Ladiestory.id - VJ sekaligus presenter Indonesia, Daniel Mananta baru-baru ini membuat pengakuan yang cukup mengejutkan. Ia mengaku menemukan sebuah sekolah berstandar nasional yang diduga mendukung LGBT.
Hal itu ditemukannya kala ia sedang mencari sekolah untuk sang anak yang kini berusia 10 tahun. Ia pun menemukan sebuah hal yang cukup mengejutkan dirinya kala ia menyambangi salah satu sekolah di kawasan Jabodetabek.
Melalui siaran podcast-nya bersama Quraish Shihab, Daniel Mananta mengungkapkan bahwa sekolah tersebut menerapkan aturan yang bernama ‘Woke Agenda’, yakni sebuah gerakan untuk menormalisasikan perasaan setiap individu siswa di sekolahnya. Ia menyebut bahwa sekolah tersebut menjalankan ‘Woke Agenda’ tersebut karena sekolah itu sudah memiliki standar internasional dan sudah lebih terbuka soal gender.
"Kemarin kita bawa ke sebuah sekolah di Indonesia, kawasan Jabodetabek. Mungkin karena ini sekolahnya sekolah yang sudah levelnya internasional, jadi mereka sangat terbuka sama yang namanya Woke Agenda," ujar Daniel Mananta dalam siaran podcast-nya, dikutip Selasa (8/8/2023).
"Agenda ini adalah sebuah pergerakan atau agenda-agenda untuk menormalisasikan seperti you are what you feel. Identitas lo adalah apa yang sedang lu rasakan, gitu. Kalau misalnya lu merasa sebagai seorang perempuan, ya berarti identitas lo adalah seorang perempuan. Explore your feeling, gitu," sambungnya.
Lebih lajut, pria kelahiran 14 Agustus 1981 tersebut mengatakan bahwa sekolah tersebut memiliki tiga jenis toilet yang diperuntukkan bagi perempuan, laki-lakim dan toilet untuk gender netral.
"Saya datang ke resepsionisnya di situ sudah ada WC untuk laki-laku, perempuan, sama gender netral," kata Daniel Mananta.
"Saya tanya sama gurunya, kalian kok apa ya terbuka ya soal ini ya. Gurunya bilang 'Oh iya karena kita sangat menghormati banget sama murid-murid kita. Justru kita seharusnya membebaskan mereka dengan pilihan mereka. Kita tidak pernah akan bilang apakah pilihan mereka itu benar atau salah, tapi kita akan selalu membebaskan supaya mereka bisa explore feeling mereka lebih jauh lagi. Apapun yang kita bicarakan dengan konselor, tidak akan pernah kita bicarakan dengan orang tua murid'," tuturnya.