1. Health
  2. Kolaborasi Multi-Pihak Sepakati Pembukaan Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi di UGM
Health

Kolaborasi Multi-Pihak Sepakati Pembukaan Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi di UGM

Kolaborasi Multi-Pihak Sepakati Pembukaan Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi di UGM

Kolaborasi Multi-Pihak Sepakati Pembukaan Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi di UGM. (Ladiestory.id / Irma Fauzia)

Ladiestory.id - Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia mewakili para mitra kerja yang terdiri dari Roche Indonesia, RSKD dan HIMPONI, hari ini, Jumat (11/8/2023) memperluas kemitraan dengan meresmikan kesepakatan kerja sama dengan Fakultas Kedokteran, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat (FKKMK) Universitas Gadjah Mada untuk membuka program studi spesialis keperawatan onkologi di UGM.

Pembukaan program studi spesialis keperawatan onkologi tersebut merupakan salah satu capaian penting dari kemitraan yang mendapat dukungan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan diharapkan bisa membantu mempercepat ketersediaan tenaga spesialis keperawatan onkologi.

Meningkatkan Hasil Penatalaksanaan Kanker

Kolaborasi Multi-Pihak Sepakati Pembukaan Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Onkologi di UGM. (Ladiestory.id / Irma Fauzia)

 

Sebagai salah satu penyakit penyebab kematian utama di indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan kanker menjadi salah satu prioritas dalam transformasi kesehatan di Indonesia. Pemerintah terus berupaya memaksimalkan ketersediaan layanan kanker di 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Selain ketidakmerataan jumlah dan fasilitas layanan kanker (Oncology Medical, Oncology Nursing, serta Oncology Pharmacy), terbatasnya jumlah tenaga medis ahli khusus kanker juga menjadi tantangan dalam penanganan kanker di Indonesia.

“Ketersediaan tenaga perawat spesialis mahir, khususnya spesialis onkologi, amat penting untuk mendukung tercapainya pelayanan kanker yang merata di Indonesia. Kami berharap dengan adanya kerjasama ini, dan dengan didukung oleh pelatihan serta pendidikan yang mumpuni, tenaga keperawatan khususnya spesialis onkologi dapat bermitra secara setara dengan tenaga kesehatan lainnya, khususnya dokter, dalam memberikan pelayanan yang paripurna bagi pasien kanker di Indonesia,” ungkap drg. Arianti Anaya, MKM, Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Lucia Erniawati, Access, Communications & Health System Value Strategy Director Roche Indonesia lebih jauh menyatakan, Roche menggagas kemitraan ini sebagai wujud komitmen untuk penanganan kanker yang lebih baik di Indonesia.

"Bukan saja melalui inovasi pengobatan dan diagnostik tetapi juga melalui keterlibatan dalam upaya bersama untuk memajukan sistem kesehatan di Indonesia. Kami yakin pembukaan program studi spesialis keperawatan onkologi ini akan berdampak signifikan bagi para pasien di berbagai wilayah di Indonesia," ujarnya.

Berdasarkan data WHO (2018), rasio tenaga perawat di Indonesia hanya 2,4 per 1.000 penduduk. Jumlah ini masih jauh di bawah rata-rata global (3,7 per 1.000 penduduk) dan di bawah standar minimum WHO (4 per 1.000 penduduk). Rasio ini belum optimal untuk meningkatkan pelayanan kanker.

Ditambah lagi, kondisi perawat di Indonesia saat ini juga masih mengandalkan on-the-job training dalam melakukan pekerjaannya, dan frekuensi pemindahan unit kerja dari unit onkologi relatif tinggi. Hal ini berimbas pada terbatasnya masa pengalaman perawat di unit onkologi, tingginya tingkat kelelahan perawat, yang pada akhirnya berkontribusi pada rendahnya kualitas perawatan pasien dan hasil yang kurang optimal dalam perawatan kanker.

“Percepatan penyediaan tenaga perawat spesialis onkologi sebagai mitra strategis dokter sangatlah penting. Program studi perawat spesialis onkologi di UI merupakan yang pertama dan untuk saat ini, masih satu-satunya di Indonesia. Kehadiran program studi spesialis keperawatan onkologi di FKKMK UGM akan dapat mencetak lebih banyak tenaga spesialis perawat onkologi yang berkualitas”, demikian dinyatakan Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N., Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UI.

Sebelumnya, kemitraan Roche Indonesia RSKD, FIK-UI dan HIMPONI telah meluncurkan program beasiswa spesialis keperawatan onkologi bagi perawat yang berasal dari berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, sebanyak 56 perawat yang berasal dari rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan dosen sedang menempuh program pasca sarjana spesialis onkologi di FIK UI.

dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM menyatakan, kehadiran Program Studi Spesialis Keperawatan Onkologi menjadi sebuah langkah penting, baik untuk keilmuan maupun dalam menjawab kebutuhan aktual tenaga kesehatan di Indonesia.

"Kami di UGM berkomitmen untuk berkontribusi sekaligus menjadi bagian dari solusi dalam mendukung penanganan kanker yang lebih baik di Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, hadirnya program Studi Spesialis Keperawatan Onkologi di FKKMK UGM merupakan bagian dari peningkatan kapasitas perawat onkologi dalam jangka panjang yang bertujuan mendorong tercetaknya perawat spesialis dalam bidang pelayanan kanker di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga ke Indonesia Timur. Program ini diharapkan resmi menerima mahasiswa pada 2025 mendatang.

“Sebagai bagian dalam kemitraan ini, kami sangat bangga program penguatan kompetensi perawat di bidang pelayanan kanker mencapai tahapan baru dan menggandeng mitra baru, FKKMK UGM. Penguatan kapasitas perawat onkologi memiliki peran penting dalam membangun jejaring pelayanan kanker nasional,” ungkap dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS, Direktur RS Kanker Dharmais.

Selain program jangka panjang, kemitraan ini juga berusaha menjawab kebutuhan mendesak akan perawat yang memiliki kemampuan dasar keperawatan kanker melalui program Pelatihan Keperawatan Kanker Dasar (PKKD) yang sudah terakreditasi secara nasional. DR. Kemala Rita W.,SKp.,Sp.,Kep.,ETN.,MARS - Project Coordinator HIMPONI untuk Program Penguatan Kapasitas Perawat Onkologi lebih lanjut menjelaskan,

“PKKD hadir untuk menjawab kebutuhan perawat onkologi saat ini, karena jumlah perawat yang melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis sangat terbatas. Program pelatihan PKKD dengan masa pelatihan yang cukup singkat selama 3 bulan, diharapkan dapat menjawab kebutuhan perawat yang merawat pasien kanker. Hingga sekarang, sudah ada 125 perawat yang bersertifikat PKKD dan 25 pelatih bersertifikat yang nantinya dapat melatih perawat-perawat lain," ujarnya.

PKOD juga diperluas dengan membuka pusat-pusat pelatihan keperawatan onkologi di wilayah lain, selain di RS Kanker Dharmais. Saat ini sudah terdapat tiga pusat pelatihan, yaitu di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta, RS. M. Djamil Padang, dan di Siloam Training Center, Jakarta.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel