Ladiestory.id - Schoters, platform terbaik bimbingan kuliah ke luar negeri dan bahasa asing, gelar "Scholarship Abroad Clinic" berupa offline booth konsultasi layanan beasiswa luar negeri untuk pelajar, mahasiswa, pekerja, dan orang tua dengan konsep klinik secara gratis.
Di "Scholarship Abroad Clinic" ini, Schoters akan menghadirkan layanan konsultasi dan bimbingan sebagai fitur di aplikasinya kepada pengunjung selama sepekan. Melalui program ini, Schoters berkomitmen untuk meningkatkan ekosistem pendidikan di Indonesia dengan mendukung para pelajar untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, sekaligus merangkul support system mereka, yakni orang tua agar dapat memberikan pendampingan secara tepat.
Menurut Radyum Ikono, CEO Schoters Indonesia, penyelenggaraan "Scholarship Abroad Clinic" secara offline ini merupakan strategi untuk merangkul calon student dan orang tua mereka dengan efektif dan tepat sasaran.
“Dengan bertemu langsung calon student, Schoters bisa mengetahui minat dan motivasi mereka sekaligus memberikan solusi yang tepat, case by case. Strategi ini menjadi alternatif Schoters agar dapat terhubung dengan orang tua yang belum terliterasi secara digital, melalui ruang diskusi mengenai dukungan yang tepat dalam persiapan sekolah ke luar negeri untuk putra putri mereka,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Radyum mengatakan, bahwa saat ini, minat pelajar Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri terus meningkat. Menurut temuan Databoks (2022), destinasi negara utama pelajar Indonesia untuk studi dan memperoleh beasiswa adalah Uni Eropa (19,1%), dilanjutkan dengan Amerika Serikat (18,3%), dan Britania Raya (11,5%).
Negara tujuan ini dipilih dengan berbagai pertimbangan, termasuk reputasi keilmuan tertentu, biaya hidup yang terjangkau, kemudahan pengurusan visa, hingga bahasa yang digunakan.
Oleh karena itu, dalam "Scholarship Abroad Clinic ini", pengunjung pertama kali akan diminta mengisi formulir mengenai study plan yang berisi rencana jurusan, negara prioritas dan non-prioritas, tipe beasiswa, hingga pengalaman kerja dan kompetensi pendukung untuk mendiagnosa latar belakang dan kebutuhan mereka.
Selanjutnya, pengunjung akan diberikan rekomendasi kampus dan beasiswa yang cocok dengan profil calon student. Di kesempatan ini, mereka juga dapat mendiskusikan persiapan yang tepat untuk membidik target kampus dan beasiswa yang ditargetkan, termasuk konsultasi Curriculum Vitae (CV), serta dokumen pendukung lainnya.
Selain konsultasi, pengunjung juga dapat berfoto dan mengakses berbagai informasi lainnya seputar persiapan melanjutkan pendidikan kel luar negeri secara gratis. Di samping itu, akan ada berbagai booth berisikan kegiatan menarik untuk mengasah kesiapan mereka berkuliah ke luar negeri. Di antaranya adalah interactive quiz, Manifestasi Letter of Acceptance, hingga photo booth berhadiah menarik.
Layanan konsultasi untuk calon student dan orang tua yang hadir di "Scholarship Abroad Clinic" ini mewakili layanan Schoters yang paling diminati user. Beberapa di antaranya adalah layanan edutrip (Escape by Schoters) berupa layanan jalan-jalan ke luar negeri bernuansa edukasi, seperti mengunjungi universitas top dunia dan tempat wisata edukasi, serta sharing bersama alumni.
Di samping itu, juga terdapat Tes Sertifikasi Bahasa (IELTS, TOEFL, TOEIC, JLPT, dan TOPIK) untuk keperluan studi lanjut dan profesi lainnya serta kelas Bahasa Asing (Jepang & Korea). Tak hanya itu, Schoters juga menyediakan layanan untuk pelajar SD, SMP, dan SMA seperti English for Kids, Bimbingan Lomba, dan Menlo Park School yaitu SMP dan SMA bertaraf internasional persembahan Schoters.
Program "Scholarship Abroad Clinic" ini akan berlangsung selama satu minggu, mulai Selasa, 27 September hingga Senin, 3 Oktober 2022 di Ground Floor Living World Alam Sutera, Tangerang, Banten.
“Kami menargetkan total ratusan ribu pengunjung di pilot project ini. Tidak hanya kuantitas, tapi kami berharap kegiatan ini menjadi wadah berkualitas untuk calon student dan orang tua untuk mendapat informasi yang komprehensif seputar persiapan bersekolah ke luar negeri, demi ekosistem pendidikan yang lebih maju di Indonesia,” tutup Randy.