Ladiestory.id - Perusahaan label rekaman dan manajemen artis, Trinity Optima Production (TOP) kian aktif menjajaki bidang bisnis non musik. Sebut saja keterlibatannya dalam beberapa proyek film, series di platform OTT, brand extension artis, sampai investasi ke beberapa start-up di Indonesia.
CEO TOP Yonathan Nugroho memaparkan aksi-aksi ini adalah bagian dari persiapan perusahaan yang akan bertransisi menjadi group holding company dalam waktu dekat. Meski demikian, jantung bisnis utama sebagai label rekaman dan manajemen artis akan tetap berjalan dan menjadi prioritas revenue TOP.
Salah satu bentuk komitmen TOP untuk menjadi grup usaha adalah dengan mengembangkan perusahaan investasi Trinity Ventures guna memperluas jangkauan jaringan dan peluang kolaborasi. Arah investasi Trinity Ventures sendiri menganut paham yang lebih independen.
Sementara itu, aksi ekspansi perusahaan ke sektor pendanaan lumrah dilakukan. CEO Jagartha Advisor FX Iwan menyebutkan, pola corporate venture capital (CVC) biasanya terbagi menjadi dua mazhab.
“Pertama, mereka yang percaya CVC ada untuk berinvestasi pada bisnis yang dekat dengan core bisnis mereka sendiri, atau disebut Horizon 1 (Inovasi secara bertahap dan berkelanjutan). Biasanya CVC ini akan berinvestasi pada bisnis-bisnis yang sudah dikenal, pernah bekerja sama," papar Iwan.
"Sementara itu, ada CVC yang dibuat dengan misi menjadi independen dari grup usaha. CVC ini akan menarget bisnis apapun, termasuk di luar core mereka. Seringnya disebut investasi ke Horizon 2 dan 3 (Inovasi Disruptif),” tambahnya.
Trinity Ventures sendiri telah berinvestasi ke beberapa merek dan start-up di Indonesia sejak pertama kali dirintis pada 2021. Menariknya, Trinity Ventures memiliki dua metode investasi yang terinspirasi dari value TOP sebagai management artist.
“TOP selama ini punya keunggulan di bidang management artist dan pengembangan value talent agar punya umur karier yang panjang. Misi yang sama kami coba terapkan di CVC kami, dengan dua metode," ujarnya.
"Pertama, investasi yang murni pendanaan. Biasanya kami terapkan pada bisnis yang sudah well established dan memang sedang fundraise. Kedua, investasi ke sektor yang lebih riil, misalnya ke brand, komunitas, dan startup yang punya proyek-proyek spesifik. Bedanya, di metode kedua, kami bantu tidak hanya dari pendanaan, tapi juga dari sisi operations, legal, marketing, campaign, sponsorship,” terangnya lebih lanjut.
Salah satu investasi Trinity Ventures dengan metode pendanaan murni, yakni ke Sayurbox, Wahyoo, Semorpheus. Sedangkan untuk metode kedua, pendanaan dan dukungan advisory bisnis, Trinity Ventures mengandalkan unit bisnis TOP+ untuk mengembangkan merek seperti Purnama Beauty milik Lesti, Ayam Paduka dari Wahyoo, dan tim esports GPX.
Ke depannya, TOP bersama CVC miliknya masih akan mengeksplor bidang usaha unik dan inovatif lainnya di Indonesia. Ketika disinggung soal fenomena start-up burst saat ini, Yonathan menyebut pihaknya sangat menyadari hal tersebut dan sudah menyiapkan beberapa rencana mitigasi risiko.
“Selain mengamati tren start-up secara berkala, tentu pihak kami juga akan melakukan assessment pada calon-calon partner. Selama performance bagus, value dan visi para founder kuat dan rasional, tentu kami akan mendukung sebagai institutional investor,” pungkasnya.