Ladiestory.id - Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Perlu pengalaman dan pembelajaran terutama bagi para ibu muda saat pertama kali memiliki anak.
Hal inilah yang sering dialami oleh para ibu muda. Banyak suka dan duka yang harus dilewati saat pertama kali menjadi orang tua. Sebuah kewajaran apabila ada sedikit keliru ataupun kesalahan saat pertama kali menjadi ibu.
Beragam komentar pun tak luput mewarnai proses ibu muda dalam merawat anaknya. Lingkungan, baik keluarga maupun teman akan banyak berkomentar dan memberikan saran tentang cara merawat anak yang baik. Banyaknya masukan dan komentar terkadang kerap melewati batasan dan cenderung menjadi kritik dan cibiran kepada para ibu dalam merawat anaknya.
Bentuk Perilaku Mom Shaming
Setiap orang tua khususnya ibu pasti ingin selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya, namun setiap ibu tentunya memiliki proses dan caranya sendiri. Cibiran ataupun komentar-komentar tersebut saat ini lebih dikenal dengan Istilah mom shaming.
Mom shaming sendiri merujuk pada perilaku mengkritik, mempermalukan, dan meremehkan cara ibu dalam menjalani perannya merawat anak dan keluarganya. Jika Ladies pernah mengalaminya, berikut Ladiestory.id merangkum bentuk kritik perilaku mom shaming yang kerap dialami ibu muda.
1. Bertanya tentang Proses Persalinan
Saat mendengar kabar kerabat atau teman melahirkan, mungkin sebagian besar Ladies akan penasaran dengan proses persalinannya. Beberapa akan bertanya, “Normal atau caesar?” namun tahukah Ladies, berawal dari pertanyaan inilah tanpa disadari akan membawa pada komentar-komentar lain yang merupakan mom shaming.
Masih banyak yang berpikiran bahwa ibu akan menjadi sempurna saat melahirkan secara normal. Komentar ini tentunya melukai hati para ibu yang melahirkan dengan operasi caesar. Melahirkan dengan proses normal maupun caesar adalah sama. Kedua proses sama-sama mempertaruhkan nyawa untuk lahirnya sang anak.
2. Ceramah Soal Menyusui
Setelah melahirkan, ibu tentunya ingin memberikan asupan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pemberian ASI selama 2 tahun pun dianjurkan agar bayi tumbuh dengan baik. Namun pada kenyataannya, tidak semua ibu bisa melakukannya.
Ada beberapa situasi dan kondisi yang membuat semuanya tidak berjalan sama. Hal inilah yang akan dikomentari oleh lingkungan, beberapa akan bertanya dan yang lain akan memberikan saran seraya memberikan kritik.
3. Bertanya mengenai Tumbuh Kembang Anak
Hal lain yang sering ditanyakan kepada para ibu adalah tentang perkembangan anaknya. Pertanyaan ini pun tak jarang berujung dengan membandingkan tumbuh kembang antar anak. Beberapa kerabat atau teman akan bertanya, “Anaknya sekarang beratnya berapa? Kok umur 9 Bulan belum bisa berjalan?” atau “Semestinya anak umur 9 bulan kan sudah ada 5 gigi”.
Hindari pertanyaan yang mengarah pada membandingkan pertumbuhan anak, banyak ibu yang merasa gagal hanya karena pertumbuhan anaknya tidak sama dengan yang lain. Padahal, memiliki pertumbuhan yang berbeda adalah hal yang wajar karena setiap manusia tidak diciptakan sama, dan memiliki proses perkembangan masing-masing.
4. Komentari Bentuk Tubuh dan Kondisi Wajah
Hamil, melahirkan dan menyusui adalah hal yang berat bagi perempuan. Perubahan hormon berakibat pada perubahan dari tubuh dan wajahnya yang tak ia kehendaki. Beberapa perempuan akan mengalami kenaikan berat badan dan yang lainnya akan mengalami munculnya jerawat di wajah.
Komentar-komentar mengenai kondisi ini akan berdampak pada perasaan ibu. Mereka akan merasa bersalah akan perubahan dirinya. Padahal hal ini wajar dan menjadi perjuangan bagi para ibu untuk anaknya.
5. Berkomentar tentang Tetap Bekerja Atau Menjadi Ibu Rumah Tangga
Setelah memiliki anak, perempuan tampaknya selalu diberikan pilihan untuk tetap bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. Kedua pilihan ini selalu memiliki celah untuk dikomentari.
Bagi ibu yang beralih menjadi Ibu Rumah Tangga biasanya akan dipertanyakan mengenai apa bisa ia bertahan dalam kegiatan yang membosankan di rumah. Sedangkan, perempuan yang memilih melanjutkan kariernya akan dipertanyakan kelayakannya menjadi ibu yang meninggalkan keluarga dan anaknya untuk bekerja. Hal ini menyakitkan bagi seorang ibu, karena apapun yang menjadi pilihannya ia selalu ingin memberikan yang terbaik bagi keluarganya.