Kondisi emosi pada anak, apalagi balita, tentunya berbeda dengan kita sebagai orang dewasa. Sebagai orang dewasa, kita sudah memiliki kemampuan berpikir yang matang serta pengelolaan emosi yang lebih baik.
Sementara pada anak, kemampuan berpikir dan komunikasi masih terbatas. Begitupun dengan kemampuan mereka dalam mengelola emosi.
Untuk memudahkan, yuk kita pahami tahap perkembangan emosi pada anak balita.
Masa bayi (0-2 tahun)
Ketika bayi dilahirkan, mereka sangat tergantung dengan orang tua atau pengasuh di sekitarnya untuk bisa bertahan hidup. Emosi yang muncul pada bayi cenderung berasal dari sensasi fisik seperti rasa lapar, lelah dan ketidaknyamanan.
Meski demikian, pada tahap ini bayi benar-benar tidak berdaya untuk makan sendiri bahkan untuk bergerak, apalagi untuk menenangkan dirinya ketika sedang merasa tidak nyaman. Bayi cenderung menangis untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Oleh karena itu bayi bergantung sepenuhnya pada perhatian, perawatan dan pengasuhan dari orang tua untuk menenangkan serta membuat mereka kembali merasa nyaman. Bayi juga cenderung berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan cara mengisap tangan atau jari.
Bayi mulai bisa merespons terhadap emosi yang ditampilkan oleh orang lain, seperti menangis, tersenyum atau tertawa. Pada masa ini bayi mulai dapat mengenali orang yang familier dengannya. Ia bisa menangis ketika tidak ada orang yang familier di sekitarnya atau ketika bertemu dengan orang baru.
Mungkin saja fase ini akan menjadi sangat melelahkan bagi orang tua. Namun proses ini membentuk ikatan emosi yang kuat antara bayi dengan orang tuanya. Pada tahap ini, bayi mulai mengembangkan rasa percaya terhadap pengasuh dan lingkungan sekitarnya. Bahwa dunia ini merupakan tempat yang aman.
Hal ini merupakan modal yang sangat berharga untuk tahap kehidupan selanjutnya. Seorang bayi yang dibiarkan tak berdaya dan sendirian pada tahap ini cenderung akan tumbuh menjadi individu yang takut dalam hidup dan tidak memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Masa balita (2-4 tahun)
Balita mulai bisa berjalan dan bergerak dengan lebih mandiri. Seiring dengan hal ini, emosi pada balita menjadi lebih kompleks.
Pada masa ini, balita mulai bisa merasakan dan mengekspresikan perasaannya dengan lebih terbuka, mengemukakan idenya dan berharap untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan kemandirian yang dimilikinya, balita cenderung bersemangat untuk melakukan eksplorasi. Meski demikian, balita cenderung membutuhkan dukungan dari orang tua untuk meyakinkan dirinya ketika melakukan eksplorasi.
Pada fase ini balita mulai belajar mengenai berbagi, cara mengomunikasikan keinginan dengan cara yang sesuai dan bernegosiasi. Tantangan bagi orang tua dan pengasuh pada masa ini adalah untuk menyeimbangkan antara memberi kebebasan anak bereksplorasi dan menetapkan batasan aman untuk keselamatan anak.
Penting bagi orang tua untuk menunjukkan contoh dan teladan yang nyata dan bukan sekadar kata-kata nasihat. Orang tua juga perlu tetap menunjukkan rasa sayang kepada anak sambil menerapkan kedisiplinan. Adanya rutinitas harian serta aturan yang dijalankan bersama oleh orang tua dan anak menjadi strategi disiplin yang dapat diterapkan.
Jika orang tua terlalu membebaskan anak untuk melakukan apa yang diinginkannya, maka anak cenderung untuk tumbuh menjadi individu yang manja dan menuntut lingkungan sekitar untuk memenuhi apa yang diinginkannya.
Sementara jika orang tua terlalu banyak menetapkan batasan dan larangan bagi anak, maka anak cenderung pasif dan mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri di kemudian hari.
Kehadiran pengasuh yang dapat dipercaya dan baik hati dapat membantu balita untuk mengungkapkan kebutuhannya dan mengelola rasa frustrasinya. Hal ini yang mendukung berkembangnya rasa pengendalian dan kepercayaan diri. Dukungan yang besar pada tahap ini mampu menciptakan perilaku yang sehat untuk jangka panjang.
Jalinan otak manusia berkembang paling cepat di masa 5 tahun pertama kehidupan. Pada periode ini, sel-sel otak bertumbuh dan saling membuat koneksi.
Neurons ini ibarat benih yang perlu disiram dan dipupuk dengan rutin agar tumbuh menjadi tanaman yang subur. Mengajarkan anak untuk mengelola perasaannya sejak dini akan membuat jaringan cerdas emosi yang kuat di otaknya.
Erika Kamaria Yamin dapat dihubungi melalui:
Instagram: @erikakamaria @ideplus.id @tabytime.id
Email: [email protected]
website: www.ideplus.co.id