Ladiestory.id - Akselerasi dan transformasi digital telah mengubah cara orang, termasuk para pelaku industri musik, dalam melakukan pekerjaan, layanan, atau usaha. Adopsi teknologi digital menjadi sebuah keniscayaan, seperti yang nyata terlihat dan dirasakan oleh generasi Millenials dan Gen X dalam cara mereka mengakses musik.
Resso, aplikasi streaming musik sosial pertama di Indonesia, kembali menggelar "Breakfast with Resso" (BwR) seri keenam dengan topik diskusi bagaimana pelaku industri musik dapat secara optimal memanfaatkan teknologi digital bagi kemajuan industri musik.
Peserta BwR yang digelar setiap tiga bulan sekali, datang dari beragam latar belakang, mewakili berbagai pemangku kepentingan dalam industri musik, yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Demajors Label, Reality Club band, media musik, SoundOn, TikTok, dan Resso sebagai tuan rumah. Diskusi ini dipandu oleh Wendi Putranto, pemerhati dan penulis musik.
Para peserta yang hadir dalam diskusi ini sepakat, bahwa perubahan yang terjadi akibat kemajuan teknologi digital harus disikapi dengan bijak. Para pelaku industri harus belajar dan memahami memanfaatkan teknologi digital untuk membuat musik, memproduksi, mempromosikan, mendistribusikan, dan menghasilkan uang dari karyanya. Adaptasi harus dilakukan agar dapat terus bertahan hidup.
Salah satu temuan dalam diskusi menunjukkan, bahwa pemanfaatan potensi teknologi digital ternyata masih terbatas pada para pelaku industri musik di kota-kota besar saja, terutama di Jawa dan Bali. Kesenjangan pengetahuan dan pemahaman tentang teknologi digital, keinginan untuk melakukan perubahan, serta minimnya infrastruktur digital masih dirasakan di banyak daerah di Indonesia.
Aldo Sianturi, Chief Digital Officer Demajors berpendapat bahwa, teknologi ada untuk mendukung dan memudahkan kebutuhan sehari-hari manusia. Kehadiran berbagai platform digital tentunya harus dimanfaatkan secara optimal oleh musisi untuk menjangkau pendengar di Indonesia, Asia dan global.
Tidak dapat dipungkiri bahwa cara menikmati musik di era digital sekarang sudah lumrah, namun akan selalu ada musisi dan pendengar yang tetap memproduksi dan mengakses musik melalui cara-cara lama. Maka, diperlukan strategi yang tepat bagi musisi agar karyanya tersedia di semua market, baik secara fisik maupun digital.
Mewakili generasi musisi milenial, Faiz Novascotia, penyanyi-penulis lagu yang membesut group Reality Club, juga mengakui, bahwa teknologi digital telah memudahkannya dalam membuat dan memproduksi lagu.
"Tentunya semua perkembangan teknologi hingga kini, masih banyak yang harus dipelajari, dilakukan, dan diadaptasi. Semakin banyak kolaborasi dalam ekosistem musik, akan semakin baik, karena kita semua ingin mencapai tujuan yang sama," ungkapnya.
Dari sisi pemerintah, menurut Selliane Halia Ishak, Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital, Kementerian Pariwisata dan Kreatif Ekonomi, era digital memungkinkan semua hal menjadi transparan dan terukur melalui data analytic. Pemerintah memiliki beberapa target terkait pertumbuhan ekonomi digital, tidak hanya dari kontribusi pendapatan saja atau nilai ekonominya, tetapi juga terkait pengembangan talenta digital dan terjadinya transformasi digital di pelaku UMKM.
Untuk itu, pemerintah sangat berharap mendapat masukan dari para pelaku industri, agar dapat berbagi pengetahuan serta berkolaborasi dengan pemerintah, guna mendukung program-program akselerasi digital di semua subsektor ekonomi kreatif khususnya musik.
Berbeda dengan sub-sektor gaming yang sudah dapat diukur kontribusinya pada nilai ekonomi digital, untuk sub-sektor musik belum ada data yang dapat menunjukkan jumlah pasti yang dikontribusikan untuk nilai ekonomi digital Indonesia.
Selliane mengimbau para pelaku industri yang hadir dalam diskusi untuk juga membantu memikirkan cara bagaimana kontribusi tersebut dapat terdata dengan baik sehingga musik dapat kita ketahui bersama besaran kontribusinya terhadap target nilai ekonomi digital Indonesia, mengingat musik adalah sub-sektor ekraf tertinggi dan tercepat saat pandemi melakukan shifting ke digital.
Upaya yang sudah dilakukan saat ini dalam mengakselerasi dan mengoptimalisasi musik digital untuk meningkatkan kehidupan para pelaku industri masih jauh dari sempurna. Revolusi digital global yang terus bergerak dengan pengimplementasian Blockchain, Metaverse, NFT (non-fungible token), dan Web 3.0, tentunya, kembali mengharuskan semua pelaku industri musik di Indonesia untuk mulai memikirkan dan mempelajari teknologi ini.