Ladiestory.id - Mantan pembawa berita senior ternama, Dana Iswara, membagikan kisahnya saat mengidap kanker payudara beberapa tahun yang lalu. Perempuan tersebut membagikan kisahnya dalam penyuluhan deteksi dini kanker payudara yang digelar oleh Maxx Coffee bersama Yayasan Kanker Payudara Indonesia di Mal Kuningan City, Rabu (5/10/2022).
Dana mengungkapkan bahwa ia rutin memeriksakan kesehatannya. Namun karena kesibukkan, ia sempat melewati pemeriksaan rutin tersebut hingga dua tahun.
"Sebetulnya saya sudah rutin melakukan USG dan mammogram ke dokter langganan saya, pada waktu itu di Singapur, tetapi ntah kenapa karena kesibukan, waktu itu saya masih bekerja penuh, dua tahun saya lewat. Dua tahun saya tidak kontrol dan pada tahun 2011 itu saya mulai merasakan ada gejala," ujarnya.
Tepat pada 2011 silam, ia mulai merasakan gejala gatal pada puting payudara bagian kiri. Namun saat itu, ia berpikir hal tersebut lumrah terjadi karena hormonal yang disebabkan menstruasi.
"Saya ngerasa ada gatel di nipple sebelah kiri payudara saya, tapi saya diamkan saja," ujarnya.
Suatu ketika, ia menemani sang anak menonton konser di Singapura. Sambil menunggu buah hatinya menyaksikan band favorit, Dana memilih untuk mengisi waktu luang dengan memeriksakan kesehatannya ke dokter.
"Belum apa-apa di USG dia langsung ‘I don’t like what I see here’. Wah saya udah lemes banget deh. Saya cerita sama dia (dokter) kan, bahwa ada gatel, akhirnya dia minta saya untuk tes dengan mammografi untuk meyakinkan apa yang dia bilang dia gak suka dari hasil USG," terang Dana.
Usai menjalani mammografi, ternyata terdapat sel kanker yang bersifat ganas. Saat itu Dana didiagnosis oleh dokter mengalami Ductal Carcinoma In Situ (DCIS), yaitu sel-sel abnormal yang muncul pada saluran susu di payudara.
Dokter menyarankan untuk melakukan pengangkatan total dan Dana yang didukung penuh oleh keluarga menyetujui anjuran tersebut. Tepat pada November 2011, Dana melakukan mastektomi yang dilanjutkan dengan pengobatan kemoterapi sebanyak empat kali.
Namun perjuangannya belum berhenti di situ. Menjalani kemoterapi pun ternyata bukan hal yang mudah. Dana mengaku, ia sempat ingin menyerah lantaran merasakan dampak kemoterapi yang sangat tidak enak.
"Pada saat kemo kedua saya menangis, saya bilang sama suami, saya mau berhenti di sini. Saya enggak mau lagi balik ke Singapura untuk kemo," ujarnya.
Sang suami pun berusaha untuk menenangkan dan memberikan pengertian serta dukungan. Pada akhirnya, ketiga anaknya lah yang membuat Dana menjadi kuat menyelesaikan pengobatan kemoterapi hingga yang keempat.
Selepas kemoterapi, Dana Iswara mengubah drastis gaya hidupnya dan memperbaiki penampilannya. Ia mulai meninggalkan gaya hidup yang tidak sehat seperti begadang, mengonsumsi makanan yang tidak sehat hingga mengelola stress.
Selama lima tahun dirinya berjuang melawan sel kanker atau menjadi warrior. Hingga sel kanker dinyatakan benar-benar hilang dari tubuhnya, barulah ia menyandang status survivor yang kini bebas sel kanker dari tubuh.
"It’s all about how you manage your stress and to balance your life, and having a happy life is a key to a healthy life (Ini semua tentang bagaimana kamu mengelola stres dan menyeimbangkan hidupmu, dan memiliki hidup yang bahagia adalah kunci hidup yang sehat)," tutup Dana.