Ladiestory.id - Sebanyak 50 penenun dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), baru saja menyelesaikan rangkaian program Pembinaan Wastra Warna Alam Sumba Timur yang diselenggarakan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bersama Perkumpulan Warna Alam Indonesia (WARLAMI). Pembinaan ini menjadi salah satu wujud #BuktiBaktiBCA memberdayakan masyarakat untuk berperan aktif dalam melestarikan budaya leluhurnya dengan mengintegrasikan komitmen Bakti BCA terhadap lingkungan dan kesejahteraan sosial di Sumba Timur.
Para pengrajin tenun ini telah mengikuti program pembinaan intensif yang berlangsung selama 6 bulan. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Sumba Timur, seperti Kelurahan Kawangu, Kelurahan Watumbaka, Desa Kambatatana, Desa Persiapan Prai Klimbatu, hingga Desa Persiapan Wukukalara. Dalam proses tersebut, para penenun didorong untuk mengenali beragam tumbuhan lokal dan komoditas turunan bahan pewarna alam, seperti pasta atau serbuk dan benang celup, serta cara menerapkannya langsung dalam pengolahan karya wastra mereka.
“Pembinaan penenun dengan memanfaatkan pewarna alami dari tanaman asli Indonesia, tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas dan nilai kain tenun. Oleh karena itu, Bakti BCA melengkapi program pembinaan ini dengan perluasan akses pasar, melalui partisipasi produk kain tenun mereka pada event-event strategis BCA. Dengan seluruh upaya ini, kami berharap program Bakti BCA dapat memberikan dampak positif yang komprehensif, dari mulai pelestarian budaya dan lingkungan hingga peningkatan pendapatan masyarakat di Sumba Timur," ujar EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn.
Di antara sumber pewarnaan alam yang digunakan dalam pembinaan, adalah akar pohon mengkudu (Morinda citrifolia L.) untuk menghasilkan warna merah dan tarum atau nila (Indigofera tinctoria) untuk menghasilkan warna biru. Biru dan merah merupakan warna dominan pada ragam kain tenun Sumba.
Pembinaan yang didapatkan para pengrajin tersebut terdiri dari serangkaian pelatihan yang komprehensif. Pada tahap awal, peserta program melakukan pemetaan tumbuhan yang berpotensi sebagai sumber pewarna alami. Selanjutnya, peserta mempelajari cara mengekstrak dan mengolah pewarna langsung dari tanaman yang telah dipetakan. Setiap tahap disertai dengan penugasan untuk menilai pemahaman dan keterampilan yang telah diperoleh. Pada tahap akhir, peserta mengaplikasikan pewarna alam pada kain wastra mereka, dilanjutkan dengan evaluasi menyeluruh untuk memastikan peserta mampu memproduksi wastra berwarna alami yang kompetitif dan berkualitas tinggi. Tak hanya itu, peserta pelatihan juga diajarkan tips dan trik dengan metode tertentu untuk mempercepat proses pewarnaan.
Diana Kalara Lena, satu peserta program Pembinaan Wastra Warna Alam Sumba Timur, membagikan pengalamannya setelah mengikuti pelatihan dari Bakti BCA dan WARLAMI.
"Program ini sangat bermanfaat bagi saya, terutama dapat memberikan wawasan luas terkait pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber pewarna alami. Cara penyampaiannya juga mudah dimengerti dan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari cara menemukan tumbuhannya hingga pengaplikasiannya. Selain melestarikan tradisi tenun, inisiatif ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi kami melalui produk wastra yang ramah lingkungan. Kami berharap hasil karya kami dapat memenuhi kebutuhan pasar fesyen berkelanjutan yang terus berkembang. Terima kasih kepada BCA dan WARLAMI atas dukungan yang luar biasa,” ujar Diana.
Kemitraan Bakti BCA dan WARLAMI dalam memberikan dampak positif pada pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan telah berlangsung sejak 2022. Bakti BCA bersama WARLAMI menggelar pembinaan serupa kepada 28 penenun dari Desa Nekemunifeto, Bisene, Biloto, Kuanfatu, Nikiniki, Tuataum, dan Kuale’u dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Selain itu, Bakti BCA juga telah merampungkan pembinaan kepada 15 pegiat warna alam dari Baduy, Desa Kanekes, Lebak, Banten pada Februari lalu.
Hingga 2024 total kain tenun warna alam yang dihasilkan dari tiga wilayah binaan (Timor Tengah Selatan, Baduy, dan Sumba Timur) sebanyak 216 kain. BCA meyakini bahwa pemberdayaan komunitas secara efektif akan memberikan manfaat bagi pelestarian ekosistem, sehingga terbentuk siklus yang saling berpengaruh untuk menciptakan kehidupan lebih baik lagi.
“Kami ingin mengungkapkan apresiasi mendalam atas antusiasme para penenun Sumba Timur dalam mengikuti program ini. Potensi besar yang dimiliki oleh masyarakat dan alam Sumba Timur dalam industri ecofashion memerlukan dukungan yang tepat agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Berkat kolaborasi WARLAMI dengan BCA, kami berharap ilmu yang diberikan dapat meningkatkan produktivitas sekaligus memotivasi masyarakat setempat untuk melihat produksi wastra warna alam sebagai kontributor positif terhadap kemandirian ekonomi desa dan lingkungan,” ungkap Ketua WARLAMI, Myra Widiono.