Asal kamu tahu, industri mode merupakan salah satu industri yang paling banyak memproduksi sampah di planet ini. Bahkan, kita memproduksi lebih banyak baju daripada yang kita butuhkan dan membuangnya setelah dipakai beberapa kali. Rata-rata setiap orang membuang baju sebanyak 31,75 kilogram per tahun. Jika dihitung secara global, maka kita memproduksi sampah tekstil sebanyak 13 ton setiap tahun. Padahal, sebenarnya 95% bisa didaur ulang dan digunakan kembali. Dengan kata lain, kita membuangnya dalam kondisi yang masih bagus. Dengan kata lain lagi, kita sedang mempraktikkan fast fashion.
Dan kemana baju tidak dipakai lagi tadi berakhir? Sebagian besar menumpuk di tempat pembuangan sampah, tanpa digunakan atau didaur ulang lagi.
Adakah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah dari dunia mode? Kabar baiknya, ada banget. Maka dari itu, mari berkenalan dengan sebuah gerakan bernama Slow Fashion.
Apa itu Slow Fashion Movement?
Istilah Slow Fashion diciptakan pertama kali oleh seorang desainer bernama Kate Fletcher dari Centre for Sustainable Fashion pada 2008, setelah fenomena slow food movement terjadi. Dalam sebuah tulisan yang diterbitkan di The Ecologist, Fletcher merasa perlu untuk melakukan hal yang sama dengan dunia mode.
Secara istilah, Slow Fashion atau "Slow Fashion Movement" merupakan kesadaran dan pendekatan mode, yang mempertimbangkan proses dan sumber yang dibutuhkan untuk membuat baju. Gerakan ini khususnya menitikberatkan pada faktor keberlanjutan (sustainability). Artinya, ketika membeli sesuatu, kamu memikirkan dan memilih produk-produk dengan kualitas lebih baik yang tahan lama. Selain itu, produk ini juga menghargai semua orang yang terlibat di dalamnya, tidak menyakiti hewan dan menjaga keberlangsungan planet tercinta ini.
Dengan kata lain, slow fashion merupakan kebalikan dari fast fashion. Yep, fast fashion yang diberikan karena menitikberatkan pada tren terbaru dan biasanya produknya tidak tahan lama.
Aspek Apa Saja yang Terdapat di Dalam Slow Fashion?
Slow fashion adalah perpaduan antara aspek etis (ethical), eco dan mode yang lebih tahan lama.
Aspek mode etis berhubungan dengan hak manusia dan hewan. Hal ini mencakup perlakuan setara dan menghargai orang-orang yang dipekerjakan untuk membuat baju tersebut. Misalnya, jika sebuah merek untuk menciptakan produk yang memiliki corak tradisional, langkah etisnya adalah mempekerjakan seniman dan warga lokal untuk membuat barang tersebut. Bukan memproduksinya dengan massal di sebuah pabrik yang tidak memiliki hubungannya dengan corak tersebut.
Sementara eco fashion berkaitan dengan dampak produksi baju tersebut terhadap lingkungan. Ini juga mencakup teknik produksi yang ramah lingkungan dengan misalnya menggunakan bahan-bahan sustanaible, daur ulang atau barang bekas.
Terakhir, mode yang lebih tahan lama. Artinya, baju tersebut terbuat dari bahan berkualitas, tidak cepat rusak sehingga memperlambat tingkat konsumsi.
Ada yang bilang bahwa sebuah produk tidak perlu menerapkan ketiga aspek tersebut. Akan tetapi, semakin serius sebuah merek menerapkan prinsip itu, maka semakin produk tersebut melakukan slow fashion.
Merek Apa Saja yang Sudah Melakukannya?
Ohya, jika suka belanja di perusahaan-perusahaan seperti H&M dan Zara, ada satu hal yang perlu kamu tahu: banyak perusahaan internasional seperti ini sedang berusaha keras untuk menghasilkan produk yang berkelanjutan.
Beberapa merek yang sudah menjadi bagian dari gerakan Slow Fashion di antaranya Kowtow, Eileen Fisher, Patagonia, Aadra Collection, People Tree, Reformation, Thought Clothing, PACT, Amour Vert, Alternative Apparel, Everlane, Re/Done, Stella McCartney, dan Cuyana. Sementara dari lokal, terdapat merek Kana Goods, Canaan, Hlaii, Seratus Kapas, Cinta Bumi, Imaji Studio, Sejauh Mata Memandang, Biasa, fbudi, SukkhaCitta dan masih banyak lagi.
Bagaimana Kamu Bisa Berpartisipasi dalam Gerakan Ini?
Prinsip berpartisipasi dalam gerakan slow fashion adalah: memilih perusahaan yang lebih baik, bahkan jika mereka tidak sempurna.
Pasalnya, untuk mengubah budaya dan gaya hidup dari fast fashion ke slow fashion dibutuhkan waktu yang lama. Ingat 'kan, betapa susah dan butuh waktu yang sangat lama untuk membiasakan bawa tas sendiri dan melupakan kantong plastik sekali pakai saat belanja? Akan tetapi dengan beberapa penyesuaian sederhana, kamu bisa melakukannya mulai dari sekarang.
Untuk benar-benar mendukung gerakan ini, kita harus bisa melihat baju tidak hanya karena murah. Melainkan lebih fokus pada kualitas, bukan kuantitas dan menyederhanakan koleksi baju yang kita miliki. Intinya, menerapkan prinsip 'lebih sedikit, lebih bagus'.
Untuk itu, mulailah membeli merek-merek dengan karakter seperti berikut ini.
- Produk bajunya terbuat dari kualitas tinggi dengan menggunakan sustainable material.
- Seringnya lebih sering dijual di toko lokal (dan lebih kecil) dibandingkan di toko-toko besar dan terkenal.
- Barang-barangnya menggunakan, diproduksi, dan dijual secara lokal.
- Rilisan tren terbaru sangat terbatas dan spesifik, sekitar dua dan maksimum tiga kali per tahun.
Selain itu, lakukan beberapa hal ini:
- Donasikan bajumu. Bersihkan lemarimu dan kumpulkan baju yang sudah tidak pernah dipakai tapi masih dalam kondisi bagus, lalu donasikan.
- Beli barang-barang preloved, vintage atau secondhand.
- Manfaatkan jasa sewa baju.
Kesimpulannya: do your part, Ladies.
Sumber foto utama: Unsplash.com/ Social.Cut