Ladiestory.id - Sambut Hari Keluarga Nasional, Nestle bersama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar webinar "Edukasi Gizi Untuk Keluarga Berkualitas: Pemenuhan Gizi Seimbang Melalui Sarapan Untuk Mendukung Kualitas Gizi" dalam upaya mendukung percepatan penanggulangan prevalensi stunting di Indonesia.
Webinar ini diikuti oleh 2.500 peserta, termasuk para kader dari 292 kelompok kerja Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) di Kampung KB seluruh Indonesia.
“Nestle Indonesia berkomitmen untuk mendukung keluarga Indonesia untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan lebih bahagia. Salah satu wujud nyata kontribusi kami adalah mendukung peningkatan status gizi keluarga Indonesia melalui program Nestle Dukung Anak Lebih Sehat, atau yang secara global dikenal sebagai Nestle for Healthier Kids. Dukungan ini dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman dengan BKKBN pada Desember tahun lalu, dan kegiatan kita hari ini merupakan kelanjutan dari kerja sama tersebut," ujar Presiden Direktur Nestlé Indonesia Ganesan Ampalavanar.
Data Survei Status Gizi Balita Indonesia pada 2021 menunjukkan, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4%; turun 3,3% dari 27,7% pada 2019. Momentum ini perlu terus dilanjutkan melalui kolaborasi antar sektor untuk mengurangi risiko kejadian stunting di masa yang akan datang.
Webinar yang diselenggarakan Nestle dan BKKBN secara khusus mendiskusikan tiga hal, diantaranya pengenalan gizi seimbang serta korelasi terhadap stunting, peran sarapan dalam pemenuhan gizi harian, dan cara mengolah makanan dari kebun sendiri serta memanfaatkan keanekaragaman pangan lokal untuk mencapai gizi seimbang.
Dalam webinar ini akan diingatkan pentingya peran keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil dalam menerapkan kebiasaan makan yang baik, untuk mencegah risiko stunting.
Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Ali Khomsan dalam webinarnya mengatakan, pencegahan stunting harus dilakukan sedini mungkin, salah satunya dengan mengonsumsi makanan tambahan bergizi yang cukup.
“Melihat pola konsumsi di Indonesia saat ini, masyarakat harus meningkatkan konsumsi protein hewani, kacang-kacangan, umbi-umbian, buah dan sayur, sedangkan yang harus diturunkan adalah konsumsi beras dan terigu. Menanam aneka tanaman seperti umbi misalnya juga memiliki keunggulan dalam budidaya, yakni mudah ditanam dan adaptif pada berbagai lingkungan dan terhadap perubahan iklim. Selain itu, konsumsi jus kacang hijau yang dapat meningkatkan berat badan balita, sedangkan tempe meningkatkan berat badan pada balita umur 12-18 bulan," ujarnya.
Kegiatan webinar dilanjutkan dengan demo masak oleh Professional Chef, Food Business Unit Nestle Indonesia, Robi Abdurrochman, yaitu cara menyajikan menu sarapan dengan bahan mudah serta harga yang terjangkau. Dalam webinar ini, para narasumber menyimpulkan bahwa:
- Stunting dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, di mana >70% kejadiannya disebabkan oleh pola hidup, seperti konsumsi pangan dan aktivitas fisik.
- Konsumsi aneka ragam bahan pangan yang diolah menjadi menu yang menarik dapat membantu memenuhi gizi seimbang yang dapat mendukung perbaikan kualitas dan status gizi keluarga, terutama sebagai kelompok masyarakat yang terkecil untuk menerapkan kebiasaan makan baik.
- Sarapan dapat berkontribusi terhadap 30% kebutuhan gizi, dan mengonsumsi sarapan bergizi seimbang yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, serta sayur dan buah dapat meningkatkan asupan gizi seimbang.
Melalui menanamkan kebiasaan baik untuk memiliki pola hidup sehat sejak dini. Untuk mengatasi masalah stunting dan memenuhi kebutuhan gizi anak, Nestle telah melakukan fortifikasi gizi dalam produk makanan dan minumannya.
Pada 2020, Nestle menyediakan 4 miliar sajian produk yang telah difortifikasi dengan zat-zat gizi penting, seperti zat besi, zink, vitamin A dan vitamin D.