1. Lifestyle
  2. Lawan Pelecehan Seksual, L'Oréal Paris X JakLingko Indonesia Sosialisasikan Metode 5D
Lifestyle

Lawan Pelecehan Seksual, L'Oréal Paris X JakLingko Indonesia Sosialisasikan Metode 5D

Lawan Pelecehan Seksual, L'Oréal Paris X JakLingko Indonesia Sosialisasikan Metode 5D

L'Oréal Paris x JakLingko Stand Up Against Sexual Harassment in Public Places. (Special)

Ladiestory.id - Pelecehan seksual menjadi salah satu isu terpenting yang dihadapi perempuan di seluruh dunia, khususnya pelecehan yang dilakukan di ruang publik. Menurut data dari IPSOS pada tahun 2021, 8 dari 10 perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik.

Seiring dengan perayaan Hari Perempuan Internasional di bulan Maret, L'Oréal Paris bersama PT JakLingko Indonesia, PT KAI (Persero), PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), PT LRT Jakarta, PT MRT Jakarta, dan PT Transjakarta menggelar kampanye bersama Stand Up Melawan Pelecehan Seksual di Transportasi Umum, yang bertujuan untuk memberikan pembekalan efektif dalam melawan pelecehan seksual di ruang publik, menggunakan Metodologi Intervensi 5D L'Oréal Paris yang dikembangkan bersama dengan para pelatih profesional. 

L'Oréal Paris x JakLingko Stand Up Against Sexual Harassment in Public Places. (Special)

 

Metode Intervensi 5D (Dialihkan, Dilaporkan, Dokumentasikan, Ditegur, dan Ditenangkan) telah diakui oleh sejumlah ahli sebagai pilihan yang aman, mudah diaplikasikan, praktis, dan efektif untuk digunakan baik bagi saksi maupun korban pelecehan seksual sebagai solusi yang dapat membantu saksi untuk berani mengambil tindakan. 

Cinta Laura, L'Oréal Paris Brand Ambassador dan Stand Up Advocate mengatakan bahwa, menurut data IPSOS, 91% orang pernah menyaksikan pelecehan seksual di ruang publik dan tidak tahu harus berbuat apa, sedangkan 71% mengatakan situasi akan membaik jika seseorang membantu. 

L'Oréal Paris x JakLingko Stand Up Against Sexual Harassment in Public Places. (Special)

 

“Hari ini saya berkesempatan untuk berbincang dengan para komuter dan petugas transportasi umum, serta menggali lebih dalam mengenai fenomena ‘bystander effect’ untuk memahami mengapa sebagian dari para komuter yang menyaksikan pelecehan mungkin ada yang enggan melakukan intervensi pada saat kejadian,” ujar Cinta Laura.

“Dengan mendengar langsung dari mereka, saya mendapatkan perspektif lebih luas akan pentingnya pemahaman masyarakat akan teknis Metode Intervensi 5D agar para saksi dapat melakukan intervensi secara efektif untuk melawan kejadian pelecehan seksual di ruang publik,” sambungnya. 

Untuk diketahui, “Bystander effect” atau “efek pengamat/saksi” adalah teori psikologi sosial yang menunjukkan reaksi psikologis seseorang ketika membutuhkan pertolongan tapi orang-orang disekitarnya tidak ada yang membantu karena sama-sama beranggapan bahwa akan ada orang lain yang akan menolong korban.

Sehingga pada akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali. Fenomena bystander effect ini menjadikan para saksi terpaku menyaksikan korban meminta tolong dengan berharap ada orang lain yang akan membantunya.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel