1. Health
  2. Minimnya Uji Klinis Multisenter Buat Indonesia Tertinggal dalam Ketersediaan Obat Inovatif
Health

Minimnya Uji Klinis Multisenter Buat Indonesia Tertinggal dalam Ketersediaan Obat Inovatif

Minimnya Uji Klinis Multisenter Buat Indonesia Tertinggal dalam Ketersediaan Obat Inovatif

Ilustrasi Obat-Obatan. (Special)

Ladiestory.id - The Indonesian Association for The Study of Medicinals (IASMED) menyatakan bahwa saat ini Indonesia mengalami ketertinggalan dalam ketersediaan obat inovatif yang disebabkan oleh jumlah uji klinis multisenter yang dilakukan di Indonesia. 

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh Pharmaceutical Research and Manufacturers of America (PhRMA), Indonesia berada diposisi terendah dengan hanya 9 persen obat-obatan inovatif yang berada di Indonesia.

Berangkat dari permasalahan tersebut, maka itu diperlukan adanya penguatan regulasi untuk mendukung peningkatan uji klinis multisenter untuk dapat mengejar ketertinggalan Indonesia dalam ketersediaan obat yang berpotensi menyelamatkan pasien di Indonesia.

dr. Grace Wangge, Ph.D. selaku perwakilan dari IASMED dan akademisi Monash University mengatakan bahwa diperlukan adanya penguatan terutama regulasi dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 85 tahun 2020 tentang Pengalihan dan Penggunaan Material, Muatan Informasi, dan Data.

“Peraturan ini mengandung beberapa aspek yang menurut kami dapat disempurnakan agar proses tata kelola perizinan uji klinis lebih baik dan akuntabilitasnya terjaga. Beberapa pasal cukup berpotensi kontraproduktif, salah satunya adalah Pasal 31 ayat 2 dan Pasal 35 yang memperpanjang proses birokrasi dan administratif.” kata dr. Grace, dalam diskusi panel yang digelar di kawasan Jakarta, Kamis (9/2/2023).

Lebih lanjut, dr. Grace mengatakan bahwa penguatan regulasi tersebut diharapkan dapat mendukung terwujudnya cita-cita untuk terciptanya ekosistem riset obat, vaksin dan alat diagnostik yang mumpuni di Indonesia.

“Kami berharap penguatan regulasi ini dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan yang bersifat inovatif dan berpotensi untuk memperbaiki kondisi kesehatan mereka,” kata dr. Grace.

“Selain itu, semakin banyaknya penelitian tersebut akan memberikan akses bagi para peneliti terhadap studi global yang mendorong pertukaran pemikiran dan peningkatan kapasitas, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik,” pungkasnya.

Untuk diketahui, Asosiasi Untuk Studi Obat Indonesia atau IASMED merupakan sebuah asosiasi seminat yang para anggotanya terdiri dari lembaga atau individu yang berfokus pada penelitian uji klinis atau studi obat di Indonesia.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel