Ladiestory.id - Resso, menyelenggarakan "Breakfast with Resso" (BwR) pada Rabu (2/11/2022). Acara tersebut mempertemukan para pemangku kepentingan industri untuk membahas fenomena kebangkitan festival musik yang sedang berlangsung.
Dalam beberapa bulan terakhir, fans musik Indonesia telah menyaksikan dan merasakan ledakan festival musik, dengan diselenggarakannya berbagai festival dan konser hampir di setiap akhir Minggu. Menjelang akhir tahun ini saja, sudah ada lebih dari 30 festival musik di seluruh tanah air, sebagian besar terpusat di Jabodetabek.
Tentunya, ini merupakan hal yang menggembirakan bagi para pemangku kepentingan di industri musik, sekaligus memberikan tantangan baru, tidak saja dalam penyelenggaraannya, namun juga dalam mempertahankan antuasiasme fans ke depannya.
Kali ini, BwR yang diadakan setiap tiga bulan mengumpulkan wawasan dan pendapat dari para pemangku kepentingan festival musik, di antaranya Rizki Handayani Mustafa, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dan Bagus Utama sebagai Chief Operating Officer (COO) platform distribusi dan manajemen tiket Loket.com.
Selain itu, ikut hadir Dwi A.S. selaku jurnalis Harian Kompas, Cholil Mahmud sebagai vokalis dari band Efek Rumah Kaca, Rizky Aulia alias Kiki Ucup, yakni Program Director dan Inisiator festival musik Pesta Pora, Nerizza Darmayo, Creator Partnership Lead, Entertainment & Music, TikTok Indonesia, Christo Putra, Head of Music and Artist Operations, dan SoundOn Indonesia.
Tentunya, acara ini juga dihadiri tuan rumah, yakni Matthew Tanaya, Artist Promotion Lea, dan Gembira Agam, Artist Promo and Label Partnership, Resso Indonesia. Sesi ketujuh dari BwR kali ini kembali dimoderasi oleh Wendi Putranto sebagai pengamat industri musik.
Dalam diskusi ini, para peserta sepakat bahwa kebangkitan festival musik memang merupakan euforia pasca-pandemi, tetapi harus ada langkah-langkah yang diambil untuk mempertahankan popularitas festival musik ke depannya.
Hal ini juga relevan dengan upaya pemulihan ekonomi masyarakat, mengingat acara musik memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi banyak orang, tak hanya di industri musik, tetapi juga bagi semua pihak yang terlibat, seperti UMKM, penjual makanan dan minuman, transportasi, hingga akomodasi.
Dari sudut pandang Bagus Utama, COO platform distribusi dan manajemen tiket Loket.com, peningkatan jumlah festival musik dipicu oleh kembalinya penyelenggaraan acara-acara musik di negara lain, sehingga menimbulkan euforia.
Meneguhkan perlunya kolaborasi antara para pelaku industri, Rizki Handayani Mustafa ikut menjelaskan bahwa pemerintah juga memberikan dukungannya terhadap kegiatan festival musik, terutama mengingat manfaatnya untuk sektor pariwisata dan pemulihan ekonomi.
Salah satu cara mendukung wisata musik/event adalah dengan menyelenggarakan festival-festival musik sepanjang tahun. Gagasan ini diusulkan oleh Rizky Aulia, yang berbagi pengalamannya sebagai Program Director/Inisiator beberapa festival yang sangat sukses antara lain Pesta Pora.
Ia menjelaskan bahwa setelah dua setengah tahun tidak bisa mengalaminya, masyarakat sangat antusias untuk menghadiri festival musik lagi.
Selain jumlah penikmat musik yang sangat banyak di hampir semua festival musik, Cholil Mahmud, vokalis band Efek Rumah Kaca, mengomentari perubahan perilaku penonton.
"Dulu ada semacam arogansi di antara penggemar yang fanatik dengan genre musik atau band tertentu, sementara sekarang pada umumnya orang-orang adalah penggemar musik, artinya mereka mendengarkan banyak artis dari genre yang berbeda," ucap Cholil.
Menurut Christo Putra, berdasarkan data mereka, festival musik memicu peningkatan lagu dan artis yang mendaftar ke platform distribusi musik.
"Kami melihat lonjakan yang signifikan dalam lagu dan artis yang mendaftar ke platform distribusi SoundOn setelah festival, mungkin karena merasa terinspirasi setelah melihat artis tampil secara langsung," ucap Christo.
Mengenai peran Resso sebagai platform streaming musik sosial, Matthew Tanaya, ia sangat impressed dengan keberhasilan berbagai festival musik yang diselenggarakan, dan dapat melihat user behavior yang luar biasa sebagai hasil dari festival. Terdapat perbedaan besar antara 2021 dan 2022, dan tampaknya disebabkan oleh festival musik, karena jumlah streams headliner festival musik pasti langsung naik sebelum dan setelah tampil.
Jurnalis Harian Kompas yang mengamati festival dan konser dalam kurun waktu enam bulan terakhir, Dwi A. S., mengungkapkan festival musik memang meningkat akhir-akhir ini, terutama setelah pandemi melandai. Umumnya, penontonnya pun membeludak. Ada kerinduan penonton untuk kembali berkumpul.
Nerizza Darmayo, Creator Partnership Lead, Entertainment & Music, TikTok Indonesia, menjelaskan, Festival musik adalah sumber konten di Tiktok melalui tiga kanal, yaitu penontonnya, performers-nya, dan penyelenggaranya. Dengan membuat konten dan berbagi informasi di TikTok, penyelenggara bisa lebih dekat dengan penonton, performers dapat mengajak fansnya, dan penikmat festival bisa upload banyak konten.
Diskusi yang diselenggarakan BwR kali ini ditutup dengan beberapa kesimpulan yang menunjukkan optimisme para pelaku industri. Pertama, ada potensi besar bagi industri musik Indonesia untuk terus berkembang, dan menjadi tuan rumah bagi para penggemar musik dari negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Kedua, seiring dengan pertumbuhan festival musik Indonesia, peningkatan standar keamanan juga harus segera dilakukan sehingga keselamatan bisa menjadi prioritas utama. Dan terakhir, ada harapan untuk bisa menyelenggarakan lebih banyak lagi festival dan event musik yang berskala kecil, agar dapat meningkatkan regenerasi headliner festival.