Ladiestory.id - Studi Kasus Gizi Indonesia telah menemukan bahwa 24,4 persen balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi (stunting) pada 2021. Permasalahan stunting bukan semata-mata berasal dari faktor genetik, namun dari asupan gizi yang belum memenuhi kebutuhan anak.
Oleh karena itu, para ibu dan seluruh masyarakat Indonesia memiliki peran kunci sebagai agen perubahan untuk menangani dan memutuskan rantai stunting. Bahkan, individu atau pasangan yang belum hamil atau memiliki anak juga perlu memahami pentingnya menjaga asupan gizi diri sendiri agar kelak menghasilkan keluarga dan rumah tangga bebas stunting.
Menurut dokter spesialis gizi klinik, Diana Felicia Suganda, stunting merupakan salah satu permasalahan terbesar bagi perkembangan generasi muda Indonesia. Orang tua, khususnya ibu memiliki peran besar karena dapat menentukan keseimbangan gizi dan kesehatan anak dan diri sendiri sedari remaja.
“Dengan kebiasaan gaya hidup dan pola makan yang seimbang, masyarakat Indonesia, khususnya anak dan ibu, dapat terbebaskan dari siklus rantai stunting,” tutur Diana.
Nah, berikut kiat-kiat dari Diana untuk memutuskan rantai stunting balita Indonesia.
Perhatikan Pola Makan Ibu
Ternyata stunting dapat terjadi sejak anak berada di dalam kandungan! Meski stunting bukan berasal dari permasalahan genetik, perempuan Indonesia perlu memperhatikan pola makan sehat dengan asupan gizi yang cukup untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri, bahkan dari mulai beranjak remaja dan sebelum menikah.
Penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 16,8 persen remaja, termasuk remaja perempuan, berusia 13-18 tahun memiliki tubuh kurus dan sangat kurus yang disebabkan oleh kurang makan dan asupan gizi.
Untuk membantu menanam pola makan sehat di dalam rumah tangga, perempuan memiliki peran penting dalam menjaga kebiasaan pola makan sehat dengan konsumsi makanan berserat, memakan sayur dan buah dan minum air putih.
Dengan menjaga kebiasaan pola makan sehat dan bergizi seimbang, perempuan Indonesia dapat mengurangi risiko memiliki anak kurang gizi mulai dari masa remaja.
Perhatikan Asupan Gizi sejak Kehamilan
Selain berisiko bagi anak, asupan gizi yang tidak seimbang juga akan memengaruhi kesehatan ibu hamil, mulai dari anemia, sembelit, hipertensi, diabetes gestational, dan hiperemesis gravidarum atau mual dan muntah berlebih sehingga dapat mempersulit masa kehamilan ibu. Perempuan yang stunting, kelak berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang memiliki risiko tinggi kondisi stunting.
Oleh karena itu sangat penting bagi ibu hamil untuk menerapkan prinsip gizi seimbang dengan memenuhi asupan energi dan protein, asam lemak dan asam folat, serat, zat besi, serta vitamin dan mineral. Dengan memperhatikan asupan gizi ibu hamil dan keluarga, asupan gizi anak juga akan lebih baik dan diturunkan kepada buah hati sejak dini.
Perhatikan Masa Kritis Perkembangan Anak
Untuk mencapai perbaikan gizi anak di seluruh Indonesia, perlu diperhatikan masa kritis perkembangan anak, salah satunya adalah dalam 1000 hari pertama kehidupannya (HPK), yang dimulai dari 270 hari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau 730 hari.
Meskipun kondisi stunting tidak bisa diubah, stunting masih dapat dicegah demi menciptakan masa depan generasi muda yang lebih baik. Orang tua dapat menjaga asupan gizi yang seimbang bagi anak dengan menerapkan Isi Piringku, acuan Kementerian Kesehatan yang menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang berisi 50 persen buah dan sayur, serta 50 persen karbohidrat dan protein.
Konsultasi dengan Dokter Gizi
Dengan konsultasi kepada dokter gizi serta dokter anak, orang tua dapat terus memantau kebutuhan gizi dan mencegah stunting. Pada masa kritis 1000 HPK, anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
Jika tidak ditangani, maka kondisi stunting di anak usia lima tahun akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja serta memengaruhi potensi kesuksesan di masa mendatang.
Demi masa depan anak yang cemerlang, orang tua dapat konsultasi dengan dokter atau mencari informasi dari internet dan komunitas orang tua untuk membuat resep makanan yang praktis dan menggugah selera ana. Selain itu, makanan juga mengandung gizi seimbang dengan kandungan mikro dan makronutrien yang optimal dan sesuai takaran, mulai dari lauk pauk hingga bumbu tambahan seperti lada, garam, ataupun MSG.
Terapkan Isi Piringku
Kehadiran inisiatif program dan kegiatan yang fokus terhadap gizi anak dan ibu sangat membantu dalam memberikan edukasi mengenai makanan dan asupan gizi yang cukup. Dengan panduan Isi Piringku, orang tua dapat mengambil peran aktif untuk menjaga gaya hidup sehat bagi anak dan keluarga, mulai dari isi piring yang seimbang hingga mengonsumsi air putih yang cukup dan olahraga setiap hari.
Perbaikan dan pencegahan kondisi stunting yang memengaruhi peluang kesuksesan dalam kehidupan anak menjadi komitmen orang tua serta keluarga demi masa depan anak yang cemerlang.