Ladiestory.id - Pernah dengar nasihat tentang mengurangi makanan olahan? Masih banyak yang belum tahu dan sadar pentingnya membatasi makanan-makanan olahan karena dampak yang terjadi pada tubuh sangat banyak.
Apa itu Makanan Ultra-Olahan?
Makanan ultra-olahan adalah makanan yang telah melalui proses yang panjang. Makanan dalam keadaan alami atau makanan yang dapat diubah secara minimal dengan menghilangkan bagian yang tidak dapat dimakan dengan cara dikeringkan, dihancurkan, dipaggang, direbus, dibekukkan yang sesuai dan dapat disimpan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu yang lamajuga merupakan makanan olahan.
Kesimpulannya, seperti kamu membeli makanan kemasan dari pabrik, meskipun dikemasan tertulis buah dan sayur, namun nutrisi atau gizi yang mengandung buah dan sayur sudah tidak ada dalam makanan tersebut.
Contoh Makanan Ultra-Olahan
Mengutip Health Harvard Publishing, pengelolahan mengubah makanan dari keadaan alaminya. Makanan olahan pada dasarnya dibuat dengan menambahkan garam, minyak, gula atau zat lainnya. Contoh ikan kaleng atau sayuran kaleng, buah-buahan dalam sirup. Sebagian besar makanan olahan memiliki dua sampai tiga bahan.
Kandungan pada Makanan Ultra-Olahan
Makanan ultra-olahan sebagian besar terbuat dari zat yang diekstraksi dari makanan seperti lemak, pati, gula tambahan, dan lemak terhidrogenasi. Contoh makanan beku, minuman ringan, makanan cepat saji, kue kering kemasan, kue dan makanan ringan asin.
Menurut sebuah penelitian The BMJ, makanan ultra-olahan adalah sumber utama (hampir 58%) kalori yang dimakan di AS dan menyumbang hampir 90% energi yang kita dapatkan dari gula tambahan.
Bagaimana Makanan Ultra-Olahan Memengaruhi Kesehatan?
Peneliti menemukan bahwa orang yang menerapkan diet ultra-olahan mengonsumsi sekitar 500 kalori lebih banyak daripada diet dengan makanan sehat. Orang yang diet makanan ultra-olahan ditandai dengan peningkatan asupan karbohidrat dan lemak, tetapi bukan protein.
Para peneliti menyimpulkan bahwa membatasi makanan ultra-olahan mungkin merupakan strategi yang efektif mencegah dan mengobati obesitas.
Melansir Studi lain yang diterbitkan di The BMJ, mereka yang mengonsumsi lebih banyak makanan olahan memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner, dan penyakit serebvaskular.
Kualitas nutrisi makanan dengan mempertimbangkan faktor jumlah lemak jenuh, natrium, gula dan serat makanan dalam makanan menunjukkan hubungan antara diet dan ultra-olahan dengan penyakit jantung.
Batasi Mengonsumsi Makanan Ultra-olahan
Cobalah untuk menghindari atau membatasi makanan ultra-olahan. Terutama makanan kemasan dibuat dengan kandungan gula dan garam yang tinggi. Dengan mengonsumsi gula, garam dan lemak berlebih akan meningkatkan kolestrol jahat (LDL) dan trigliserida dalam darah serta memicu hipertensi dan jika dibiarkan, akan terjadi penyumbatan pembuluh arteri jantung.
Makanan kemasan juga menjadi favorit anak-anak,banyak jajanan favorit anak mengandung zat aditif seperti pewarna, pemanis buatan yang dapat merusak hati, kesulitan bernafas, diabetes dan kanker.