Ladiestory.id - Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi salah satu faktor risiko utama terjadinya komplikasi penyakit lainnya seperti serangan jantung, stroke, hingga gagal ginjal.
Hipertensi juga dipicu oleh berbagai faktor, misalnya faktor keturunan, usia (degeneratif), pola hidup yang tidak ideal, konsumsi minuman beralkohol dan merokok.
Biasanya, pada pasien hipertensi yang memiliki tekanan darah yang cukup tinggi harus mengonsumsi lebih dari satu jenis obat.
Namun, pada beberapa orang hipertensi sangat sulit untuk dikendalikan meski telah meminum berbagai macam obat. Hal itu disebut dengan istilah hipertensi resisten.
"Pasien dengan hipertensi resisten biasanya tetap memiliki gejala meski telah mengkonsumsi dosis maksimum dari kombinasi tiga obat hipertensi yang berbeda," jelas dr. Faris Basalamah kepada awak media di kawasan Jakarta Selatan, pada Selasa (22/8/2023).
Untuk kasus hipertensi resisten, dr. Faris Basalamah memaparkan prosedur terapi Renal Denervasi atau denervasi ginjal sebagai salah satu solusi penanganan hipertensi.
Renal Denervasi artinya adalah prosedur minimal invasif tanpa bedah, yang dilakukan hanya dengan memasukkan kateter lewat arteri femoralis (arteri besar pada pangkal paha).
Kemudian nantinya akan mengeluarkan gelombang radio intens yang diarahkan pada saraf-saraf di sekitar ginjal yang berperan pada mekanisme hipertensi.
Renal Denevarsi biasanya diutamakan untuk pasien yang sudah tidak mempan dengan kombinasi beberapa obat penurun tekanan darah.
Prosedur denervasi ginjal juga efektif membantu pasien hipertensi yang memiliki efek samping dari obat konvensional, serta pasien yang tidak patuh dan kesulitan mengkonsumsi obat hipertensi dalam jangka panjang.
"(Renal denervasi) terbukti mampu meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien hipertensi, menghindari komplikasi yang lebih jauh berupa kerusakan organ-organ tubuh yang penting akibat kasus hipertensi yang tidak tertangani dengan baik," kata Harmeni Wijaya selaku Marketing Director dari Heartology.
Prosedur Renal Denervasi ini memiliki banyak keuntungan, antara lain aman untuk ginjal, karena dilakukan dalam waktu singkat kurang lebih satu jam, dan setelah satu hingga dua hari rawat inap, pasien diperbolehkan untuk pulang.
"Tidak memerlukan implan atau alat apapun, sehingga sangat efektif untuk menurunkan risiko stroke, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit vaskular perifer, dan kerusakan pembuluh darah retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan," tutup dr. Faris Basalamah.