Ladiestory.id - Sebagai orang tua tentu akan merasa sangat hancur jika harus kehilangan buah hatinya. Hal itu juga yang dirasakan oleh Kaylee dan Jake Massey.
Pasangan suami istri asal Idaho, Amerika Serikat, harus kehilangan putrinya, Poppy, yang baru berusia 15 bulan karena penyakit TBCD (Tubulin Folding Cofactor D), yang merupakan sebuah penyakit genetik langka.
Kaylee dan Jake Massey mengalami hal yang tak terbayangkan pada April 2023 lalu ketika mereka kehilangan putrinya, Poppy, yang didiagnosis pada usia 9 bulan.
"Ketika dia lahir, kami tidak tahu apa-apa. Dia sempurna bagi kami. Ketika dia berusia sekitar 4 bulan, kami memperhatikan bahwa penglihatannya tidak berkembang dengan baik. Dan setelah beberapa janji dengan dokter dan dokter mata, diputuskan bahwa dia membutuhkan MRI di otaknya," ungkap Kaylee, dilansir dari People Online, Rabu (17/1/2024).
"Setelah MRI menunjukkan bahwa bagian tengah otaknya, corpus callosum, belum berkembang dengan baik, atau bahkan tidak berkembang sama sekali, kami terus melakukan diagnosis demi diagnosis, melakukan tes genetik tercanggih dan kami mendapat kabar paling mengerikan yaitu mengetahui bahwa dia memiliki kelainan genetik, dia adalah anak ke-38 di dunia yang didiagnosis menderita penyakit ini," sambungnya.
Sebelum meninggal, Poppy juga dirawat di rumah sakit setelah Kaylee menyadari buah hatinya mengalami kesulitan bernapas. Dokter menemukan bintik-bintik pneumonia di paru-parunya dan Poppy juga dinyatakan positif mengidap infeksi saluran pernapasan. Poppy pun menghembuskan napas terakhirnya saat hendak dipindahkan ke ruang ICU.
Usai kepergian Poppy, Kaylee dan Jake pun harus memutuskan apa yang ingin mereka lakukan untuk tubuh buah hatinya yang dikremasi.
Jika biasanya jenazah diubah menjadi abu dan disimpan di dalam guci, Kaylee dan Jake memilih hal yang berbeda, yakni parting stones. Hal itu terlintas saat pasangan tersebut tengah membolak-balikan katalog untuk memilih guci sebagai wadah penyimpanan abu jenazah sang anak.
“Kami merasa itu tidak tepat untuk keluarga kami, tapi sejujurnya, tidak ada pilihan yang terasa tepat untuk keluarga kami. Kami baru saja membuka-buka katalog ini, dan ada gambar batu-batu yang sangat cantik ini, dan kami merasa seperti itu. sebuah keluarga alam. Kami suka pergi keluar dan melakukan sesuatu. Saya ingat saya dan suami berhenti dan melihat halaman itu," kata Kaylee.
"Kami membawa pulang katalog tersebut, dan kami memikirkannya selama beberapa hari sebelum memutuskan. Rasanya jika semua pilihan buruk, pilihan ini terasa seperti pilihan yang paling tidak buruk. Kami memilih yang paling tidak buruk bagi kami, dan kami juga mencoba mendahulukan kedua anak kami lainnya. Apa yang paling nyaman bagi mereka?" sambungnya.
Hingga akhirnya, keluarga tersebut memutuskan untuk mengubah jenazah Poppy menjadi batu. Bagi Kaylee, bagian yang paling memilukan adalah melihat betapa sedikitnya batu yang ada.
“Kami terus membuka tas-tas kecil yang berisi batu-batu itu, dan saya ingat pada awalnya, batu-batu itu sangat indah. Warnanya putih dengan bintik-bintik kuning kecil di dalamnya, dan mereka mengatakan bahwa mereka tidak melakukan apapun terhadapnya abunya,Saya tidak tahu apa itu bintik kuning kecil itu, tapi itu terasa seperti hadiah kecil yang istimewa,” tutur Kaylee.
"Ada 13 atau 14 batu kecil. Tubuhnya sangat kecil dan tentu saja tidak akan banyak batu, tapi menurutku itu hanya membuatku sedikit patah hati,” lanjutnya.
Kaylee dan Jake pun menyimpan batu-batu tersebut pada ayunan Poppy karena sang anak akan berada di sana seandainya ia di rumah.
“Kami tidak takut terjadi apa pun pada batu tersebut karena batu tersebut tidak seperti guci atau apa pun. Mereka ada di dalam kotaknya yang sangat cantik sekarang," tandasnya.