1. Health
  2. Tidak Cuma di Game, Kesehatan Mental Juga Ada Istilah Impostor Syndrome
Health

Tidak Cuma di Game, Kesehatan Mental Juga Ada Istilah Impostor Syndrome

Tidak Cuma di Game, Kesehatan Mental Juga Ada Istilah Impostor Syndrome

Foto: Ladiestory.id

Ladiestory.id - Istilah impostor akhir-akhir ini sering muncul sejak permainan Among Us menjadi favorit para pengguna gadget. Dalam permainan itu, impostor dikenal sebagai pemain penipu yang bertugas mengacaukan permainan dan membunuh karakter lain secara diam-diam.

Namun rupanya dalam dunia psikologi, ternyata ada juga istilah impostor syndrome atau sindrom impostor.

Apa itu Impostor Syndrome?

Foto: Ladiestory.id

Mengutip Medical News Today, sindrom impostor merupakan sindrom yang bisa dialami oleh siapa saja. Namun, sindrom ini lebih sering dialami oleh mereka yang berprestasi.

Orang yang mengalami impostor syndrome akan merasa ragu terhadap prestasi dan kemampuan dirinya sendiri. Bahkan, mereka takut bahwa apa yang mereka raih dan bisa kerjakan adalah suatu bentuk penipuan.

Psikolog untuk pertama kalinya menjelaskan soal sindrom impostor ini pada 1978. Sebagian besar orang hanya mengalaminya dalam waktu yang singkat.

Misalnya, saat berada di lingkungan sekolah atau kerja yang baru. Namun, sebagian yang lain mengalaminya dalam waktu yang lama, bahkan seumur hidup.

Sementara itu, mengutip Independent, 4 Desember 2018, sindrom impostor kebanyakan dialami oleh seorang perempuan. Laki-laki juga ada mengalami sindrom ini, tetapi frekuensinya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan perempuan.

Mereka yang mengalami impostor syndrome disarankan untuk mengikuti terapi. Dari terapi diharapkan bisa mengidentifikasi sumber kecemasan yang mengakibatkan munculnya sindrom.

Tanda-Tanda Imposter Syndrome

Di bawah ini adalah beberapa tanda-tanda yang mungkin Anda rasakan jika mengalami imposter syndrome:

- Sering meragukan kemampuan diri sendiri

- Sering mengaitkan kesuksesan dan pencapaian dengan faktor eksternal

- Tidak mampu menilai kompetensi dan keterampilan diri secara objektif

- Merasa takut akan gagal suatu hari nanti

- Merasa kecewa hingga frustrasi ketika tidak mampu memenuhi standar yang ditetapkan sendiri

Orang yang mengalami imposter syndrome cenderung akan terus memotivasi dirinya untuk terus bekerja keras, bahkan terkadang lebih dari yang diperlukan. Namun, hal ini dilakukan semata-mata agar ia merasa aman dan tidak ada orang yang tahu bahwa dirinya adalah seorang penipu.

Penyebab Imposter Syndrome

Foto: Ladiestory.id

Ada beberapa faktor-faktor tertentu yang bisa menyebabkan seseorang mengalami imposter syndrome, antara lain:

- Pola asuh orang tua yang sangat mengutamakan prestasi dan pencapaian

- Lingkungan yang kompetitif

- Sifat perfeksionis

- Peran baru, misalnya sebagai mahasiswa atau pekerja

Bagaimana Cara Menghadapinya?

Jika terus menerus terjadi, yang ditakutkan adalah bisa terjadi depresi dan kecemasan. Depresi dan gangguan cemas bila tidak diatasi akhirnya bisa berujung pada gangguan jiwa hingga menurunnya fungsi otak.

Untuk menghadapi imposter syndrome, Anda bisa mempertimbangkan berbagai hal penting di bawah ini.

1. Tidak Ada yang Sempurna di Dunia Ini

Orang dengan imposter syndrome harus belajar supaya tidak terlalu terpaku pada standar tinggi atau kesempurnaan yang ia tetapkan bagi dirinya sendiri. Sadarilah bahwa semua orang tidak perlu jadi sempurna.

2. Berbagi Ilmu

Untuk memastikan apa saja kemampuan Anda dan seberapa mahir Anda dalam melakukannya, cobalah untuk berbagi ilmu. Saat berbagi ilmu, baik itu dengan junior Anda di kantor atau dengan siapa saja, Anda akan menyadari seberapa kecil atau besar kompetensi Anda dalam bidang tersebut.

3. Curhat dengan Orang Terpercaya

Cobalah untuk berbicara dan berbagi kepada sahabat, keluarga, tenaga ahli seperti psikolog, atau mungkin mentor Anda yang bisa mengenali imposter syndrome. Dengan curhat, Anda pun akan dipaksa untuk bercermin pada diri sendiri.

Inilah pengertian, gejala, hingga cara menghadapi sindrom impostor. Semoga bermanfaat!

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel