1. Lifestyle
  2. Sejarah Dibalik Kota Bandung dan Pencipta Halo-Halo Bandung
Lifestyle

Sejarah Dibalik Kota Bandung dan Pencipta Halo-Halo Bandung

Sejarah Dibalik Kota Bandung dan Pencipta Halo-Halo Bandung

Foto: Instagram/jejak_sejarah45

Halo-halo Bandung, cerita heroik di Balik istilah Lautan Api Tanggal 24 Maret 1946 mungkin telah lenyap atau tidak pernah menjadi ingatan kolektif kita para warga bangsa Indonesia.

Akhirnya menjadi ingatan yang pasti selalu dikenang masyarakat kota Bandung khususnya bagi mereka yang menjadi saksi hidup kala itu.

Ketika saat itu Bandung menjadi Lautan Api, sebuah kejadian heroik pada perspektif yang berbeda.

Tidak layaknya perjuangan para arek-arek Suroboyo yang mengorbankan ribuan nyawa, masyarakat kota Bandung rela meninggalkan rumah serta harta bendanya sebab mengikuti jejak para pejuang yang diwajibkan mundur menuju arah selatan kota Bandung.

foto:instagram/bandungfootballculture
Foto: Instagram/bandungfootballculture

Mereka rela meninggalkan bahkan juga ikut membakar kota yang ditinggali sejak lahir sebab tidak rela ditempati oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration) Pemerintahan Sipil Hindia Belanda yang “diboncengi” Inggris setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.

Sulit dalam membayangkan apakah kita generasi sekarang dapat mampu dan iklas melakukan itu semua.

Kata "Hallo Bandung" telah diketahui semenjak terbitnya buku HALLO BANDOENG, HIER DEN HAAG. (Halo Bandung, Den Haag di Sini) yang diterbitkan oleh Penerbit Hindia Belanda Hoofdbestur di tahun 1928.

Buku ini adalah catatan memori mengenai panggilan telepon pertama kali dari Tuschen Neteherland ke Hindia Belanda (Herinneringen Aan De Eerste Radiotelefoongesprekken Tuschen Nederland En Nederlandsch-Indie), tepatnya di Kota Bandung, kota yang sangat menawan di Priangan.

Pada umumnya panggilan telepon, biasa dimulai dengan kalimat sapaan berupa "Hallo!". Dalam masa itu, melakukan suatu panggilan telepon internasional adalah suatu prestasi yang sangat fantastis.

Panggilan telepon pertama itu langsung dilakukan oleh Ratu Emma (ibu dari Ratu Wilhelmina) dari stasiun radio di Den Haag di negeri Belanda.

Catatan bersejarah ini yang direkam pada buku ini, sehingga kata kaya "Hallo Bandoeng" menjadi begitu sangat terkenal, khususnya pada kalangan aristokrat Belanda serta para pribumi yang memperoleh pendidikan di sekolah-sekolah Belanda. 

foto:instagram/tukang.nyangu
Foto: Instagram/tukang.nyangu

Dari sini bisa diketahui jika kota Bandung di Priangan (nama populer untuk daerah Jawa Barat saat itu) adalah kota yang sangat terkenal di Hindia Belanda kala itu, sehingga tak salah dikenal semenjak lama sebagai Paris van Java.

Disisi lain, wilayah Priangan juga dikenal di negeri Belanda sebagai daerah yang menghasilkan kekayaan alam yang besar sekali, sehingga VOC pernah mengeluarkan kebijakan preanger stelsel, sebuah usaha mengeksploitasi alam Priangan dengan mengukuhkannya menjadi perkebunan kopi.

Dan kata inilah yang lalu menginspirasi lagu "Halo-halo Bandung" yang penciptanya masih kontroversi sampai sekarang ini.

foto:instagram/ruangkreasi.id
Foto: Instagram/ruangkreasi.id 

Dilansir dari wikipedia, Halo-halo Bandung adalah salah satu lagu perjuangan Indonesia ciptaan Ismail Marzuki yang menggambarkan semangat perjuangan rakyat kota Bandung dalam masa pasca-kemerdekaan pada tahun 1946.

Khususnya dalam peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946.

Ismail Marzuki muncul bersama grup keroncong Lief Java di sekitar tahun 1940 sebagai penyanyi dan penulis lagu di Studio Orkes NIROM II di Tegalega, Bandung, sebagai bagian dari siaran radio NIROM (Nederlandsch-Indische Radio-omroepmaatschappij).

Lalu ia kembali ke kota Batavia setelah menikahi kawan sesama penyanyi di grup, Eulis Zuraidah. Tetapi kenangan indah selama tinggal di kota Bandung selalu melekat pada ingatannya.

Hal ini mendorongnya dalam menciptakan lagu berbahasa sunda berjudul "Hallo Bandung", serta beberapa lagu bertema serupa seperti "Bandung Selatan di Waktu Malam" dan "Saputangan dari Bandung Selatan".

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel