Ladiestory.id - Bantuan untuk gempa Cianjur masih menuai pro dan kontra. Pasalnya, beredar di media sosial para pengungsi sangat memilih-milih dalam menerima bantuan. Seperti pengungsi menolak bantuan dari orang yang beragama Kristen. Selain itu, terlihat pula di media sosial, pengungsi yang menolak diberi bantuan mi instan.
Padahal, untuk bertahan hidup pun, para pengungsi masih kesusahan. Belum lagi jika terkena penyakit di tempat pengungsian. Pasalnya, memang ada beberapa penyakit yang mengintai orang-orang di tempat pengungsian.
Penyakit Diare
Salah satu penyakit yang sering dialami di tempat pengungsian adalah diare. Bahkan, penyakit pada pencernaan ini hampir dialami oleh setiap pengungsi.
Namun, penyakit ini menjadi sesuatu hal yang sangat dikhawatirkan. Pasalnya, keterbatasan air bersih dan sanitasi sesuai bencana membuat seseorang mengalami diare. Penyakit diare ini disebabkan karena bakteri dan virus yang ditularkan. Bakteri dan virus itu di antaranya norovirus, Salmonella, dan V. cholerae.
Selain itu, pasti para pengungsi tidak memiliki gaya hidup yang sehat di tenda pengungsian. Bahkan, penyakit diare ini bisa menular ke pengungsi yang lain. Biasanya, seseorang mengalami beberapa gejala utama seperti sakit perut, buang air terus menerus, dan biasanya diikuti demam.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Dosen Teknologi Laboratorium Medis (TLM) FIK UM Surabaya, Vella Rohmayani. Vela mengatakan penyakit ini sangat rawan terjadi di tempat pengungsian.
"Penyakit gangguan pencernaan dapat ditularkan melalui makanan maupun minuman yang terkontaminasi oleh bakteri, protozoa maupun cacing parasite," ucap dia
ISPA
Penyakit selanjutnya yang dialami para pengungsi yakni infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Biasanya, penyakit ini rentan dialami oleh anak-anak yang masih berusia 5 tahun ke bawah. Penyakit ISPA dikarenakan sirkulasi udara yang tidak baik pasca bencana. Pasalnya, banyak orang berkumpul dalam tempat yang sempit.
Selain itu, penyakit ISPA juga disebabkan asupan nutrisi yang rendah dan kepulan asap memasak di dapur umum. Biasanya, ISPA paling banyak dialami sesuai bencana tsunami.
Sementara, bakteri yang menyebabkan penyakit ISPA, yakni bakteri Streptococcus pneumoniae, dan bakteri Staphylococcus aureus. Saat seseorang mengalami demam, batuk, sesak napas, berat badan turun, dan myalgia atau nyeri otot, bisa jadi orang tersebut mengidap ISPA di tenda pengungsian.
Penyakit Demam Typhoid
Penyakit selanjutnya yang sering terjadi di tenda pengungsian adalah demam typhoid. Perlu diketahui, demam ini disebabkan karena infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini didapat di tenda pengungsian karena kebersihan lingkungan yang minim. Selain itu, demam typhoid juga disebabkan karena sanitasi yang tidak memadai.
Biasanya, demam typhoid ditandai dengan demam, rasa lemah, nyeri kepala, nyeri sendi dan otot. Selain itu, pasien juga mengalami gangguan BAB, perut terasa kembung, serta mual dan muntah.
Batuk dan Pilek
Batuk dan pilek menjadi penyakit yang paling umum terjadi. Saat seseorang terguyur air hujan pun bisa mederita dua penyakit ini. Meski terkesan biasa, namun batuk dan pilek menjadi penyakit yang kerap dialami di tenda pengungsian. Terlebih, kedua penyakit ini sangat mudah menular terutama pada anak-anak.
Selain itu, batuk pilek terjadi di tenda pengungsian karena mereka tidak memiliki daya tahan tubuh yang bagus. Bahkan, Vela mengatakan gizi para pengungsi pun tidak cukup terpenuh.
"Di lokasi pengungsian makanan yang tersedia biasanya serba kurang dan terbatas, sehingga pemenuhan gizi anak tidak bisa terpenuhi. Terlebih, di tempat pengungsian padat populasi, sehingga penularan batuk pilek lebih massif terjadi," jelas dia.
Malaria dan DBD
Penyakit selanjutnya yang kerap dialami di pengungsian adalah malaria dan demam berdarah dengue (DBD). Pasalnya, kebersihan dan penampungan air di tempat pengungsian kurang terawat dengan baik.
"Penyakit yang sering ditularkan melalui perantara vector nyamuk, seperti penyakit DBD dan malaria. Penyakit yang ditularkan melalui vector lalat maupun kecoa, seperti diare, disentri, demam tifoid, kolera, dan lain seterusnya," tukas dia.
Bahkan, malaria dan DBD bisa menjadi penyakit yang mematikan di tenda pengungsian. Hal tersebut bisa terjadi jika keterbatasan obat hingga perawat.