1. Lifestyle
  2. Hadapi Fase Quarter Life Crisis? Ini Cara Mengatasinya
Lifestyle

Hadapi Fase Quarter Life Crisis? Ini Cara Mengatasinya

Hadapi Fase Quarter Life Crisis? Ini Cara Mengatasinya

Ilustrasi perempuan mengalami life quarter crisis. (Special)

Ladiestory.id - Memasuki fase pendewasaan atau usia di atas 20 tahun mungkin ada perasaan jika hidup seakan tanpa arah dan sering mengalami masalah serta kesalahan. Dimulai dari masalah kerjaan, hubungan pertemanan dan percintaan serta lini kehidupan lainnya. 

Wajar Mengalami Quarter Life Crisis 

Hal ini akan berdampak pada susah tidur, karena setiap malam mengalami overthinking. Penyebabnya karena sering kepikiran, khawatir, gelisah, dan bingung tentang masa depan. Namun kita tak perlu merasa takut, karena ini adalah fase yang wajar.

Selain itu, ada 86 persen dari generasi milenial yang pernah mengalami fase ini pun merasakan kebingungan, kesepian, takut, gelisah, stres, hingga depresi. Fase ini biasa disebut quarter life crisis (QLC) dan dialami seseorang saat menginjak usia 20-an hingga awal 30-an.

Cara Mengatasi Quarter Life Crisis

Lantas, bagaimana cara mengatasi quarter life crisis? Berikut Ladiestory.id telah merangkum beberapa hal yang bisa Kamu lakukan saat menghadapi quarter life crisis.

Berhenti Membandingkan Diri Sendiri

Ilustrasi perempuan membandingkan diri. (Special)

Hal ini menjadi sesuatu penyebab kita sering merasa gagal, kalah, atau terlambat karena terlalu banyak melihat "keberhasilan" orang lain. Terlebih jika Kamu sering menghabiskan waktu di media sosial dan melihat kebahagiaan dan kesuksesan orang-orang di dunia maya. Perlu diingat, kebanyakan dari mereka hanya upload hal-hal yang menyenangkan saja.

Maka dari itu, lebih baik berhentilah membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kini, saatnya Kamu fokus dengan dirimu sendiri. Namun, Kamu harus menemukan terlebih dahulu tujuan hidup untuk diri sendiri.

Nikmati dan Jalani Setiap Proses 

Ilustrasi perempuan yang menikmati proses kehidupan. (Special)

Percayalah, setiap orang punya kecepatan, garis start, track, dan garis finish-nya sendiri. Pahami jika hidup bukan kompetisi sehingga tujuan dan ukuran sukses setiap orang beda-beda. Walaupun proses orang lain terlihat seperti lancar, beruntung, dan cepat, tapi semua orang punya proses yang berbeda.

Ingat untuk tak perlu terlalu keras pada diri sendiri dengan menaruh ekspektasi yang tinggi. Kamu hanya perlu menikmati dan sabar melalui proses yang ada. Selain itu, percayalah jika fase ini pasti akan selesai karena usaha nggak akan mengkhianati hasil.

Jangan Pendam Sendiri, Berbagi dengan Teman yang Suportif 

Ilustrasi pasangan yang suportif. (Ladiestory.id)

Sebagai manusia sosial kita butuh orang lain dan dukungan mereka, sehingga bisa memengaruhi persepsi terhadap tantangan. Mungkin awalnya, Kamu melihat tantangan sebagai gunung terjal, tapi dengan dukungan orang di sekitar bukan tidak mungkin gunung tersebut justru terasa seperti bukit Teletubbies. Hanya saja, ada beberapa dari orang yang malu buat cerita tentang kegagalan atau masalah yang dihadapi.

Faktanya, ketika bercerita, Kamu bisa mengeluarkan isi kepala sehingga masalah tidak terkungkung di kepala saja. Cobalah untuk menceritakan masalah yang dihadapi ke orang terdekat seperti sahabat. Dengan demikian, Kamu bisa memiliki sudut pandang baru, input positif, dan sadar kalau Kamu nggak sendirian.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel