1. Health
  2. Berlaku Mulai September, Bayi Baru Lahir Wajib Skrining Hipotiroid Kongenital
Health

Berlaku Mulai September, Bayi Baru Lahir Wajib Skrining Hipotiroid Kongenital

Berlaku Mulai September, Bayi Baru Lahir Wajib Skrining Hipotiroid Kongenital

Tisu basah bayi (Special)

Ladiestory.id - Mulai 1 September, bayi baru lahir wajib menjalani Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK). Kebijakan ini ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk mendeteksi sejak dini potensi kelainan dalam metabolisme anak.

“Mulai hari ini, semua bayi yang lahir di Indonesia harus diperiksa SHK untuk menjaring apabila ada risiko kelainan dalam tumbuh kembang anak,” kata Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono, dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (31/8/2022).

Menuru keterangan dari situs resminya, Kementerian Kesehatan meluncurkan ulang (re-launching) program Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) bayi baru lahir di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pencanangan tersebut dilaksanakan di Puskesmas Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat pada Rabu (31/8/2022).

Wamenkes Dante mengatakan, pemeriksaan SHK atau pemeriksaan kekurangan hormon tiroid bawaan wajib dilakukan kepada semua bayi baru lahir. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kasus kekurangan hipotiroid kongenital

Hipotiroid Kongenital diambil dari kata hipotiroid (kekurangan hormon tiroid) dan kongenital (penyakit bawaan). Bayi yang mengidap penyakit ini akan mengalami gangguan fungsi kelenjar tiroid, sehingga produksi hormon tiroidnya sangat terbatas.

Diketahui, bahwa Hipotiroid Kongenital tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak disadari oleh orang tua. Biasanya, para orang tua baru menyadari gejala seiring bertambahnya usia anak.

Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi baru lahir untuk mengetahui adanya gangguan Hipotiroid Kongenital (HK) sejak awal kelahiran. Dengan adanya uji saring ini, gangguan atau kelainan pada bayi dapat diantisipasi sedini mungkin.

Skrining Hipotiroid Kongenital (sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Menurut keterangan Kemenkes, Skrining Hipotiroid Kongenital dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu oleh tenaga kesehatan. Darah diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi, kemudian diperiksa di laboratorium. 

Apabila hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif.

“Setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Karena begitu kita tahu kadar tiroidnya rendah, langsung kita obati. Pengobatannya bisa berlangsung seumur hidup supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal,” ujar Wamenkes.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel