Ladiestory.id - Sebagai rangkaian dari Pekan Imunisasi Dunia 2023, GSK berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan praktisi kesehatan terus melakukan berbagai upaya untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengejar ketertinggalan imunisasi lengkap, Hal ini tentu untuk melindungi kesehatan Generasi Emas Indonesia.
Berbagai kemitraan edukasi masyarakat sudah dilakukan diantaranya melalui kegiatan edukasi di sosial media dan juga edukasi melalui Media Briefing yang digelar di Akmani Hotel, Jakarta Pusat, pada Senin (8/5/2023).
Imunisasi berperan penting sebagai komponen dasar untuk perlindungan kesehatan. Sebab, imunisasi merupakan salah satu kisah sukses kesehatan dan pembangunan global dalam upaya menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahun.
Oleh karenanya, imunisasi sangat bermanfaat terutama bagi anak-anak untuk mecegah dari berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Namun, dalam tiga tahun terakhir sejak dunia terdampak pandemi Covid-19, pelaksanaan layanan imunisasi menghadapi tantangan.
Secara global, berdasarkan data WHO pada tahun 2021, sebanyak 25 juta anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap. Data ini 5,9 juta lebih banyak dari tahun 2019 dan merupakan jumlah tertinggi sejak tahun 2009.
Sementara di Indonesia, jumlah anak yang belum di imunisasi lengkap sejak 2017 hingga tahun 2021 adalah 1,525,936 anak. Untuk menekan jumlah ini di tahun 2022, pemerintah Indonesia telah melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), namum capaian BIAN belum mencapai target, terutama provinsi yang berada di luar regional Jawa dan Bali, dimana capaian rata capaian rata-rata di regional ini masih dibawah 35%.
“Imunisasi telah terbukti berperan penting dan efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah beragam penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dengan semakin lengkap imunisasi yang diberikan pada anak, maka semakin baik pula perlindungan kesehatan anak dan tentunya juga akan berdampak pada kualitas hidup anak di masa depan," ujar Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K).
"Namun, kondisi pandemi yang melanda dunia termasuk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah membuat sebagian orangtua menghadapi tantangan untuk memberikan imunisasi bagi anaknya. Padahal, jika banyak bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi rutin lengkap kelak dapat berpotensi terjadi wabah berbagai penyakit (PD3I) yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan anak dimasa depan," sambungnya.
Hartono melanjutkan, bila imunisasi anak terlewat atau belum mendapatkan vaksin tertentu sama sekali karena beberapa hal, seperti sakit berat atau terlupa, disarankan untuk melakukan imunisasi kejar (catch-up immunization) agar anak dapat memperoleh imunisasi lengkap.
Lebih lanjut, imunisasi kejar dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian beberapa jenis vaksin lainnya atau imunisasi rutin. Artinya, anak bisa mendapat suntikan vaksin lebih dari 1 kali dalam satu waktu, misalnya dengan pemberian Vaksin Hexavalen yaitu kombinasi vaksin DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), Hib (Haemophilus influenzae tipe b), Hepatitis B dan Polio.
"Maka dari itu, masyarakat harus betul-betul memahami bahwa hanya dengan Imunisasi Rutin Lengkap (IRL) anak-anak Indonesia terlindungi secara optimal dari PD3I, sehinga dapat tumbuh jadi generasi emas di masa mendatang," imbaunya.
Pada pertengahan 2022 lalu, Kementerian Kesehatan juga telah menambahkan jumlah imunisasi rutin wajib di Indonesia, dari 11 antigen menjadi 14 antigen, yaitu vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk mencegah penyakit pneumonia, Vaksin Rotavirus untuk mencegah diare yang disebabkan oleh rotavirus, dan vaksin Human Papilloma Virus (HPV) untuk mencegah kanker serviks.
Hal ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk terus memperluas akses imunisasi dasar lengkap kepada seluruh anak-anak Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan anak mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan serta juga dapat merujuk pada jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan bahwa dalam menjawab tantangan cakupan imunisasi nasional, Pemerintah terus melakukan percepatan cakupan vaksinasi dengan mengupayakan setiap orang bisa memiliki akses yang sama sesuai jadwal terhadap imunisasi, serta pelaksanaan program imunisasi kejar bagi anak yang belum lengkap status imunisasinya ataupun yang belum pernah mendapatkan imunisasi namun usianya sudah lewat.
“Tujuan akhir dari peringatan Pekan Imunisasi Dunia adalah agar lebih banyak anak, orang dewasa dan masyarakat terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga memungkinkan mereka hidup lebih sehat. Salah satunya imunisasi kejar yang diperlukan untuk melengkapi imunisasi anak yang tertunda selama pandemi," ungkapnya.
"Melalui momentum Pekan lmunisasi Dunia tahun 2023 ini, kami ingin mengajak semua pihak untuk terus mendorong edukasi publik guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi lengkap guna melindungi Generasi Emas Indonesia," sambungnya.
Ia melanjutkan, imunisasi merupakan salah satu investasi terbaik dalam kesehatan global dan memiliki peranan penting dalam mencapai 14 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SGDs).
"Oleh karenanya, kami sangat mengapresiasi semua pihak yang sudah berpartisipasi aktif dalam mendukung program imunisasi nasional serta menyebarluaskan pesan positif tentang imunisasi. Karena, kesuksesan program imunisasi nasional hanya bisa tercapai jika masyarakat percaya imunisasi merupakan solusi pencegahan penyakit yang aman dan efektif," tegasnya.
Selama beberapa tahun terakhir, persepsi masyarakat terhadap peran vaksin dalam pemberantasan penyakit menular sudah berubah.
Vaksin kini digunakan tidak hanya untuk melindungi anak-anak, tetapi juga sebagai upaya pencegahan penyakit yang dimulai dari usia dini hingga dewasa. Vaksin juga dianggap unik karena dapat memberikan manfaat secara langsung bagi individu mendapatkannya dan manfaat secara tidak langsung bagi kelompok masyarakat yang belum atau tidak mungkin divaksinasi karena alasan usia atau masalah kesehatan lain atau dikenal dengan perlindungan lintas kelompok.
Selain itu, vaksinasi mampu mengurangi tingkat penularan penyakit sehingga menguntungkan individu, keluarga, masyarakat luas, dan perekonomian negara.
President Director & General Manager GSK Indonesia, Manishkumar Munot mengatakan, sebagai inovator terkemuka industri farmasi, GSK memiliki portofolio teknologi vaksin yang komprehensif dan pengalaman panjang selama bertahun-tahun yang dimulai sejak periode 1900-an.
"Hingga saat ini, GSK telah menciptakan vaksin untuk 23 dari 32 penyakit yang termasuk dalam daftar WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Vaksinasi sepanjang hidup sangatlah penting untuk menjaga kekebalan tubuh kita, dimulai dari usia dini untuk membangun kekebalan terhadap penyakit menular baru saat kita beranjak dewasa, di mana penyakit ini bisa menular ke kita saat berpergian, bekerja, ataupun akibat penuaan," tuturnya.
Lebih lanjut, Manish mengatakan, semua harus mendukung pencegahan penyakit sehingga masyarakat pada umumnya dapat hidup lebih, mengurangi biaya pengobatan, dan dapat memperkuat perekonomian dalam negeri.
"Inilah cara kami bersama-sama mengatasi penyakit menular," tutupnya.