Ladiestory.id - Siapa yang belum tahu konsep diet yang sedang ramai diperbincangkan dan dilakukan oleh banyak orang yaitu intermittent fasting? Intermittent fasting (IF) adalah pengaturan pola makan dengan cara berpuasa, yaitu menggunakan jeda waktu untuk bisa mengonsumsi makanan. Umumnya dilakukan dalam waktu 16 jam berpuasa, dan 8 jam untuk mengkonsumsi makanan.
Intermittent fasting biasanya digunakan sebagai metode yang mudah untuk menurunkan berat badan ideal karena kamu tidak perlu menyiapkan makanan khusus. Kamu tetap dapat mengkombinasikan menu makanan, dan tetap memotong kadar asupan gluten dan karbohidrat sebesar hingga 65%.
Namun, dalam ulasan terbaru yang diterbitkan pada Frontiers in Nutrition, para peneliti menyebut bahwa IF dapat memengaruhi perilaku makan, serta suasana hati. Temuan ini juga menyoroti mekanisme potensial yang mendasari efek positif dari IF.
Manfaat Puasa Bagi Kesehatan
Dilansir dari News Medical Online disebut bahwa berpuasa untuk diet sudah digunakan sejak abad ke-5 sebelum masehi. Dibandingkan dengan pola makan yang dibatasi, berpuasa dianggap lebih dapat berpengaruh.
Ada beberapa cara penerapan puasa, namun semuanya memerlukan setidaknya delapan jam setiap harinya. Berpuasa telah menarik perhatian ilmiah sebagai strategi potensial untuk mengurangi glukosa serum.
Penelitian menunjukkan bahwa berpuasa dapat membantu mengontrol berat badan dan mencegah diabetes tipe 2, kanker, penyakit kardiovaskular, multiple sclerosis (MS), penyakit Alzheimer (AD), penyakit Parkinson (PD), stroke, dan epilepsi.
Puasa juga dapat meningkatkan kesehatan mental dengan mengurangi kecemasan dan meningkatkan kognisi.
Efek Kontradiktif IF pada Perilaku Makan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menerapkan intermittent fasting dapat mengurangi rasa lapar, dan memperlambat penambahan berat badan. Namun, dalam penelitian lainnya menunjukkan efeknya hanya terlihat dalam jangka pendek, yang menunjukkan sulitnya untuk terus mengikuti pola makan apa pun.
Seperti individu yang berpuasa selama bulan Ramadan memiliki pengalaman yang sangat berbeda dalam hal perilaku makan, melaporkan tingkat kelaparan yang lebih rendah di akhir bulan.
Demikian pula, hasil yang bervariasi diperoleh dalam penelitian yang meneliti pengaruh IF terhadap pengendalian pola makan. Berbeda dengan cara diet lainnya, IF justru dikatakan dapat menyebabkan berlebihan makan.
Para peninjau berpendapat bahwa temuan inklusif ini mungkin disebabkan oleh kurangnya keseragaman di berbagai penelitian, termasuk perbedaan dalam ukuran sampel, populasi penelitian, durasi intervensi, dan desain penelitian. Subyek yang lebih muda tampaknya lebih cenderung makan berlebihan selama IF dibandingkan dengan individu paruh baya.
IF Mengubah Pola Tidur dan Suasana Hati
Meskipun IF menyebabkan ketidakselarasan ritme sirkadian, beberapa penelitian belum menemukan bahwa intermittent fasting berdampak signifikan terhadap keparahan insomnia atau durasi tidur. Sementara penelitian lain menemukan bahwa IF meningkatkan kualitas tidur.
Sebuah penelitian menemukan bahwa orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan menunjukkan lebih banyak rasa kantuk di siang hari. Terdapat beberapa indikasi bahwa IF dapat menjadi cara yang menjanjikan untuk mengurangi gangguan ritme sirkadian akibat kondisi kesehatan yang mengganggu tidur atau kerja shift, namun hal ini memerlukan eksplorasi lebih lanjut.
Dalam hal efek terhadap suasana hati, IF ditemukan secara signifikan mengurangi kemarahan, kebingungan, ketegangan, depresi, dan gangguan suasana hati secara keseluruhan sekaligus meningkatkan tingkat energi.
Dampak serupa juga terlihat pada populasi yang berpuasa selama bulan Ramadhan. Namun, semua temuan ini dilihat dalam jangka pendek, penelitian di masa depan dapat menguji dampak IF dalam meningkatkan suasana hati dalam jangka panjang.