Ladiestory.id - ‘SURAKUSUMA - Mangkunegaran Art Garden’, sebuah kolaborasi seni dari Tumurun Museum dan Pracima Tuin Mangkunegaran, sebuah pameran karya patung (sculpture garden) di taman Pracima Tuin, Pura Mangkunegaran Surakarta, dibuka secara resmi oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran X. Pembukaan acara dilaksanakan di Plataran Pura Mangkunegaran dengan beragam pertunjukan yang melibatkan seniman Surakarta.
"Kami, Mangkunegaran sebagai suatu kerajaan pusat kebudayaan Jawa berkolaborasi dengan Museum Tumurun, suatu museum yang dikelola dengan sangat luar biasa dan menampilkan banyak sekali karya seni kontemporer yang kita bisa lihat hari ini. Ternyata sinergi ini menjadi spesial di era hari ini tentu dengan kerja sama tim yang sangat-sangat penuh dengan kerja sama, kolaborasi, dan percaya satu sama lain," ujar Mangkunegara X.
“Tentu tidak terlepas dari kerja keras, jalinan komunikasi dan kolaborasi antara pihak terebut dan ke depannya kita harap bisa terus kembangan,” sambungnya.
Surakusuma menghadirkan karya Aditya Novali (Indonesia), Faisal Habibie (Indonesia/German), Wedhar Riyadi (Indonesia), Gabriel Aries (Indonesia), Yunizar (Indonesia), Ugo Rondinone (Swiss), Alicja Kwade (Polandia/German), Bernar Venet (Perancis) dan Alex Seton (Australia). Pada ruang dalam Pracimasana - Pracima Tuin turut dihadirkan di karya Rita Widagdo (Indonesia) dan Gregorius Sidharta (Indonesia) sebagai pembacaan jejak penting capaian seni patung modernis Indonesia.
Sepanjang kegiatan pameran juga akan diselenggarakan beragam program publik; diantaranya adalah Tur Kuratorial, Diskusi Seni dan Workshop yang terbuka untuk umum mulai 30 Juni hingga 29 Juli 2024.
Secara umum, inisiasi ‘SURAKUSUMA - Mangkunegaran Art Garden’ berpijak pada latar sejarah, dimana Surakarta merupakan ruang temu antarbudaya yang telah mengemuka sejak era Hindia Belanda. Sebuah kota multikultur dimana modernisme berkembang pesat, dengan Mangkunegaran sebagai pusat.
Dalam catatan sejarah, Mangkunegaran menjadi ruang publik yang moderat dan demokratis, dimana budaya Timur dan Barat bertemu, beradu dan berpadu. Banyak para seniman dan pemikir dari Eropa berkunjung ke Mangkunegaran, menggali pengetahuan tradisi Jawa, sekaligus membawa beragam pemikiran, corak karya, dan tradisi Barat.
Pertukaran dan transfer pengetahuan pun terjadi secara harmonis, lewat kerja-kerja intelektual maupun jejak material yang mengisi ruang fisik –sosio - kultural di Pura Mangkunegaran. Jejak yang dapat kita jumpai dalam corak arsitektural, ornamen bangunan, maupun elemen pendukung tata ruang, termasuk arsitektural taman.
Taman dan patung telah menjadi bagian ruang spatial kebudayaan Jawa klasik, sebagaimana tercatat dalam relief candi, prasasti dan kesusastraan. Sejak era kerajaan Hindu-Budha hingga puncaknya pada kerajaan-kerajaan Mataram Islam, taman istana berhias arca candi dan komposisi vegetasi, menjadi cerminan sejarah lampau yang sarat nilai, simbol, dan filosofi. Modernisasi barat yang hadir lewat kolonialisasi, turut melengkapi konsepsi dan corak taman Istana, menjadi ruang akulturasi sekian peradaban.
Merentang kajian tekstual atas sejarah taman klasik hingga modern khususnya pada taman Pura Mangkunegaran, Surakusuma menghadirkan karya-karya patung kontemporer sebagai satu cara membaca sejarah spatial ruang budaya, menelusuri kesinambungan dan perubahan praktik seni visual yang beririsan dengan situs sejarah, serta membaca posisi seni patung kontemporer dalam mengisi ruang dialog bersama publik.