Ladiestory.id - Meskipun zaman sudah mulai modern, namun masih banyak orang yang membuat kesalahan logika dalam berpikir. Secara garis besar, kesalahan logika berpikir atau distorsi kognitif adalah sebuah kesalahan logika dalam berpikir yang mana memiliki kecenderungan berpikir yang berlebihan serta tidak rasional.
Apabila hal ini terus dibiarkan, maka kesalahan itu akan menjadi kebiasaan, lalu perlahan dapat mempengaruhi kondisi emosi dan perilaku. Menurutmu apa saja kesalahan logika dalam berpikir itu? Berikut adalah jenis-jenis distorsi kognitif yang mungkin Kamu alami.
All or Nothing Thinking
Pola pikir distorsi kognitif yang satu ini mempunyai pengertian di mana Kamu melihat segala sesuatu secara absolut. Hanya ada hitam dan putih, sedangkan tidak ada ruang abu-abu di antaranya. Pemikiran seperti ini yang membuat dirimu kesulitan keluar dari gangguan psikologis yang sedang Kamu alami.
Overgeneralization
Kesalahan berpikir selanjutnya dinamakan overgeneralization. Biasanya, pada distorsi kognitif seperti ini, akan muncul kata seperti "selalu" atau "tidak pernah". Alasannya, karena Kamu selalu menggeneralisasi apa yang terjadi setelah suatu kejadian atau rentetan kasus tertentu. Setelahnya, Kamu merasa seperti tidak melihat ruang lain lagi selain dua kata tersebut.
Mental Filtering
Pemikiran distorsi kognitif semacam ini cenderung membuatmu lebih fokus pada satu kejadian dan melupakan hal lain. Contohnya saja, Kamu merasa hanya bisa nyaman bergaul ketika mengonsumsi obat terlarang. Jika tidak, Kamu akan merasa rendah diri dan tidak disukai orang di sekitarmu.
Magnification/Catastrophizing
Kondisi ini terjadi karena adanya kecenderungan untuk membesar-besarkan suatu hal yang dianggap sebagai sumber masalah. Pola pikir semacam ini rentan membuat Kamu yang kecanduan kembali terjebak dalam pola pikir yang sama.
Jumping to Conclusions
Pola pikir ini dibagi menjadi dua yaitu mind reading yang berarti menyimpulkan reaksi seseorang sesudah menggambarkan pemikiran mereka. Dan fortune telling yang artinya memprediksi apa yang akan terjadi. Biasanya, hal ini dilakukan untuk menghindari tantangan.
Labelling
Kemudian ada distorsi kognitif dengan cara memberikan label tentang diri sendiri atau orang lain sebagai sifatnya. Jadi Kamu hanya melihat dirimu sebagai individu dengan label tertentu secara sepihak. Biasanya, pemberian label seperti ini bisa terjadi dari penyimpulan sepihak. Contohnya, orang yang tidak tersenyum sebagai orang sombong.
"Should" Statements
Sebenarnya ini merupakan cara seseorang berbicara pada dirinya sendiri. Alasan kenapa hal ini menjadi distorsi karena Kamu memiliki kecenderungan untuk menekankan hal-hal yang seharusnya dilakukan. Akibatnya, Kamu akan cenderung meremehkan ide dan pemikiran diri sendiri, hingga rentan merasa terus-menerus gagal
Emotional Reasoning
Jenis penalaran ini mengasumsikan bahwa emosi negatif yang dialami pasti merupakan cerminan realitas yang akurat. Jika Kamu merasa mengalami perasaan bersalah, maka penalaran emosional akan mengarahkannya untuk menyimpulkan bahwa Kamu adalah orang jahat.
Disqualifying the Positive
Pemikiran seperti ini berarti mengabaikan atau tidak memberikan validasi pada hal-hal baik yang terjadi pada dirinya sendiri. Akibatnya, pemikiran ini akan berdampak pada relasi dengan orang lain di sekitar dirinya.
Personalization and Blame
Kesalahan pola pikir ini mengakibatkan seseorang menyalahkan diri sendiri atau orang lain, meskipun apa yang terjadi melibatkan banyak faktor lain dan di luar kendali, atau bisa dari pengaruh yang diterimanya sejak kecil. Contohnya saja, terlalu sering mendengar orang tua menyalahkan dirinya saat kecil yang mana itu akan membentuk dirinya sebagai sosok yang tidak percaya diri dan melarikan diri ke hal negatif.