Ladiestory.id - Kimberly Ryder akhirnya buka suara soal dugaan kekerasan terhadap anak-anaknya yang dituduhkan kepada dirinya. Diketahui, Edward Akbar melaporkan Kimberly Ryder ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Dalam laporannya, Edward Akbar menuding Kimberly Ryder melakukan kekerasan terhadap sang anak, yang terjadi secara berulang. Ia pun menyertakan bukti rekaman CCTV dalam laporan yang dibuatnya.
Menanggapi hal tersebut, Kimberly Ryder menilai bahwa hal-hal yang dilakukannya itu bukanlah bentuk kekerasan terhadap kedua anaknya. Ia juga mengaku sering meminta maaf kepada anak-anaknya itu karena telah memarahinya.
“Dari aku sendiri, aku tidak merasa itu penganiayaan ya, biasa ya. Bukannya aku menormalisasikan ini, cuma memang pasti ibu-ibu bisa relate juga,” ujar Kimberly Ryder di Komnas Perempuan, melansir berbagai sumber, Kamis (10/10/2024).
“Bukannya aku mencari simpati cuma ya gimana, ya. Setelah itu aku pun minta maaf sama anak-anak, ‘Maaf ya Raiden, maaf ya Aisyah, mama marah tadi. Ini bukan salah Raiden dan Aisyah, ini mama yang kelepasan’,” jelas Kimberly Ryder menirukan ucapannya kepada sang anak.
Bintang film “Mangkujiwo 2” itu mengaku bahwa hal tersebut terjadi kala dirinya merasa begitu lelah dan merasa tertekan dalam pernikahannya dengan Edward Akbar. Karena situasi tersebutlah Kimberly Ryder kerap kelepasan memarahi anak-anaknya.
“Sering sering aku merasa tertekan dalam pernikahan ini, jadi ada saat-saat di mana memang disesali sekali sih,” kata Kimberly Ryder.
“Kita yang siap 24 jam akhirnya capek, akhirnya meledak. Habis dimarahin sama suami pula, habis berantem sama suami pula, akhirnya kena ke anak,” sambungnya.
Sebagai informasi, pada Kamis (3/10/2024) lalu, melalui kuasa hukumnya, Jundri R. Berutu, Edward Akbar melaporkan Kimberly Ryder ke KPAI atas dugaan kekerasan pada anak.
"Itu terhadap fisik ya yang masih ter-record, banyak yang masih belum ter-record, misalnya kekerasan verbal berupa suara keras terhadap anak hingga anak menangis segala macam, itu juga sering," kata Jundri R. Berutu.
"Jadi perbuatan itu dilakukan secara berulang-ulang,” pungkasnya.
