1. Health
  2. Rayakan 1 Dasawarsa, Alzheimer Indonesia Gelar Konser Amal & Peluncuran Laporan
Health

Rayakan 1 Dasawarsa, Alzheimer Indonesia Gelar Konser Amal & Peluncuran Laporan

Rayakan 1 Dasawarsa, Alzheimer Indonesia Gelar Konser Amal & Peluncuran Laporan

Ilustrasi Gejala Alzheimer. (Special)

Ladiestory.id - Pada 2050, diperkirakan ada 4 juta Orang Dengan Demensia di Indonesia. Alzheimer's Indonesia (ALZI) dan Alzheimer's Disease International (ADI) mengatakan bahwa sekitar 1,6 juta kasus demensia dapat ditunda atau bahkan berpotensi dihindari dengan menangani 12 faktor risiko.

Alzheimer Indonesia  yang juga merupakan anggota ADI, federasi asosiasi demensia Alzheimer di dunia menyerukan kepada pemerintah di seluruh dunia untuk segera berkontribusi di antaranya dengan mendanai berbagai penelitian, pendidikan dan layanan dukungan pengurangan risiko demensia demi terjadinya pengurangan risiko sebagai elemen inti dari rencana nasional penanganan demensia.

“Demensia bisa terjadi pada siapa pun yang umumnya terjadi di usia 65 tahun ke atas, tetapi tidak menutup kemungkinan usia produktif juga bisa terdiagnosis Demensia. Tanda-tanda awal seperti pikun, lupa jalan pulang, sering kali masih dianggap sebagai hal yang normal. Untuk itu sangat disarankan untuk semua mengenali 10 gejalanya dari sekarang dan menerapkan gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi, olahraga konsisten serta menjaga kesehatan fisik, mental maupun psikologis yang berpotensi mencegah demensia,” kata Michael Maitimoe, Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia.

Ada banyak faktor risiko demensia yang terbukti, banyak di antaranya yang dapat dikendalikan oleh individu. Ini termasuk faktor risiko seperti merokok, konsumsi alkohol berlebih, kurangnya aktivitas fisik, jarangnya kontak sosial, cedera kepala, dan kondisi termasuk diabetes, gangguan pendengaran, depresi, obesitas dan hipertensi. Faktor risiko lainnya termasuk polusi udara dan terbatasnya akses terhadap pendidikan usia dini, yang merupakan tanggung jawab pemerintah untuk mengatasinya.

Selain itu, pemerintah diharapkan dapat menyediakan layanan lain yang dapat membantu meningkatkan kehidupan Orang Dengan Demensia (ODD), seperti akses yang terjangkau terhadap kesehatan, perawatan jangka panjang, serta layanan kesehatan mental.

Masih banyak negara yang belum menerapkan komitmen mereka terhadap Rencana Aksi Global WHO untuk memprioritaskan pengurangan risiko demensia dan memberikan dukungan bagi ODD  dan caregivers atau pendampingnya.

“Kami menyerukan kepada pemerintah di seluruh dunia untuk berinvestasi dalam penelitian dan layanan dukungan, untuk mengurangi risiko demensia, dan untuk berinvestasi dalam kampanye kesadaran pengurangan risiko; kampanye yang jelas dan persuasif yang menghilangkan kebisingan dan kebingungan dari sebagian besar pesan layanan kesehatan”, kata DY Suharya, Regional Director Asia Pacific Alzheimer's Disease International.

“Ini adalah langkah penting, dengan tidak adanya pengobatan atau penyembuhan, untuk mencegah sebanyak mungkin kasus yang ada. Kita harus memastikan masyarakat menyadari strategi pengurangan risiko demensia, pada semua usia, dan memiliki akses terhadap informasi, saran, dan layanan dukungan yang diperlukan,” lanjut DY.

Kemajuan dalam pengembangan obat demensia – mengapa kita tidak bisa menunggu?

Tahun ini terdapat banyak kemajuan dalam terapi obat demensia yang potensial yang telah membawa harapan bagi banyak ODD dan perawatnya . Namun, perawatan ini mungkin tidak cocok atau tersedia untuk setiap ODD.

Sejauh ini hanya 40 pemerintah di seluruh dunia yang telah mengembangkan rencana penanganan demensia di level nasional, dan Indonesia salah satunya di mana Rencana Aksi Nasional Demensia Indonesia diluncurkan di tahun 2016, RAN Demensia pertama di Negara Asia Tenggara (ASEAN).

“Kami ingin meningkatkan kerja sama dengan berbagai organisasi non profit seperti Alzheimer Indonesia terutama dalam menyukseskan transformasi kesehatan di Indonesia yang akan menempatkan siklus hidup sebagai konteks utama. Hal ini berarti ODD dan lansia akan mendapatkan perawatan dan pendampingan yang maksimal dan sejalan dengan upaya Negara untuk mencegah dan mempromosikan gaya hidup sehat," ujar Dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat mewakili Menteri Kesehatan.

Menanggung beban sendirian – Kebutuhan akan investasi pemerintah yang mendesak

Meskipun setiap individu dapat menerapkan perubahan gaya hidup untuk mengurangi risiko terdiagnosis demensia, atau memperlambat perkembangan demensia, pemerintah mempunyai peran yang jelas dalam mengurangi risiko di masyarakat.

Michael Maitimoe Direktur Eksekutif ALZI mengatakan pentingnya keterlibatan pemerintah dalam menanggapi meningkatnya kasus demensia sudah jelas.

“Alzheimer Indonesia berharap adanya kemajuan dalam kerja sama bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang terlaksana sejak tahun 2013 dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang demensia Alzheimer dan mengurangi risikonya. Kami sangat berharap kerja sama ini dapat membantu juga system diagnosa, treatment dan care untuk Orang Dengan Demensia dan caregivers-nya di Indonesia,” kata Michael.

Pendanaan untuk inisiatif pengurangan risiko tersebut bahkan mungkin bersinggungan dengan tujuan pemerintah lainnya seperti mengurangi angka merokok, mengatasi masalah kesehatan mental seperti depresi, atau meningkatkan akses terhadap alat bantu dengar, yang penggunaannya telah terbukti memperlambat penurunan kognitif pada mereka yang mengalami gangguan pendengaran.

“Sering kali, mereka yang didiagnosis menderita demensia mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak menyadari bahwa ada faktor risiko demensia yang dapat dimodifikasi dan berharap mereka tahu cara mengurangi risiko tersebut sejak dini. Kebanyakan, baru setelah diagnosis mereka menyadari betapa praktisnya pencegahan demensia untuk mencegah atau menunda timbulnya demensia, namun juga berpotensi memperlambat perkembangan kondisi tersebut,” kata DY.

“Saya dan keluarga sangat bersyukur mendapat dukungan dari Alzheimer Indonesia. Berkat Alzheimer Indonesia, saya tidak merasa sendiri dan terus semangat untuk memberi dukungan kepada Orang dengan Demensia dan keluarga lainnya,” kata William Buntoro, Orang Dengan Demensia yang didiagnosis pada usia 70 tahun.

“Tidak ada kata terlalu dini, dan tidak ada kata terlambat untuk mengurangi risiko demensia," terang Michael Maitimoe.

Pada tahun ini Alzheimer Indonesia juga merayakan satu dekade kehadirannya dengan mengadakan konser amal yang diberi judul Journey of Caring Concert dengan dukungan artis lintas generasi.

Selain konser amal tersebut, juga diadakan pameran karya seni Sehat Bersama ALZI (SERAZI) dengan tema Celebrating Life with You. Karya seni lukisan ini adalah hasil karya Orang Dengan Demensia yang difasilitasi oleh perwakilan anak muda dari Universitas Katolik Atma Jaya bersama Panti Werdha STW Ria Pembangunan Cibubur dan Kanopi Nursing Home serta didukung oleh MERAMU, Eisai dan Miwa Pattern.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel