Ladiestory.id - Childfree sedang populer di kalangan masyarakat. Bahkan istilah ini populer bagi pasangan yang berada di luar negeri. Childfree merupakan sepasang kekasih yang memutuskan untuk tidak memiliki anak atau keturunan. Mungkin bagi banyak orang di Indonesia menganggap hal ini tidak wajar.
Namun rupanya ada beberapa faktor yang melandasi pasangan tidak menginginkan anak. Apa saja kah itu?
Memilih Bahagia Berdua dengan Pasangan
Pada umumnya pasangan suami istri berkeinginan untuk memiliki momongan alias anak. Mereka pun ingin membesarkan anak menjadi sosok yang berguna dan berdampak bagi sekeliling.
Sehingga mereka rela untuk memberikan waktu, tenaga, uang untuk membesarkan anak. Tak hanya melalui apa yang dapat dilihat, tapi orang tua akan membesarkan anak dengan kasih dan cinta.
Namun mungkin bagi pasangan yang memutuskan untuk childfree mereka sudah merasa cukup dengan pasangan mereka. Bahkan mereka tidak merasa kesepian saat hanya tinggal berdua.
Justru mereka merasa waktu berdua itu menjadi lebih berharaga. Karena mereka akan lebih bisa fokus mencintai dan memperhatikan satu sama lain. Pasangan yang memilih untuk childfree akan lebih bisa mengeksplorasi bakat dan kreativitas seacara maksimal.
Usia Sudah Tidak Produktif
Tak selalu ingin menghabiskan waktu berdua, namun childfree juga bisa disebabkan karena usia mereka sudah tidak produktif. Pasalnya tidak semua orang nikah di usai yang muda atau pun usia yang mateng alias produktif.
Sementara secara biologis, kualitas sel telur wanita tidak akan lagi bagus jika sudah menginjak usia 40 tahun. Hal ini akan berisiko saat mereka hamil dan melahirkan. Pasalnya kemampuan alamiah untuk melahirkan pun turun secara tajam. Kalau pun hamil, pasti dokter akan menganjurkan untuk melahirkan secara operasi.
Kalau pun wanita usia 40 tahun masih melahirkan, maka terjadi kemungkinan anak mengalami kondisi cacat. Selain itu, wanita usia 40 tahun sedang mengandung pun berisiko hamil.
Pasalnya pada usia tersebut, wanita sudah mulai mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti diabetes, kolesterol, tekanan darah tinggi. Sehingga tak heran jika sepasang kekasih memilih untuk childfree, demi kesehatan mereka sendiri dan tidak menyiksa bayi yang dilahirkan.
Trauma
Selain faktor biologis, faktor psikis pun mempengaruhi keputusan sepasang kekasih memilih childfree. Mungkin ada satu di antara mereka yang trauma dengan sebuah keluarga. Baik ia pernah mengalami atau melihat pengalaman orang lain.
Contoh, ia memiliki pengalaman buruk terhadap kedua orangtuanya yang membuat traumatis. Bahkan kejadian tersebut tidak dapat dilupakan hingga ia dewasa.
Terlebih memori anak akan melekat sehingga tidak bisa dihilangkan dari memori, apalagi jangka panjang. Hal ini membuat seseorang takut masuk di lubang yang sama alias takut kejadian masa lalunya akan terulang kembali.
Sehingga ia takut menyakiti anaknya layaknya ia takut disakiti orang tua. Menghindari hal itu, biasanya ia memilih untuk tidak memiliki anak atau childree.
Tidak Ingin Memiliki Tanggung Jawab yang Besar
Memiliki anak tidak semudah yang dikatakan, pasalnya memiliki anak harus siap mental. Ya, sepasang kekasih yang menginginkan memiliki momongan harus siap pula menjadi orangtua. Artinya akan ada tanggung jawab yang lebih besar untuk mendidik anak.
Pada dasarnya memiliki anak adalah sebuah anugerah. Namun tak jarang, orang menganggap memiliki anak adalah sebuah petaka. Hal itu bisa terjadi jika mereka tidak siap mental memiliki anak.
Alih-alih ingin menjadi orangtua yang bertanggung jawab, mereka lebih memilih untuk tidak memiliki anak. Pasangan yang memilih childfree, belum siap memikul tanggung jawab besar dengan kehadiran anak.
Ekonomi
Selain psikis dan biologis, faktor finansial pun mempengaruhi keputusan pasangan untuk childfree. Terlebih semakin berkembangnya zaman, biaya hidup semakin susah.
Beberapa pasangan merasa pendapatannya tidak sebanding dengan biaya pengeluarannya. Sehingga mereka memutuskan untuk tidak memiliki anak.
