Ladiestory.id - “Remarriage and Desires” a.k.a. “The Black Bride”, adalah sebuah drama Korea sepanjang 8 episode produksi original platform streaming Netflix yang baru saja tayang. Serial ini menceritakan sebuah proses matchmaking atau perjodohan orang-orang high class Korea Selatan yang menginginkan pernikahan bahagia.
Singkat cerita, terdapat 2 clients yang sama-sama pernah mengalami kegagalan dalam pernikahan dan masing-masing telah memiliki seorang anak remaja. Kedua clients itu adalah Lee Hyun Ju, seorang CEO sebuah perusahaan pengembang game online yang sukses dan Seo Hye Seung, berprofesi sebagai dosen sekaligus guru les.
Terdesak oleh sebuah keadaan, Seo Hye Seung menjadi guru les anak semata wayang sang CEO. Lewat kedekatan yang natural dengan anak tersebut, Lee Hyun Ju seperti menemukan apa yang ia butuhkan dari seorang perempuan untuk menjadi ibu sambung bagi anak kesayangannya. Berikut beberapa hal positif dari step-parenting tokoh Seo Hye Seung hingga meluluhkan hati Lee Hyun Ju.
Utamakan Kenyamanan dan Kebutuhan Anak
Dalam drama yang tayang perdana pada 15 Juli 2022 itu menampilkan beberapa adegan parenting Seo Hye Seung sebagai guru les privat dan Lee Jun Ho, anak semata wayang Lee Hyun Ju. Seo Hye Seung yang kebetulan juga seorang ibu, dengan luwesnya melakukan pendekatan pada sang anak didik layaknya ibu kandung.
Ia menemani dan membantu Jun Ho dalam pelajaran bahasa Korea yang merupakan kekurangannya. Pada beberapa adegan, Seo Hye Seung juga menunjukkan kebahagiaannya yang tulus karena kesuksesan sang anak didik dalam mata pelajaran yang dibimbingnya.
Memahami kebutuhan anak dan memberikan perhatian dengan cara yang nyaman dapat memudahkan proses penyesuaian hubungan antar dua generasi. Cara ini tentu dapat diterapkan dalam kehidupan seseorang yang kebetulan sedang menjadi step-parent atau orang tua sambung.
Ajak Anak Hormati Orang Tua Kandungnya
Pada sebuah adegan, diceritakan Lee Jun Ho terlihat ragu untuk mengabari ibu kandungnya tentang keberhasilannya menaklukkan mata pelajaran yang selama ini menjadi kekurangannya. Melihat kondisi itu, Seo Hye Seung dengan naluri keibuannya yang kuat memberi masukan kepada sang anak agar tak ragu menghubungi ibu kandungnya apapun kesalahan ibunya di masa lalu. Ia mengatakan pada anak didiknya itu bahwa hubungan anak dan ibu diikat oleh Tuhan, jadi saling memaafkan adalah bagian dari hubungan itu.
Hal tersebut adalah tindakan yang sangat bijaksana, apabila orang tua sambung menekan egonya dengan mengusahakan jalinan hubungan yang tetap erat antara anak dan orang tua kandungnya. Alih-alih berebut simpati anak, akan lebih baik apabila kedua belah pihak memosisikan diri sebagai partner yang dapat bekerja sama secara sinergis dalam mengusahakan kebahagiaan anak.
Cukup perpisahan kedua orang tua kandung membuat luka dalam hati sang anak, tak perlu lagi menambah luka batin itu dengan perselisihan. Justru jadikan silaturahim sebagai obat atas luka batin sang anak, sehingga dampak negatif perceraian dapat dikurangi seminimal mungkin.
Perlakukan Anak Sesuai Usianya
Lee Jun Ho yang diperankan aktor Park Sang Hoon merupakan anak laki-laki yang sedang berada dalam usia remaja. Berdasarkan skenario, ia masih duduk di bangku SMP. Seperti anak remaja pada umumnya, Lee Jun Ho tumbuh menjadi manusia yang mandiri. Tentu dirinya tak perlu lagi disuapi dan dimandikan.
Namun, ia masih membutuhkan bimbingan dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Sebagaimana dipaparkan raisingchildren.net.au terkait parenting pada anak usia remaja, “your child still needs your practical help and active involvement”. Jadi, meski ketergantungan fisik sudah banyak berkurang, mereka masih membutuhkan keterlibatan orang tua secara aktif.
Seakan paham dengan karakteristik anak usia remaja seperti Lee Jun Ho, Seo Hye Seung pun bersikap dan bertindak layaknya seorang ibu yang mengasuh anak remaja. Ia lebih banyak menekankan pola asuhnya pada hal-hal, seperti berusaha memahami perasaan dan pola pikir sang anak, membimbingnya pada ranah akademik dan hubungan interpersonal, mendampingi dan memotivasi ketika sang anak merasa down atau sedih, menasihatinya dengan cara berdiskusi dan mengapresiasi pencapaian-pencapaian sang anak dengan kadar yang cukup.
Hal ini tentu membuat tokoh Lee Jun Ho merasakan kenyamanan secara alami, bahkan melebihi apa yang ia rasakan ketika bersama ibu kandungnya sendiri.
Jangan Paksakan Penerimaan Anak
Berkaca pada drama “Remarriage and Desires”, dalam situasi di mana anak-anak telah tumbuh remaja, memaksakan penerimaan hanya karena kedua belah pihak yang telah saling jatuh cinta tentu bukanlah tindakan yang bijaksana.
Dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal, anak remaja dapat dikatakan sebagai kelompok usia yang kritis. Jika diperlakukan secara otoriter, ia bisa memberontak atau mengucilkan diri (bergantung kepribadian anak). Jika diperlakukan terlalu bebas, ia dapat merasa diabaikan atau terasing.
Alangkah bijaksana apabila kedua belah pihak meletakkan penerimaan anak terhadap pasangan baru pada posisi pertama. Jika anak belum dapat menerima, mungkin yang sebaiknya dilakukan adalah pendekatan secara perlahan. Hal ini sesuai dengan tips yang dikemukakan raisingchildren.net.au “Take things at a pace that suits your stepchild. Don’t expect instant love or even like between you.”
Pada tahap awal utamakan respect dan tumbuhkan kepercayaan sang anak dengan membantu dan memberinya dukungan terbaik layaknya hubungan Lee Jun Ho dan Seo Hye Seung. Ketika kepercayaan telah tumbuh, anak akan secara alami membutuhkannya sebagai sosok ibu.
Jadikan Anak sebagai Perekat Hubungan Orang tua
Tak dapat dipungkiri, adegan terindah dalam drama Korea “Remarriage and Desires” adalah momen liburan di sebuah kapal pesiar antara kedua tokoh utama bersama anak mereka masing-masing. Dalam scene tersebut, baik Seo Hye Seung maupun Lee Hyun Ju mulai merasakan adanya kedekatan hati setelah melihat anak-anak mereka dapat tertawa lepas dan terlihat bahagia bersama.
Seakan menambah rasa hangat di hati sang pengusaha, ia mendapati guru les anaknya itu secara refleks merawat jari tangan anaknya yang terluka. Momen itu menjadi penyadaran bagi sang tokoh bahwa anaknya memang benar-benar membutuhkan sang perempuan tersebut sebagai sosok ibu.
Pelajaran yang dapat diambil dari adegan itu adalah bahwa ketika anak-anak telah merasakan kenyamanan, maka hubungan orang tua dapat berlanjut dengan lancar, bahkan dapat menjadi alat perekat hubungan keduanya. Mendahulukan kepentingan anak di atas hasrat para orang tua semata tentu bukan sesuatu yang berlebihan.
Biar bagaimanapun, dunia orang dewasa akan berubah menjadi tak sekadar urusan pribadinya ketika ia telah memiliki anak. Bagi para orang tua pada umumnya, anak adalah nomor satu.
Ladies, itulah 5 step-parenting ala drama Korea “Remarriage and Desires”. Semoga bermanfaat.