Ladiestory.id - Sampai saat ini, kasus pembullyan masih saja marak terjadi dan menjadi perhatian utama dari orang tua, lembaga sekolah, dan juga pemerintah. Kasus pembullyan pada dasarnya adalah kasus kriminal karena berusaha mengambil hak dan mengganggu ketenangan orang lain.
Dalam penanganannya, kasus pembullyan sulit sekali diberikan sanksi atau hukuman yang setimpal karena pelakunya adalah anak-anak yang masih sekolah. Menurut the National Bullying Prevention Center yang dilansir dari situs KVC, satu dari lima anak melaporkan bahwa ia sering di-bully selama sekolah.
Satu dari lima remaja yang memiliki rentang usia 9 sampai 12 tahun mengatakan bahwa mereka pernah di-bully di dunia maya. Ada juga yang pernah di-bully orang lain dan melihat pembullyan atau perundungan di dunia maya secara online.
Pelaku atau korban pembullyan yang masih berusia anak-anak ini memiliki resiko gangguan kesehatan mental di dalam dirinya, seperti gangguan keecemasan, depresi, susah tidur, sampai menggunakan obat-obat terlarang.
Secara konstruksi sosial, anak-anak seperti ini biasa memiliki prestasi akademik yang rendah dan cenderung putus sekolah. Paling parah adalah sampai bunuh diri karena merasa tidak diterima oleh lingkungannya.
Anak ketika menjadi seorang pembully kebanyakan tidak mengerti bahwa sikap mereka salah dan tidak peduli tentang perasaan korban bully. Mereka tidak perlu alasan mengapa memilih untuk menjadi pembully dan melakukan perundungan pada orang lain.
Alasan utama mengapa anak menjadi seorang pembully adalah sulit sekali untuk ditentukan penyebabnya. Namun, ada beberapa hal yang menjadi faktor pemicu mengapa anak jadi pembully. Yuk, Simak di bawah ini!
Kurangnya Perhatian dari Orang Tua
Dilansir dari Stop Out Bullying, salah satu alasan mengapa anak suka membully orang lain karena ia kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya di rumah. Anak-anak pembully ini terbiasa melihat kekerasan di dalam rumahnya, seperti pedebatan ayah dan ibunya, perceraian, sampai serangan fisik sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya.
Tidak hanya itu, ia juga kerap mendapatkan perlakukan yang sama, seperti ditampar, ditendang, dan dipukul. Anak-anak yang melakukan bully ini juga mengalami kekerasan secara verbal, di mana ia direndahkan dan dijelekkan dengan kata-kata. Ia juga sering diabaikan oleh keluarganya.
Hal itu membuat ia merasa tak berharga di rumahnya. Rumah yang harusnya jadi tempat ternyaman malah menjadi neraka baginya. Oleh karena itu, ia sering bermain keluar dan melampiaskan perasaan marahnya pada orang lain saat berada di luar rumah.
Pengaruh Media Tontonan
Sedikit sekali dari orang tua yang menyadari bahwa apa yang ditonton anak sangat berpengaruh dalam tumbuh kembangnya. Anak yang terbiasa menonton tayangan-tayangan tentang kekerasan dan perundungan akan mudah terpengaruh untuk melakukan hal yang sama, karena hal yang ia lihat adalah hal yang sudah biasa.
Sebaiknya orang tua sejak dini sudah bisa memfilter apa yang ditonton oleh anak, membatasi gadget, dan tidak sembarang mengizinkan anak untuk menonton suatu tayangan. Meskipun yang ditonton adalah gambar dari film kartun, bisa saja pesan yang disampaikan ada berbau kekerasan.
Ada Keinginan untuk Mendominasi
Persaingan siapa yang paling popuer di sekolah kadang menjadi kebutuhan seorang anak. Siapa yang populer, itu yang dihargai dan dihormati. Siapa yang tidak populer pasti akan dikucilkan dan di-bully.
Untuk mempertahankan identitas diri yang seperti ini, tak jarak seorang anak melakukan pembullyan dengan cara menggertak dan memalak temannya untuk mengontrol sekaligus mendominasi yang lain. Jika temannya nurut, ia akan merasa menjadi pemenang, hebat, dan menjadi pemimpin di kelompoknya.
Sikap dari Saudara Kandung
Baik buruknya perilaku yang ditunjukkan saudara kandung yang dituakan berperan penting pada sikap seorang anak. Jika di rumah seorang kakak suka menggertak, menghina, atau mengancam adik-adiknya, hal yang sama akan dilakukan si adik di luar rumah pada teman-temannya.
Selain orang tua, seorang adik menjadikan kakaknya sebagao role model baginya. Jika yang dicontoh salah, maka ia juga bisa berperilaku salah di luar rumah.
Tidak Menerima Perbedaan
Alasan seseorang suka mem-bully karena ia punya sifat merasa bahwa diri, suku, dan agamanya lebih baik daripada orang lain. Anak-anak pembully seperti ini tidak bisa menerima jika ada perbedaan antara ia dengan orang lain dalam hal fisik, suku, jenis kelamin, agama, kepercayaan, hingga ke orientasi seksual.
Anak atau remaja yang terlibat melakukan bully dengan cara ini dikarenakan karena ia kurang memiliki pemahaman tentang perbedaan latar belakang, budaya, dan identitas lainnya.