1. Mom & Kids
  2. Dear Mom, Ketahui Tentang “Sharenting” Serta Dampaknya Bagi Anak
Mom & Kids

Dear Mom, Ketahui Tentang “Sharenting” Serta Dampaknya Bagi Anak

Dear Mom, Ketahui Tentang “Sharenting” Serta Dampaknya Bagi Anak

Ilustrasi "Sharenting". (Freepik.com)

Ladiestory.id - Perkembangan pesat teknologi menghadirkan kemudahan untuk segala pekerjaan, salah satunya bagi orang tua dalam mengasuh anak.

Bagi kaum milenial, tumbuh dewasa berarti pencapaian-pencapaian penting diabadikan dan dibagikan melalui album foto, buku harian, dan kisah-kisah yang diceritakan dari ingatan.

Namun, generasi muda kini mengalami hal sebaliknya. Pencapaian-pencapaian tersebut dapat diakses dan dipublikasikan oleh orang tua mereka.

Jejak digital awal ini menandai dimulainya kehadiran online anak-anak , yang akan terus tumbuh dan berkembang sepanjang hidup mereka.

Praktik ini dikenal sebagai "Sharenting", dan ini menjadi sebuah praktik yang tidak terduga dalam mengasuh anak di era media sosial.

Apa Itu Sharenting?

Ilustrasi "Sharenting". (Freepik.com)

Melansir dari laman PopSugar pada Jumat (16/8/2024), sebuah survei yang diterbitkan dalam jurnal “Healthcare” pada tahun 2023 mendefinisikan sharenting sebagai sebuah pola asuh orang tua, yang membagikan foto, video, kisah pribadi, dan lainnya tentang anak mereka secara online di media sosial.

Istilah sharenting persis seperti namanya, dan merupakan gabungan dari kata berbagi dan mengasuh anak.

Lebih khusus lagi, hal ini berlaku bagi orang tua yang berbagi kehidupan sehari-hari dengan anak-anaknya dan aktivitas khas mereka, termasuk makan, tidur, mandi, dan bermain.

Namun dalam sebagian besar kasus, anak-anak belum cukup umur untuk menyetujui gambar atau cerita mereka diceritakan dan dibagikan kepada orang banyak.

Mereka juga belum cukup umur untuk memahami potensi masalah di masa depan yang mungkin timbul dari gambar atau cerita pribadi mereka yang disebar luaskan.

Dampak Sharenting

Ilustrasi "Sharenting". (Freepik.com)

Kebanyakan orang tua yang membagikan konten online tentang anak-anak mereka tidak bermaksud agar konten tersebut berbahaya, namun ada beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan dari berbagi konten yang tanpa disadari oleh orang tua.

Menurut seorang pskiater anak, Monika Root, sharenting bisa menyebabkan seorang anak mengembangkan masalah kecemasan dan harga diri, dan mereka khawatir tentang foto atau video mereka yang diposting online.

Hal ini dapat meningkat seiring berjalannya waktu, di mana seorang anak mungkin merasa kehilangan kendali atas privasinya dan bahkan menyebabkan mereka tidak merasa aman.

Selain membahayakan kesehatan mental anak, keselamatan fisik mereka juga bisa terancam.

Jika memutuskan untuk memposting konten anak secara online dan dapat dilihat oleh masyarakat umum, penting untuk tidak menyertakan detail pribadi.

Jangan beri keterangan lengkap, seperti di mana mereka bersekolah dan di jalan atau lingkungan tempat tinggal.

Dampak yang ditimbulkann dari sharenting tidak hanya dirasakan oleh anak, tetapi juga bagi orang tua sendiri.

Menurut Jolie Silva yang merupakan seorang psikolog, sharenting bisa menjadi celah bagi orang tua untuk membandingkan diri dengan orang lain.

Misalnya, ketika seorang ibu melihat foto-foto yang dibagikan ibu lain yang menunjukkan anaknya yang berusia 2 tahun sedang duduk di pispot, sedangkan ia tengah berjuang agar anaknya yang berusia 3 tahun melepaskan popoknya.

Siklus perbandingan ini dapat menimbulkan efek merugikan yang parah, termasuk depresi dan kecemasan.

Keseimbangan Sharenting dan Privasi

Ilustrasi "Sharenting". (Freepik.com)

Bagi mereka yang kesulitan menyeimbangkan antara berbagi apa yang mereka sukai dan melindungi privasi anak, sebaiknya renungkan beberapa pertanyaan penting.

Sebelum memposting sesuatu yang melibatkan seorang anak, Jolie Silva menyarankan agar orang tua menanyakan hal berikut pada diri mereka sendiri:

  • Mengapa saya memposting di media sosial?

  • Apa yang saya peroleh darinya?

  • Apakah saya mencari validasi? Perhatian? Pengakuan? Memuji?

  • Apakah anak saya akan merasa malu dengan postingan ini pada suatu saat dalam hidupnya? Kalau iya, jangan diunggah.

Cara lain untuk menemukan keseimbangan tersebut adalah dengan berhati-hati dan protektif terhadap siapa yang dapat melihat pembaruan berbagi.

Bagi orang tua yang ingin menyeimbangkan antara berbagi kehidupan keluarga secara online dan melindungi privasi anak mereka, disarankan untuk membuat akun media sosial pribadi yang hanya dapat dilihat oleh teman dekat dan keluarga.

Dengan cara ini, orang asing di internet atau teman sekolah anak tidak akan dapat melihat foto dan video mereka.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel