Ladiestory.id - Dalam rangka memperingati Hari Sarkopenia Sedunia yang jatuh pada tanggal 4 Juli, Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) menggelar serangkaian acara yang dipusatkan di Pintu Gapura 1 Senayan (CFD mall Fx Sudirman), Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat pada Minggu (2/7/2023).
Adapun acara tersebut diramaikan dengan beragam aktivitas antara lain fun walk, flashmob, senam bersama, dan diakhiri dengan talkshow kesehatan dengan tema “Menjaga Kesehatan Otot pada Usia Muda dan Lansia” bersama Dr. dr. Nina Kemala Sari, Sp.PD-KGer selaku ketua PP PERGEMI dan Dr. dr. Kuntjoro Harimurti, Sp.PD-KGer, M.Sc. selaku Sekretaris Jenderal PP PERGEMI.
“Acara ini bertujuan untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap penyakit Sarkopenia,” ujar dr. Kuntjoro, dalam talkshow yang digelar di kawasan GBK, Minggu (2/7/2023).
“Kami ingin menyebarkan informasi otot kepada masyarakat,” lanjut dr. Kuntjoro.
Selain itu, dalam acara tersebut juga terdapat booth untuk melakukan pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat. Adapun pemeriksaan kesehatan gratis itu berupa pemeriksaan kadar kolesterol, gula darah, tekanan darah, kekuatan genggam tangan, komposisi tubuh, dan kepadatan tulang, serta konsultasi kesehatan gratis dengan para residen penyakit dalam, dokter spesialis penyakit dalam, dan bahkan konsultan geriatri.
Lebih lanjut, dr. Nina menjelaskan bahwa Sarkopenia berasal dari bahasa Latin, sarc yang berarti daging, dan penia yang berarti berkurang.
“Jadi sarcopenia itu dagingnya berkurang, otot kita berkurang. Jadi kita jangan sampe, bisa jadi kita badannya berat, tapi yang bikin berat itu lemak bukan otot. Yang penting yang berisi adalah ototnya,” jelas dr. Nina.
dr. Kuntjoro juga menambahkan bahwa Sarkopenia akan mengakibatkan berkurangnya fungsi atau kualitas tubuh seseorang.
“Ya jadi sarcopenia selain ototnya berkurang tp kualitasnya, kemampuannya jg berkurang jadi semua berkaitan. Kalau jumlahnya berkurang, maka fungsinya juga akan berkurang, akan ada permasalahan daya tahan tubuh, metabolik, dan masalah ke otak,” ujar dr. Kuntjoro.