Sore ini jalanan macet. Mungkin karena jam pulang kantor. Terjebak macet itu selain bikin bete ternyata juga bikin lapar. Sekalian deh istirahat cari minum dulu. Kebetulan ada penjual bubur Madura dorongann yang sedang ramai dikerubuti pembeli. Lumayan, buat penganjal perut.
Bubur Madura sebenarnya salah satu jajanan kesukaan saya sejak kecil. Biar kata namanya bubur namun biasanya di kategorikan sebagai jajanan kalau di Surabaya. Meski aslinya makan satu porsi saja sudah kenyang. Bagi saya, sama seperti makan seporsi nasi.
Ada beberapa komponen dalam seporsi bubur Madura. Paling utama adalah bubur putih kasar dan halus, bubur ketan hitam, bubur coklat atau biasa disebut gerendul, bubur mutiara, santan kental dan gula merah kental.
Bubur putih kasar terbuat dari tepung beras dan santan. Kalau bubur putih halus ini adalah bubur sumsum. Bubur ketan hitan terbuat dari ketan hitam yang direndam lalu dimasak sampai lunak dan lengket. Bubur coklat ini penampakannya seperti bubur biji salak. Kalau di bubur Madura bentuknya bulat dan lebih kecil ukurannya. Gerendul diambil dari penyebutan butiran bulat-bulat tersebut. Sedangkan bubur mutiara terbuat dari mutiara jadi warna merah yang sudah dijual dalam bentuk sachet. Mutiara ini dimasak sampai mengental, bijinya mekar dan lembut.
Kelima komponen bubur ini disajikan dalam satu porsi lalu disiram santan kental. Sebagai pamungkasnya adalah siraman kuah gula merah kental. Biasanya bubur Madura ini disajikan dengan pincuk daun pisang. Namun saat ini banyak yang menggunakan pincuk kertas coklat. Banyak juga yang mengemas dalam gelas atau kotak mika bening. Ini sih hanya soal kemasan saja. Rasanya tetap sama.
Dalam satu porsi bubur Madura akan disuguhkan sensasi rasa gurih dan manis yang nikmat. Bubur putih dan bubur sumsum sangat kuat rasa santannya. Gurih banget. Sedangkan bubur mutiara dan bubur coklat dominan rasa manis. Kalau ketan hitam rasanya cenderung netral. Apalagi bila sudah tercampur dengan santan kental dan gula merah. Nikmat sekali sensasi di mulut ketika mengunyahnya.
Penjual bubur Madura dahulu banyak yang keliling di kampung-kampung atau berjualan di pinggir jalan. Kalau sekarang, susah sekali mencarinya. Sudah mulai langka. Saya kalau di Surabaya dan kangen ingin makan Bubur Madura biasanya harus ke Pasar Genteng, Pasar atom atau Pasar Blauran.
Kalau di Pasar Genteng banyak penjual bubur ini duduk berjejer di lantai satu. Persis di pinggir tangga bagian tengah. Di Pasar Blauran masih banyak penjualnya di area tengah kuliner, dekat dengan penjual kue-kue basah. Sedangkan di Pasar atom menyebar di area foodcourt.
Seporsi bubur Madura ini dibandrol dengan harga Rp 3.000 ? Rp 7.000. Murah, enak dan mengenyangkan. Nikmatnya. Penasaran ingin coba, kan?
?