Pasien covid - 19 yang tidak mengalami gejala parah bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Tapi meskipun isolasi mandiri, bukan berarti tidak butuh bantuan orang lain. Disini tetap pasien covid - 19 butuh orang lain.
Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Pemerintah untuk ovid - 19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, yaitu dr Reisa Broto Asmoro.
“Isolasi boleh mandiri, untuk sembuh kembali negatif Covid-19 tidak harus sendiri,” kata dr Reisa Broto Asmoro, seperti dikutip dari Covid19.go.id.
Tips Isolasi Mandiri Ala Dokter Reisa
Dokter Reisa pun memberikan saran dan tips bagi para pasien yang sedang isolasi mandiri
Setelah isolasi mandiri, langkah selanjutnya adalah segera lapor ke ketua RT atau RW setempat. Bisa juga lapor Satgas Covid-19 yang ada di tempat tinggal pasien tersebut. Nantinya mereka akan membantu untuk melaporkan ke Puskesmas terdekat.
Menurut dr Reisa, sebaiknya pada tahap ini segera membuka kontak dengan dokter dari pelayanan jasa kesehatan daring yang akan memandu dan memberi saran selama penderita Covid - 19 menjalani masa isolasi mandiri.
“Kabar baik bagi warga Jabodetabek, ada 11 penyedia jasa layanan telemedis sudah akan siap memberikan konsultasi bahkan obat-obatan dan vitamin gratis karena sudah menjalin kerjasama dengan Kementerian Kesehatan,” ujarnya.
Selanjutnya pilih tempat isolasi mandiri yang terpisah yang tidak memungkinkan kontak dengan anggota keluarga. Pastikan ruangannya bersih, ventilasi, dan sirkulasi udaranya bagus. Sehingga, udara segar pun bisa mengalir dengan baik.
Dan jangan berbagi alat makan dan alat mandi. Begitu juga dengan perlengkapan ibadah sebaiknya bawa sendiri semuanya.
Kemudian, siapkan juga stok vitamin dan suplemen lainnya. Pastikan obat, vitamin dan suplemen sudah ada izin BPOM, dan konsultasikan serta minta juga resep dokter bila membutuhkan obat-obatan lainnya.
Jangan lupa juga untuk banyak minum air matang dan bersih atau air mineral, supaya tidak dehidrasi kemudian konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.
“Siapkan oximeter untuk mencatat saturasi oksigen di tubuh, termometer untuk periksa suhu badan, dan kalau bisa alat pengukur tensi darah,” imbuh dr Reisa.
Kalau badan merasa fit, dr Reisa menyarankan untuk membawa alat olahraga ringan dan pastikan alat komunikasi seperti handphone selalu siap pakai.
Hal ini penting karena selama 10 hari atau sesuai anjuran dokter yang mengawasi, tidak boleh bertemu langsung dengan siapapun termasuk anggota keluarga. Masa selesai isolasi diputuskan oleh dokter yang mengawasi bukan keputusan pribadi.
“Biasakan matahari masuk ke tempat isolasi dan berjemur minimal 30 menit setiap hari,” kata dr Reisa.
dr Reisa mengatakan, jadwalkan konsultasi dengan dokter selama masa isoman, dokter bisa merujuk ke RS apabila timbul gejala berat. Hal ini adalah hal terakhir yang diinginkan.
“Insya Allah, apalagi kita sudah menerapkan langkah-langkah tadi, kondisi tubuh makin membaik, imunitas melawan dengan agresif serangan si virus, dan kita segera kembali negatif,” ujarnya.
Hanya, dr Reisa kembali mengingatkan, isolasi mandiri memang sepenuhnya dilakukan sendirian. tetapi, dukungan dari anggota keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan dokter lewat komunikasi virtual akan membantu sembuh dan pulih kembali.
“Ingat, isolasi boleh mandiri, sembuh tidak harus sendiri,” sebut dr Reisa.