Ladiestory.id - Sindrom patah hati atau yang biasa disebut dengan kardiomiopati takotsubo adalah suatu kondisi henti jantung sementara yang sering kali dipicu oleh stres emosional atau fisik yang ekstrem. Penyakit ini pertama kali dijelaskan di Jepang pada tahun 1990-an, dan nama "takotsubo" mengacu pada bentuk jantung pada kondisi ini, yang menyerupai perangkap gurita Jepang.
Dilansir dari Times of India Online, sindrom ini lebih banyak menyerang wanita pasca-menopause. Gejalanya mirip dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada dan kesulitan bernapas, namun pasien tidak menunjukkan bukti adanya penyumbatan arteri dan biasanya pulih dalam beberapa minggu.
Apa yang Terjadi?
Pada sindrom patah hati, terjadi pelemahan otot jantung secara tiba-tiba dan parah. Keadaan tersebut pun menimbulkan gejala yang mirip dengan serangan jantung, seperti nyeri dada, sesak napas, dan irama jantung tidak teratur.
Namun, tidak seperti serangan jantung, tidak ada bukti adanya penyumbatan arteri koroner. Sebaliknya, fungsi pemompaan jantung terpengaruh, dan bentuknya mungkin berbeda selama tes pencitraan seperti ekokardiografi.
Penyebab ‘Patah Hati’
Penyebab pasti pada sindrom ini belum sepenuhnya dipahami, namun diyakini terkait dengan lonjakan hormon stres, seperti adrenalin, yang dapat membuat jantung berhenti untuk sementara.
Penyebab stres emosional, seperti kematian orang yang dicintai, putus cinta, atau peristiwa traumatis, umumnya dikaitkan dengan pemicu sindrom patah hati. Namun, faktor stres fisik seperti penyakit serius atau pembedahan juga diyakini dapat menyebabkan kondisi tersebut.
Pemulihan ‘Patah Hati’
Meskipun sindrom patah hati bisa berakibat serius dan pada awalnya mungkin disalahartikan sebagai serangan jantung, kabar baiknya adalah penyakit ini biasanya dapat disembuhkan, dan jantung biasanya akan pulih ke fungsi normalnya dalam beberapa minggu.
Kendati demikian perawatan mungkin diperlukan dan melibatkan obat-obatan untuk mengatasi gejala serta memberikan dukungan pada jantung selama pemulihan.
Pengobatan ‘Patah Hati’
Meskipun tidak ada obat khusus untuk sindrom patah hati, dokter menyarankan untuk melakukan praktik pengurangan stres, seperti yoga dan meditasi untuk membantu mengatasi gejalanya. Individu dengan sindrom patah hati biasanya diawasi secara ketat di lingkungan medis untuk memastikan fungsi jantungnya stabil.
Dalam beberapa kasus, obat-obatan mungkin diresepkan untuk mengatasi gejala dan memberikan dukungan pada jantung. Ini mungkin termasuk obat-obatan seperti beta-blocker untuk mengurangi beban kerja pada jantung dan mengurangi stres pada sistem kardiovaskular.
Menerapkan gaya hidup sehat jantung juga dapat berkontribusi pada kesejahteraan kardiovaskular secara keseluruhan. Hal ini termasuk menjaga pola makan seimbang, melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengelola stres, dan menghindari konsumsi tembakau dan alkohol berlebihan.