. WINGS)

Ladiestory.id - Bank Sampah Bersih Indah Asri (BIA) adalah Bank Sampah yang kini bangkit kembali setelah sempat mati suri akibat pandemi COVID. Saat ini, Bank Sampah BIA berhasil memiliki puluhan nasabah dan menyelamatkan ratusan kg sampah setiap bulannya agar tidak mencemari lingkungan. Hal ini tidak lepas dari semangat dan kegigihan pengurusnya yang didominasi perempuan, termasuk Ibu Sriatun, selaku salah satu penggerak sekaligus Sekretaris Bank Sampah BIA. 

Bank Sampah BIA berlokasi di Kecamatan Gubeng, Surabaya, Jawa Timur. Pertama kali dibentuk tahun 2019, Bank Sampah BIA sempat menghentikan kegiatan operasionalnya di tahun 2020 untuk menaati regulasi social distancing saat pandemi. Di tahun 2023, Bank Sampah BIA kembali beroperasi setelah terpilih menjadi salah satu Bank Sampah binaan program CSR Yayasan WINGS Peduli untuk kampanye #PilahdariSekarang.

Ibu Sriatun atau biasa dipanggil Bu Atun, memang memiliki panggilan hati untuk melakukan kegiatan sosial. Sejak 1997, Bu Atun sudah membaktikan diri membantu sekitarnya dengan mencari donatur untuk menyajikan makanan sehat dan layanan kesehatan sederhana bagi balita dan ibu menyusui, karena akses tersebut masih terpusat di provinsi. Sampai pada 2023, Ibu Atun tergabung ke dalam relawan Kader Surabaya Hebat (KSH) dengan menjadi bagian dari tim pendamping keluarga dan penggerak PKK. 

Di Bank Sampah BIA, Bu Atun berperan sebagai Sekretaris yang bertugas mencatat transaksi nasabah, berkoordinasi dengan mitra pengepul, serta mengatur jadwal operasional seperti penimbangan dan pelatihan. Namun, untuk mendorong semangat partisipasi warga, Bu Atun tidak segan untuk terjun langsung melakukan sosialisasi Bank Sampah ke warga sekitar agar mau menjadi nasabah, serta mendampingi pengurus untuk melakukan pemilahan sampah. 

Menjadi seorang istri, ibu dari 3 anak, dan eyang dari 2 cucu, Bu Atun selalu memiliki solusi atas tantangan yang dihadapi, khususnya dalam mewujudkan lingkungan bebas sampah. Menemukan warga yang keras kepala dan enggan memilah sampah dari rumah, sudah menjadi makanan sehari-hari. Kesabaran dan komunikasi terbuka, merupakan kunci Bu Atun agar dapat setia mengajak warga sekitar untuk turut berpartisipasi. 

“Saat sosialisasi, warga yang biasa saya temui adalah ibu-ibu. Mereka adalah kunci perubahan dalam keluarga. Oleh karena itu, sebagai sesama perempuan, saya biasa bicara dari hati ke hati agar pesan yang disampaikan mudah diterima,” ungkap Bu Atun.

Dalam operasional Bank Sampah sendiri, tidak jarang Bu Atun menghadapi keadaan yang tidak nyaman. Seperti menerima sampah dalam keadaan kotor dan belum terpilah dengan baik, sampai mencium bau tidak sedap dan menemukan kecoa dari sampah nasabah. Pun dengan pengalaman menunggu pengepul dari siang hingga maghrib untuk memastikan sampah nasabah tiba di tangan yang tepat. Namun bagi Bu Atun, pengalaman tersebut hanyalah kejadian yang menghibur dan sama sekali tidak menyurutkan perjuangannya untuk membesarkan Bank Sampah BIA.

Support system dari suami dan anak

Di awal membaktikan diri dalam kegiatan relawan, dukungan dari keluarga tidak langsung Bu Atun terima. Suami Bu Atun yang bekerja sebagai security dan montir di bengkel, mengaku pernah keberatan karena Bu Atun terlalu sering meninggalkan rumah karena pekerjaan sosial tersebut. Begitu juga dengan anak dan menantu Bu Atun yang mengkhawatirkan kesehatan orang tuanya, yang kini memasuki usia lima puluh tahun. Namun, Bu Atun bisa membuktikan bahwa pelayanannya di bidang persampahan ini tidak mengabaikan tanggung jawabnya di rumah. 

Selain restu, keluarga bahkan kini memberikan dukungan mereka dengan ikut berpartisipasi langsung mengurangi penumpukan sampah. M. Haical, anak bungsu Bu Atun yang duduk di bangku kelas 4 SD, mulai membawa tepak atau wadah makanan dan botol minuman dari rumah untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di sekolah. Bapak Kateno, suami Bu Atun juga menjadi relawan Bank Sampah BIA dengan menjadi petugas yang memilah dan menimbang sampah. 

Di rumah, seluruh anggota keluarga Bu Atun juga terbiasa memisahkan sampah organik dan non-organik. Bahkan, sudah empat tahun terakhir, Bu Atun melakukan composting mandiri di rumah dan memberikannya ke tetangga untuk membantu kesuburan tanaman mereka.

Bank Sampah BIA sebagai bagian dari kampanye #PilahDariSekarang

Bank Sampah BIA merupakan Bank Sampah Binaan Yayasan WINGS Peduli yang merupakan lanjutan dari kampanye #PilahdariSekarang. Melalui Bank Sampah BIA, Yayasan WINGS Peduli berupaya mengajak masyarakat untuk mewujudkan tiga langkah pengelolaan sampah yang disebut KPS, yakni Kenali jenis sampahnya, Pilah berdasarkan kategorinya, dan Setor ke Bank Sampah. Bersama Waste4Change, Yayasan WINGS Peduli memberikan pendampingan rutin kepada para pengurus, pelatihan aspek persampahan meliputi Kelembagaan, Operasional Teknis, Pengelolaan Keuangan, Regulasi, serta Meningkatkan Partisipasi, hingga kelas dan workshop pengelolaan sampah bagi warga calon nasabah di sekitarnya.

Program optimasi Bank Sampah ini dilanjutkan dengan kegiatan lainnya berbasis lingkungan yang melibatkan nasabah Bank Sampah BIA, seperti program edukasi bersama karyawan WINGS, Aksi Bersih di pantai Wonorejo, hingga berkolaborasi dengan pendaur ulang untuk meningkatkan nilai dari sampah yang dikumpulkan nasabah. Rangkaian inisiatif ini merupakan upaya Yayasan WINGS Peduli untuk menciptakan ekosistem pengelolaan sampah holistik berbasis komunitas di Surabaya.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel