Ladiestory.id - Akhir-akhir ini, isu pelecehan dan kekerasan seksual semakin banyak dibicarakan. Parahnya, banyak kasus mengenai pelecehan dan kekerasan seksual yang sudah sering terjadi dan hampir merajalela ke seluruh negeri.
Bahkan, kasus pelecehan dan kekerasan seksual telah dialami oleh banyak orang dari segala usia, kalangan, dan latar belakang. Pelaku-pelaku dari kasus pelecehan dan kekerasan seksual ini masih tidak mendapatkan hukuman yang pantas.
Karena hal inilah, beberapa masyarakat indonesia mulai melakukan banyak cara dan usaha untuk mengurangi kejahatan-kejahatan seperti ini. Dari segi industri perfilman pun mulai banyak yang membuat film ataupun drama dengan mengangkat isu pelecehan dan kekerasan seksual ini ke dalam narasinya.
Dengan dibuatnya film ataupun drama, hal itu bertujuan supaya orang dapat memberikan perhatian lebih betapa pentingnya isu ini. Selain itu, film-film tersebut juga meraih banyak penghargaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Penasaran apa saja? Yuk simak ulasannya berikut ini.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Film yang pertama ada “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak”. Selain menjadi film yang mengangkat tema dengan isu pelecehan dan kekerasan seksual, film ini juga masuk ke dalam kategori film terbaik Indonesia pada 2017 lalu.
Dalam film ini, digambarkan bahwa ada seorang korban atau penyintas yang mendapatkan pelecehan dan kekerasan seksual, penyintas ini bahkan sulit untuk mendapat keadilan. Nama seorang penyintas tersebut ialah Marlina.
Marlina adalah seorang janda yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba. Marlina merupakan seorang korban permerkosaan yang dilakukan oleh tujuh orang rampok yang datang ke rumahnya.
27 Steps of May (2018)
Beralih satu tahun setelah film “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak”, ada film yang berjudul “27 Steps of May”. Film ini juga mengangkat isu pelecehan dan kekerasan seksual. Film ini mulai dirilis pada 2018 dimana di dalamnya menceritakan mengenai seorang penyintas sekaligus korban pemerkosaan yang terjadi saat kerusuhan 1998.
Tak hanya May (korban) saja yang mengalami hal-hal buruk dan efek dari tragedi itu, tetapi keluarga terdekatnya, sang ayah juga mengalami akibatnya. Hidup keluarganya hancur, dan pada akhirnya, ayah dan anak itu hidup tertutup tanpa saling berkomunikasi.
Please be Quite (2021)
"Please be Quite" merupakan salah satu film pendek yang memiliki durasi selama 20 menit. Di dalam film pendek ini, digambarkan bahwa tidak mudah bagi seorang penyintas untuk mendapatkan keadilan, terlebih lagi jika sang pelaku dari kejahatan ini merupakan seorang yang memiliki kekuasaan.
Film ini juga bercerita tentang Sarah, yang saat itu menjadi saksi saat dirinya melihat pelecehan seksual yang dilakukan bosnya kepada salah seorang rekan kerjanya, Putri. Usaha Sarah yang menyarankan untuk mengambil jalan hukum demi mendapatkan keadalian, di cegah oleh Putri. Karena Putri menganggap jika dirinya dan Sarah melakukannya, hal itu hanya akan sia-sia saja.
Penyalin Cahaya (2021)
Film yang berhasil memborong 12 piala Citra dan berhasil tayang di Busan International Film Festival (BFFI) ini bercerita mengenai Sur, seorang mahasiswi yang berprestasi. Namun dalam sebuah kejadian yang menimpa dirinya, membuat Sur terancam akan kehilangan beasiswa. Hal itu karena Sur dituduh membawa aib bagi fakultasnya.
Kejadian tersebut terjadi karena beredarnya sebuah foto Sur yang saat sedang mabuk di media sosial. Merasa dijebak, akhirnya Sur tidak diam saja, dia dan sahabatnya yang bernama Amin berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan ingin membuktikan kepada semua orang bahwa dirinya tidak bersalah.
Dear Nathan Thank You Salma (2022)
Film ini merupakan trilogi dari film bergenre romance “Dear Nathan”. Film ketiga ini ternyata juga mengangkat tema dengan isu pelecehan dan kekerasan seksual. Film ini diangkat dari isu pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan kampus.
Diceritakan bahwa Zanna yang merupakan teman Nathan di kampus telah mengalami pelecehan seksual, namun Zanna tidak berani untuk melaporkannya. Karena pelakunya merupakan seorang mahasiswa terpandang dan orang tuanya memiliki posisi yang penting di kampus tersebut.